WAITING FOR YOU UNTIL I
DIE
“Nglamunin
‘dia’ lagi?”Tanya Kareininna Bella Indira atau yang biasa dipanggil Bella,
sahabatku
Aku
mengangguk lesu
“Cih, sampai
kapan sih lo terus ngarepin dia? Sadar Sal sadar ‘dia’ itu Cuma masa lalu lo.”
Aku menghela
nafas berat lalu menggeleng pelan
“Ayolah Sal
lo tuh udah nyia-nyiaiin waktu lo buat nunggu hal yang gak akan terjadi.”
Aku menatap
Bella tajam”Kata siapa gue yakin kok suatu saat ‘dia’ bakal dateng dan nepatin
janjinya.”
Kini giliran
Bella yang menghela nafas berat”Salsha Angela Putri, gue tuh gak mau lo
terus-terusan kaya gini, nunggu hal-hal bulshit yang di ucapin cinta monyet lo 10
tahun yang lalu itu.”
“Iqbaal
bukan cinta monyet gue tapi jodoh yang udah Tuhan takdirin buat gue, dan asal
lo tau suatu saat Iqbaal bakal dateng dan minta gue jadi istrinya, inget itu.”
Setelah
berkata demikian aku pergi meninggalkan Bella yang masih menatapku tak
mengerti.
*
Aku
mengayunkan kakiku pelan di atas ayunan kayu yang ada dibelakang rumahku. Dulu
saat aku masih kecil aku sering bermain
disini bersama Iqbaal, sahabat kecilku. Kami bersahabat sejak umur 3 tahun.
Saat itu keluarga Iqbaal baru saja pindah ke Jakarta. Orang tua Iqbaal memang
sering pindah karena tuntutan pekerjaan ayahnya. Saat itu Iqbaal selalu
dititipkan dirumahku karna kesibukan orang tuanya. Kami selalu bermain bersama,
setiap sore Iqbaal membonceng aku keliling taman. Kami benar-benar tidak bisa
terpisahkan, sampai-sampai saat kami masuk SD diusia kami yang ke 7 tahun aku
sempat ngambek karna tidak duduk satu bangku dengan Iqbaal. Baru beberapa bulan
masuk SD, aku harus menerima kenyataan pahit karna Iqbaal harus pindah ke
Jerman bersama orang tuanya. Dan mereka mengatakan mereka tidak akan
pindah-pindah lagi mereka akan menetap disana. Aku benar-benar marah saat itu,
aku mengurung diriku dikamar. Aku tidak mau makan, sekolah, bahkan berbicarapun
aku enggan. Dan disaat hari kepindahan Iqbaal, Iqbaal menemuiku dan berjanji
akan kembali untukku.
“Cha Cha jangan nangis ya, Ibal bakal
balik kok. Nanti kalo kita udah gede Ibal janji, Ibal bakal nikahin Cha Cha.”
“Ibal celius?”
“Iya, tungguin Ibal ya Cha.”
Kata-kata
Iqbaal sepuluh tahun yang lalu pun masih kuingat jelas dalam otakku. Aku tidak
akan melupakan janji itu dan aku akan menagih janji itu saat Iqbaal kembali
nanti lagipula aku punya surat perjanjian yang kita tanda tangani dulu dan aku
masih menyimpannya hingga kini.
“Salsha
Salsha.”teriak seseorang yang mengagetkanku hingga membuatku jatuh tersungkur
dari atas ayunan
Aku menoleh
kebelakang, seharusnya aku sudah tau suara nyaring seperti itu hanya milik
Bella. Bella berlari tergopoh-gopoh menghampiriku”Sal Salsha.”Ia kembali
berteriak
Aku
mendengus sebal, ada apa sih hingga ia seperti orang kebakaran jenggot seperti
itu? Aku berdiri sambil membersihkan bajuku yang agak kotor akibat jatuh tadi.
“Sal gue
punya berita bagus buat lo.”ujarnya antusias begitu sampai didepanku
“Apa?”ujarku
sama sekali tak berminat
“Ini soal
Iqbaal.”ujarnya yang membuatku membelalak saat itu juga
“Kenapa sama
Iqbaal, kenapa hah?”tanyaku tak sabaran
“Tadi waktu
gue jalan kesini gue lihat rumah disebelah ada orang pindahan, itu rumah Iqbaal
kan? Kali aja itu Iqbaal.”
Selama 10
tahun ini memang rumah milik keluarga Iqbaal dibiarkan kosong dan aku tidak
pernah mendengar rumah itu akan dijual. Dan mungkin Bella benar yang baru saja
pindahan itu mungkin Iqbaal. Tanpa mau membuang waktu aku langsung berlari
keluar rumah aku benar-benar tidak sabar bertemu dengan Iqbaal.
“Salsha
tungguin gue.”teriak Bella yang sama sekali tak kuhiraukan
Aku tidak
peduli yang pasti aku benar-benar ingin bertemu Iqbaal sekaran!
*
Sesampainya
aku didepan rumah Iqbaal aku melihat truk pengangkut barang yang parkir. Aku
juga melihat beberap orang yang hilir mudik memasukkan barang-barang kedalam
rumah Iqbaal. Aku berlari kedalam rumah”Iqbaal.”teriakku
Orang-orang
yang tengah mengangkut barang menatpku bingung karna berteriak tapi aku sama
sekali tak peduli. Pandanganku tertuju pada kolam renang yang ada dibelakang
rumah Iqbaal, aku melihat sesosok pemuda yang berdiri memunggungiku sambil
menatap kolam renang didepannya. Itu pasti Iqbaal! Aku berlari sekuat tenaga
lantas sesampainya dibelakang Iqbaal aku langsung memeluknya dari belakang.
“Iqbaal aku
kangen banget sama kamu.”ujarku yang semakin mengeratkan pelukanku padanya
Aku
benar-benar merindukannya dan sekarang aku bisa memelukanya. Aku gak akan
ngebiarin kamu pergi lagi Baal.
Aku bisa
merasakan Iqbaal yang berusaha melepaskan pelukanku dan kini ia berbalik
menatapku. Astaga ia begitu tampan sekarang. Ia menatapku bingung”Kamu siapa?”tanyanya
yang mebuatku sedih, jadi ia tidak mengingatku?
“Aku Salsha
Baal, Salsha Angela Putri sahabat kamu waktu kecil. Kamu Iqbaal Prihandika
Saputra kan?”
Iqbaal
tampak berusaha mengingat”Aku gak inget sama kamu tuh.”
“Kamu gak
inget? kita dulu sering main bareng dan kamu pernah janji buat nikahin aku kalo
kita udah gede.”
Iqbaal tampak
melongo mendengar ucapanku dan didetik berikutnya ia tertawa renyah dan jujur
saja hatiku rasanya teriris sekarang.
“Haha kamu
bercanda ya? Aku tuh sama sekali gak inget sama kamu, lagipula aku sekarang
udah punya pacar.”
Jleb. Aku
membeku ditempatku saat itu juga. Aku bisa merasakan mataku yang mulai mengabur
karna tertutup Kristal-kristal bening yang akan tumpah dari mataku saat itu
juga.
“Kamu dulu
manggil aku Cha Cha dan aku manggil kamu Ibal, kamu masih gak inget juga?ujarku
berusaha membuatnya mengingatku
“Udah deh ya
kalopun dulu kita pernah sahabatan seharusnya aku inget sama kamu, tapi apa aku
sama sekali gak inget tuh sama kamu.”ujarnya sambil melipat tangannya
didada”Kalo udah gak ada yang mau diomongin lagi silahkan kamu keluar karna aku
sibuk.”
Dan
pertahananku runtuh saat itu juga. Air mataku mengalir begitu derasnya. Inikah
balasan untukku yang selama ini setia menunggunya?
“Kamu jahat
Baal.”ujarku lirih yang kemudian berlari keluar rumah.
Aku sudah
tidak tau lagi bagaimana rasanya hatiku yang pasti hatiku kini telah hancur
menjadi berkeping-keping menjadi kepingan yang sangat kecil dan tak tahu apakah
masih bisa menyatu lagi.
*
“Sal lo
kenapa sih, cerita dong sama gue. Buka ya pintunya, please.”
Sedari tadi
Bella terus saja merayuku untuk membuka kamar sambil terus mengetuk pintu
kamarku. Memang semenjak dari rumah Iqbaal tadi aku mengurung diriku didalam
kamar, aku benar-benar ingin sendiri sekarang.
“Sal please
buka, lo tuh belum makan dari tadi siang kalo lo sakit gimana?”
Sakit? Aku
sama sekali tidak peduli hatiku jauh lebih sakit sekarang. Aku sudah
menghabiskan 10 tahun belakangan ini untuk menunggu dan memegang janji yang
diucapkan Iqbaal tapi apa balasannya? Mengingatku saja ia tidak, dan yang
paling menyakitkan adalah Iqbaal sudah punya pacar.
Bella masih
saja terus mengetuk pintu kamarku, aku jadi kasihan ia pasti capek.
“Lo pulang
aja Bel, gue lagi pengen sendiri.”
Suaraku
benar-benar parau karna menangis terlalu lama.
“Sal gue gak
mungkin tega ninggalin lo dalam keadaan kaya gini. Gue bakal tetep disini sampai
lo siap cerita sama gue.”katanya keras kepala
Oke aku
mengalah, aku berjalan menuju pintu kamarku lantas membukanya. Aku langsung
kembali ke ranjangku sementara Bella
mengikutiku dari belakang dengan nampan berisi makanan. Bella meletakkan nampan
yang dibawanya di atas meja belajarku. Ia kini mengulurkan piringnya padaku”Makan
dulu gih.”
Aku
menggeleng. Aku bisa mendengar Bella menghela nafasnya”Please Sal, jangan
nyiksa diri lo sendiri.”
Aku terpaksa
mengambil piring yang dilulurkan Bella dan mulai memakannya. Sementara aku makan
Bella sibuk memebereskan kamarku yang berantakan dengan tissue yang bertebaran
dimana-mana.
“Ada hal
yang harus lo tau Sal.”ujar Bella serius begitu aku selesai makan
Aku yang
tengah minumpun kini menatpnya dengan tatapan bertanya.
“Ini tentang
Iqbaal, sebenarnya Iqbaal itu amnesia makannya dia gak inget sama lo.”
*
Aku tengah
asyik memberi makan ikan-ikan hias yang ada di kolam ikan didepanku. Sekarang
jam istirahat dan aku lebih memeilih menyendiri ditaman sekolah. Bella
memaksaku untuk kekantin bersamanya tapi aku benar-benar ingin sendiri sekarang
dan untungnya Bella mengerti. Sebenarnya bukan hanya itu alasanku tidak mau
pergi ke kantin. Aku hanya tidak sanggup jika harus bertemu dengan Iqbaal dan
kekasihnya. Yah mulai hari ini Iqbaal bersekolah ditempat yang sama denganku.
Dan yang membuatku lebih sakit adalah Cassie Ferguson pacar Iqbaal sewaktu
di Jerman ikut pindah ke Indonesia dan
untuk sementara waktu Cassie akan
tinggal dirumah Iqbaal.
“Hai Salsha.”
Cassie
Ferguson, gadis cantik berwajah bule ini kini ada dihadapanku ia tersenyum
miring lantas duduk disebelahku. Gadis ini masih memiliki keturunan Indonesia
dari mamanya sehingga ia bisa berbahasa Indonesia meskipun logat bulenya masih
sangat kental.
“Gue mau
ngomong sama lo.”ujarnya
Aku
menatapnya malas”Soal?”
“Iqbaal.”
Aku terdiam
membiarkannya untuk bicara.
“Gue tau
semuanya soal lo dari Iqbaal, Iqbaal pernah cerita soal lo sebelum dia
kecelakaan.”
“Terus?”tanyaku
“Gue mau lo
jauhin Iqbaal.”
Aku
membelalak, memangnya apa hak gadis ini sampai menyuruhku menjauhi Iqbaal. Oke,
mungkin statusnya memang pacarnya Iqbaal. Tapi apa haknya? Orang tua Iqbaal
saja tidak pernah melarangku.
“Kalo gue
gak mau?”tantangku
Dia
menatapku sinis”Hei lo tuh Cuma masa lalunya Iqbaal dan masa depannya Iqbaal
itu gue, jadi lo jauh-jauh deh lagipula Iqbaal juga gak inget sama lo.”
Aku balas
menatpnya sengit, dipikir aku takut apa sama dia? Hellow seorang Salsha Angela
Putri gak akan nyerah gitu aja! Camkan itu!
“Gue bakal
bikin Iqbaal inget lagi sama gue, dan saat itu terjadi lo bakal nagis Bombay
dan balik lagi ke Negara asal lo ngerti!”
Aku bangkit
dari dudukku”Gue gak punya waktu banyak buat ngomong sama orang yang gak
penting kaya lo.”
Langkahku
terhenti saat ia berteriak
“Lo bakal
nyesel berurusan sama seorang Cassie Ferguson, inget itu!”
Aku hanya
tersenyum miring lantas kembali melanjutkan langkahku.
*
Aku menatap
kotak makanan yang ada ditanganku. Pagi ini aku memasak spaghetti saus barbeque
makanan favorit Iqbaal sewaktu kecil dulu. Dan aku yakin Iqbaal masih sangat
menyukainya sampai sekarang. Aku sudah bertekad untuk membuat Iqbaal lagi
denganku. Dan tekadku sudah sangat bulat!
Aku berjalan
menghampiri Iqbaal yang tengah duduk sendirian dibangkunya. Aku sangat
bersyukur karna Cassie sedang tidak bersamanya.
“Hai Baal.”sapaku
ramah
Iqbaal
menangkat wajahnya yang sedari tadi asyik dengan gadget miliknya. Ia menatapku
sinis namun aku tetap mencoba terus tersenyum.
“Aku masakin
ini buat kamu.”
Aku
mengulurkan kota makanan yang kubawa.
“Gak usah
gue udah sarapan.”
“Kan bisa
kamu makan waktu istirahat.”
“Gue gak
mau, okey? Jadi mending lo bawa makanan itu pergi.”
Aku
tertunduk”Kenapa kamu gak inget sama sekali sama aku sih Baal?”tanyaku lirih
“Oh ya
sebelum lo pergi, gue mohon sama lo buat gak ganggu kehidupan gue dan pacar gue
lagi.”
Aku
mengangkat wajahku, lalu menatapnya dengan tatapan memelas.
“Cassie
bilang kalo kemarin lo gangguin dia, gue gak suka ya lo gangguin pacar gue.”
“Tapi aku
gak ngapa-ngapain dia Baal kemarin, dia bohong.”ujarku memprotes rupanya gadis
bule itu sudah memfitnahku didepan Iqbaal
“Sayangnya
gue lebih percaya sama Cassie daripada sama lo, cewek gak jelas yang
ngaku-ngaku sahabat kecil gue.”
Aku bisa
merasakan dadaku yang bergemuruh menahan sakit. Rasanya luka dihatiku kini
disiram Iqbaal dengan air garam, sakit sekali rasanya. Air mataku menetes
begitu saja.
“Kamu
sekarang berubah ya Baal, kamu bukan Iqbaal yang dulu aku kenal lagi.”lirihku
“Udah deh
jangan sok-sokan sedih didepan gue. Mending lo pergi deh sekarang.”
Aku
menjatuhkan kotak makan yang sedari tadi kugenggam. Spaghetti yang sudah kubuat
dengan susah payah dari pagi-pagi buta kini berceceran dilantai.
“Kamu bakal
nyesel udah giniin aku karna saat kamu udah inget lagi sama aku, aku udah pergi
dari kehidupan kamu.”
*
“Lo mau
kemana Sal?”Tanya Bella bingung
Aku hanya tersenyum
simpul lalu kembali memasukkan beberapa bajuku kedalam tas.
“Jangan
bilang lo mau pindah gara-gara sakit hati sama Iqbaal? Ah tega lo Sal ninggalin
gue.”
Aku memutar
bola mataku lantas mendengus”Gak lah, lo pikir hidup gue sinetron yang abis
sakit hati terus pindah rumah biar bisa ngelupain orang yang udah nyakitin gue.
Makanya jangan kebnayakn nonton sinetron deh.”
“Terus lo
mau kemana?”
“Gue mau ke
Surabaya besok.”
“Ngapain?”
“Ada
deh.”ujarku lalu melet
Bella
manyun”Gak asik lo Sal sama sahabat sendiri main rahasia-rahasiaan.”
Aku hanya
terkekeh kecil melihat mulut Bella yang lucu itu. Aku berjalan menuju laci meja
belajarku, aku ingin mencari kotak yang dari dulu kusembunyikan disana. Kotak
berukuran sedang berwarna ungu muda.
“Apaan tuh
Sal?”
Aku berbalik
menghadap Bella, kini Bella menatapku penasaran. Aku kembali menuju ranjang dan
duduk disisi ranjang, tepat disamping Bella.
Setelah
duduk, aku membuka kotak tersebut lalu mengeluarkan kalung berbandul bintang.
Aku menyodorkannya pada Bella.
“Ini kalung
yang dikasih Iqbaal sebelum pindah.”
Bella
mengambil kalung itu. Kini ia menatap bandul bintang yang lumayan besar dan ada
ukirang namaku dan iqbaal disitu.
“Bagus
banget Sal, lo punya barang lain gak kenang-kenangan dari Iqbaal?”
Aku
mengeluarkan surat perjanjian yang kita buat waktu itu. Aku yang menulisnya
dengan tanganku sendiri diatas kertas berwarna pink. Kertasnya sudah agak lusuh
termakan waktu.
Bella kini
membaca surat tersebut didetik berikutnya dia tertawa terbahak-bahak. Sial, dia
menertawakanku!
“Haha lucu
banget Sal, apa sih yang ada dipikiran lo bikin beginian?”
Aku
memajukan bibirku”Tau gini gue gak bakal nunjukin ini ke elo.”
“Jangan
marah dong Sal, oh ya lo berangkat kapan?”
“Besok jam 8
pagi emnag kenapa? Lo mau nganterin?”
Bella
tersenyum misterius dan jujur aku penasaran apa yang ada dipikirannya.
“Kenapa lo
senyum-senyum gitu sih Bel?”
“Ada deh.”
*
Aku sudah
memasukkan seluruh barang yang kubawa kedalam bagasi mobil. Pesawatku akan
lepas landas sekitar setengah jam lagi dan aku harus segera ke bandara. Aku
menutup pintu bagasi lalu berjalan kedepan.
“Salsha.”
Aku mencari
siapa yang barusan memanggilku. Mataku membelalak sempurna begitu melihat sipa
yang kini berlari ke arahku. Aku pasti bermimpi sekarang. Aku mencubit pipiku
sendiri. Aw sakit, berarti ini bukan mimpi!
Kini Iqbaal
sudah berdiri didepanku. Nafasnya terengah-engah dan ia masih mengenakan baju
tidurnya. Wajar saja ia baru bangun mengingat hari ini adalah hari minggu.
“Ada
apa?”tanyaku ketus
Greb
Tiba-tiba
saja ia memelukku. Aku menganga, ada apa dengan Iqbaal? Apa dia sudah mengingat
semuanya? Kalau iya, terima kasih TUHAN!
“Please,
jangan pergi jangan tinggalin aku.”
“Kamu
ngomong apa sih?”
Iqbaal
melepaskan pelukannya, ia menatapku sendu”Bella bilang kamu mau pindah ke
Surabaya.”
Ini pasti
rencana Bella, pantas saja ia senyum-senyum sendiri kemarin.
“Please Sal
maafin aku, aku emang belum inget semuanya tapi tadi Bella dateng dan bikin aku
percaya kalau kamu emang sahabat kecil aku.”
Iqbaal
mengeluarkan kalung dan surat dari kantungnya. Dari mana ia bisa mendapatkan
itu? Ah iya pasti ini ulah Bella. Tapi, sepertinya kau harus berterima kasih
padanya setelah ini.
“Aku janji
gak bakal nyakitin kamu lagi, dank aku janji kita bakal tunangan secepatnya
terus kita nikah kalau kita udah jadi sarjana dan aku udah kerja.”
“Cassie?”
“Aku udah
mutusin dia, dan dia bakal balik ke rumah asalnya.”
Aku
tersenyum”Aku gak bakal bisa Baal marah sama kamu, aku terlalu sayang sama
kamu.”
Iqbaal kini
ikut tersenyum dan ia memelukku lagi namun kali ini lebih erat”Aku gak bakal
ninggalin kamu lagi Sal, aku janji.”
“Iya, aku
percaya kok tapi lepas ya pelukannya kamu bau.”
Iqbaal
melepas pelukannya sambil cengengesan”Maaf yak au gak sempet mandi, aku takut
kamu keburu berangkat. Kamu jangan pindah ya, disini aja sama aku.”
“Siapa yang
pindah? Aku emang mau ke Surabaya tapi Cuma 4 hari terus balik lagi.”
Iqbaal
melongo”Jadi aku dikerjain dong sama Bella?”
Aku tertawa
renyah”Haha iya kali, diakan emnag usil orangnya.”
Iqbaal
manyun”Awas aja kalo ketemu nanti gue pites tuh anak, dipikir gak malu apa
keluar rumah masih pake baju tidur mana muka aku kucel banget.”
“Tetep
ganteng kok.”
Iqbaal
tersenyum”Iya dong siapa dulu, calon suaminya Salsha.”
“Yaudah kamu
masuk mobil gih, biar aku aja yang nganterin kamu ke bandara.”
“Kamu gak
malu, ke bandara dengan keadaan kaya gitu?”
“Gak lah,
kan kata kamu aku ganteng.”
“Dasar.”
TAMAT
4 komentar:
Sumpah air mata gue menetes saat baca cerita ini hahah����
beneran nih? thanks ya udah baca :)
Seru bangeeeet
Seru bangeeeet
Posting Komentar