DIAM – DIAM SUKA
“Bellaaaaaaaa.”
Arghhhh teriakan nyaring itu nyaris membuatku jatuh dari
tempat tidurku seketika. Aku mendengus kesal sambil mengucek mataku. Setelah
memastikan nyawaku terkumpul aku turun dari tempat tidurku dan membuka pintu
kamarku. Sesosok gadis cantik dengan rambut terurai panjang memasang muka tak
berdosanya.
“Kebiasaan lo Sal teriak-teriak dirumah orang, gak tau orang
masih ngantuk apa?”dumelku
Yap dia sahabatku Salshabila Ayudya Pratiwi atau yang biasa
dipanggil Salsha.
“Bella jogging yuk.”pintanya memelas
“Ogah ah males.”
Salsha yang sedang mengikat rambutnya seketika manyun.
“Ayolah.”rengeknya sambil memajukan bibirnya
Huh, dikira aku gak tau apa, aku pasti nanti jadi obat
nyamuk.
“Gak mau.”ujarku tegas”Dipikir enak apa jadi obat nyamuk,
pacaran jangan ngajak-ngajak dong.”
Yah sebenarnya bukan karna itu aku tidak mau menemani Salsha
jogging. Ada alasan lain yang tidak akan ada satu orangpun yang tahu tentang
ini. Aku jamin tidak akan ada yang tau karna aku menutup rahasia ini rapat-rapat.
Salsha memasang muka melasnya”Please.”pintanya sambil
menempelkan kedua telapak tangannya
Aku mendengus, huh tidak ada gunanya akhirnya juga pasti aku
yang harus mengalah. Aku memasang muka malasku”Yayaya gue mandi dulu.”ujarku
akhirnya
Salsha tersenyum manis”Thank you Zevilla Anabella Letisya.”
*
Aku meneguk botol air mineralku hingga tersisa setengah. Aku
menunggu Salsha yang sedang ke toilet. Aku sedikit tersentak saat ada seseorang yang
tiba-tiba duduk disebelahku”Kebiasaan lo Sal demen banget ngagetin gu…”ucapanku
terhenti begitu aku menyadari bahwa bukan Salsha yang ada disebelahku tapi……
Iqbaal Aditya Bintang Nugaha, pacarnya Salsha.”Sorry Baal gue kira tadi Salsha.”ujarku
kemudian nyengir
Iqbaal tersenyum
tipis”Gak papa kok, kayak baru kenal aja lo Bel.”
Aku tersenyum kikuk, sial kenapa jantung aku kaya abis lari
marathon gini sih?
“Kok lo kaya salah tingkah gitu sih?”Tanya Iqbaal yang
sepertinya menyadari perubahan sikapku. Tuh kan bego banget sih aku, harus
jawab apa coba ?
Iqbaal menyeringai”Lo naksir ya sama gue? kok salting gitu
sih duduk sebelah gue?”
Jleb.
Aku terdiam saat itu juga, aku benar-benar tidak tau lagi
harus jawab apa. Apa yang dikatakan Iqbaal itu benar, aku memang menyukainya
tapi aku sadar kalau Iqbaal itu pacarnya Salsha, SAHABAT AKU SENDIRI!
Iqbaal tiba-tiba tertawa nyaring”Haha gue Cuma becanda kali
Bel, jangan panik gitu muka lo”
“Sialan lo, ngerjain gue lo!”marahku
Iqbaal menunjukan jarinya yang berbentuk ‘V’ padaku”Peace
Bel, gue kan Cuma becanda.”
“Ehem.”
Aku dan Iqbaal sontak menoleh kesumber suara. Tanpa kami
sadari Salsha ternyata sedari tadi ada disamping kami.
“Bagus ya? mau main belakang nih.”ujarnya sambil melipat
tangannya didada
“Eh enggak kok Sal, lo salah paham.”ujarku menjelaskan
“Gue gak nyangka ya Bel, lo tega banget sama gue.”
Duh Salsha salah paham kan, si Iqbaal juga diem aja ngomong
kek.
“Jangan salah paham dong Sal, gue gak ngapa-ngapain kok sama
Iqbaal.”
Salsha menatapku tajam seolah sama sekali tak percaya
denganku. Aku harus ngomong apa lagi coba?
“Buahaahahaha.”tawa Salsha meledak tiba-tiba”Muka lo lucu
banget Bel sumpah.”
Jangan bilang aku dikerjain lagi. Sial! ini anak dua kompak
banget ngerjain aku. Huh, NYEBELIN!
“Haha akting kamu bagus Beib.”ujar Iqbaal lalu berhigh five
dengan Salsha. Salsha duduk diantara aku dan Iqbaal.
Aku menatap Salsha kesal”Nyebelin banget lo Sal, gue gak mau
ah nemenin lo jogging lagi.”ujarku ngambek
“Yah ngambek, maaf deh Bel.”
Aku membuang mukaku kearah lain”Tau ah gue bête sama kalian
berdua seneng banget ngerjain gue.”ujarku lalu melangkah pergi.
Bisa kudengar Iqbaal dan Salsha yang memanggil-manggil
namaku, namun tak kuhiraukan karna aku benar-benar kesal dengan mereka berdua.
Bodo amat mending aku pulang terus ngelanjutin tidur lagi.
*
Aku tengah asyik membaca novel saat tiba-tiba Salsha
menumpahkanbegitu banyak undangan ke atas bangkuku. Aku mendengus sebal, aku
paling tidak suka diganggu saat membaca novel.
“Apaan sih Sal?”
Salsha tersenyum lebar”Hehe maaf deh, lo kaget ya?”
“Udah tau nanya.”balasku judes
Salsha buru-buru duduk disebelahku sementara aku menatap
tumpukan undangan dengan berbagai warna didepanku. Undangan apa ya?
“Bantu gue milih undangan yang bagus donk Bel.”pintanya
“Buat apa?”
“Buat acara pertunangan gue sama Iqbaal.”
Jeder
Bagai tersambar petir disiang bolong aku terpaku ditempatku
saat itu juga. Aku tidak salah dengar kan? Iqbaal dan Salsha akan TUNANGAN?
lidahku kelu saat itu juga. Ntahlah aku tidak tau harus bicara apa lagi.
Rasanya hatiku hancur berkeping-keping saat itu juga. Rupanya Iqbaal memang
tercipta bukan untukku tapi untuk Salsha. Aku menghela nafas berkali-kali
berusaha mencegah air mataku yang sudah akan tumpah.
“Kok lo kayak mau nangis gitu sih Bel?”Tanya Salsha yang
sepertinya sedari tadi memeperhatikanku
Tuhan, aku harus menjawab apa?
“Ngg.”aku kebingungan mencari jawaban”Gue. . . itu ngg
terharu gak nyangka sahabat gue udah mau tunangan.”
Aku tersenyum manis dan didetik berikutnya Salsha memelukku
erat. Dengan ragu aku membalsnya.
“Gue seneng banget Bel. Kemarin gue main kerumah Iqbaal dan
orang tua Iqbaal setuju sama hubungan kita dan langsung nyuruh kita tunangan.
Gue bahagiaaaaa banget sekarang.”
“Selamat ya Sal.”
Salsha melepas pelukannya lantas berkata”Makasih ya Be.l”
“Lo yakin mau tunangan? Kan kita masih SMA.”
Salsha mengangguk mantap”Gue yakiiiin banget.”
Aku mengangguk saja dan kembali mencoba memaksakan diriku
untuk tersenyum.
“Bantuin gue milih undangan yang bagus yah.”pinta Salsha
Hidup memang lucu, aku harus membantu menyiapkan pertunangan
orang yang aku sukai dengan orang lain yang tak lain adalah sahabatku sendiri.
Miris memang. Aku bahkan tak tau lagi bagaimana perasaanku sekarang.
Sedih karna kesempatanku untuk bisa bersama Iqbaal sudah
tidak mungkin ada lagi. Senang karna sahabat terbaikku sejak kecil akhirnya
bertunangan dan menyesal karna aku tidak mengungkapkan perasaanku dari dulu
pada Iqbaal. Padahal aku yang terlebih dahulu mengenal dan menyukai Iqbaal tapi
justru Salsha yang beruntung mendapatkan Iqbaal.
Tuhan, kuatkan aku!
*
Hari yang ditunggu-tunggu Salsha dan Iqbaalpun tiba. Hari
ini pertunangan mereka digelar. Dihalaman belakang rumah Iqbaal. Mereka memang
memilih tema garden party dan halaman belakan rumah Iqbaal yang luaspun
terpilih. Malam itu Salsha begitu cantik dengan dress hitam panjangnya
sementara Iqbaal tak kalah tampan dengan setelan jasnya. Aku menatap mereka
dari jauh, kini Iqbaal tengah mengenalkan Salsha pada rekan-rekan bisnis
papanya. Ah andai saja aku yang ada diposisi Salsha sekarang aku pasti akan
menjadi wanita yang paling bahagia didunia. Aku menyesal? Tentu saja! Kenapa aku harus mementingkan
gengsiku daripada perasaanku? Seharusnya aku dulu mengatkan perasaanku pada
Iqbaal. Tanpa peduli gengsi dan takut ditolak. Yah meskipun ditolak setidaknya
aku sudah mengatakan apa yang aku rasa. Tapi jangan salah aku tidak pernah
menyesal telah mencintai Iqbaal. Yah meskipun harus berakhir seperti ini.
Sebenarnya hari ini aku mau berpamitan pada mereka. Aku akan
pindah ke Bandung untuk tinggal beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun. Aku memang
pecundang karna lari dari masalah dan tidak berani meneriman kenyataan, yah itu
benar. Bagaimanapun aku juga manusia biasa. Dan ini terlalu menyakitkan
untukku. Aku perlu waktu untuk kembali menata hidupku dan aku akan kembali saat
aku sudah bisa menerima semuanya.
Aku berjalan menghampiri Salsha dan Iqbaal, aku sampai lupa
belum memberi ucapan selamat pada mereka.
“Hey.”sapaku
Salsha dan Iqbaal menoleh bersamaan. Mereka tersenyum hangat
begitu melihatku.
“Kemana aja sih Bel, dari tadi kita cariin tau.”ujar Salsha
“Gue abis makan tadi, laper hehe.”bohongku
“Bel lo kan belom punya cowok nih, mau gue kenalin
temen-temen gue gak?”tawar Iqbaal
Aku menggeleng”Gak ah, gue lagi males pacaran.”
Aku maunya kamu Baal yang jadi pacar aku, tapi itu gak
mungkin.
“Betah banget sih Bel ngejomblo.”
Aku nyengir lebar”Selamat ya, semoga kalian langgeng sampe
nikah.”ujarku mengalihkan pembicaraan
“Amin”sahut Iqbaal Salsha bersamaan
“Thanks ya Bel.”
Salsha memelukku”Pokoknya makasih banyak lo udah bantuin gue
sama Iqbaal buat acara pertunangan kita. Lo emang the best deh.”
Aku tersenyum simpul membalas pelukan Salsha sejenak lalu
melepaskaannya.
Oke, mungkin ini bukan waktu yang tepat untuk berpamitan,
aku tidak mau merusak hari bahagia mereka.
Mulai sekarang aku memang harus belajar untuk jujur pada
perasaanku. Hanya orang bodoh yang mau jatuh dilubang yang sama dan aku tidak
mau kejadian ini terjadi lagi padaku nanti. Diam-diam mencintai orang itu
sah-sah saja tapi alangkah baiknya jika kata mau mengungkapkannya sebelum
semuanya terlambat.
TAMAT
0 komentar:
Posting Komentar