Hello..... Welcome to my blog :D I hope you enjoy here :) this blog specially for SoniQ, Always BD, Siwonest, Zaynster and Shivers :). Thank you for visiting and don’t forget to leave your comment guys :D 2013 | Lollypop Love

Rabu, 11 Desember 2013

Chandra Adi Prakoso (Chand Kelvin)



Chand Kelvin (lahir Chandra Adi Prakoso lahir 17 Maret 1985; umur 28 tahun) adalah aktor dan model asal Indonesia. Nama "Chand Kelvin" merupakan nama panggung, dimana Chand dari Chandra dan Kelvin dari bahasa Romawi yang artinya aliran sungai yang mengalir (rezekinya mengalir seperti sungai). Chan mengawali kariernya sebagai finalis Coverboy majalah Aneka Yess! di Jakarta pada tahun 2005. Namun tidak lama bergelut dibidang entertainment, Chand Kelvin harus vacum dari dunia entertainment, karena Chand yang berdarah Betawi-Solo ini harus menyelesaikan pendidikan kuliahnya di Universitas Persada Indonesia (UPI) YAI, di daerah Salemba, Jakarta Pusat.
Setelah gelar Sarjana Teknik Industri (S-1) sudah digenggamnya, ia bekerja di pabrik kawasan industri Jababeka, Cikarang. Namun ia tak sempat berlama-lama bekerja di pabrik demi mengejar impiannya menjadi artis. Setelah dua tahun vakum, anak pertama dari 3 bersaudara ini kembali ke dunia hiburan tanah air, menjadi pemain sinetron, FTV, model atau bintang iklan. Ia pernah membintangi beberapa sinetron seperti Bintang dan Maha Kasih 2. Selain itu ia juga pernah membintangi beberapa film televisi seperti 'Santri Bandelz', 'Cintaku Setebal Kulit Bedug', dan 'Cinderella Berubah Wujud'.

http://anpasgin.blogspot.com/

Chand Kelvin merupakan salah satu artis yang indonesia yang memiliki wajah yang cukup tampan, Sehingga banyak sekali para fans diluar sana, Dan pula kebanyakan dari fans nya itu dari golongan kaum hawa.

Chand Kelvin selain dia tampan dia juga pandai berakting, Seperti yang diketahui chand kelvin telah membintangi beberapa sinetron dan juga FTV bahkan dia juga membintangi sebuah iklan.
Dan Berikut dibawah ini biodata lengkap Chand Kelvin_

Biodata Lengkap Chand Kelvin
 Nama Lengkap : Chandra Adi Prakoso
Nama Populer : Chand Kelvin
Tanggal Lahir : 17 Maret 1985
Zodiac : Pisces
Agama : Islam
Profesi : Aktor dan Model
Nama Ibu : Sriwidarti
Nama Ayah : Selamet Suharto
Anak ke – 1 dari 3 bersaudara
Adik Pertama : Aditya Surya
Adik Kedua : Dessy Ayu Astrini
Hobby : Main Drum
Pendidikan : Universitas Persada Indonesia ( UPI ) YAI

Sinetron yang dibintangi Chand Kelvin :
_Maha Kasih 2
_Bintang

FTV yang dibintangi Chand Kelvin :
_Santri Bandel
_Cintaku Setebal Kulit Bedug
_Cinderella Berubah Wujud

Iklan yang dibintangi Chand Kelvin :
_Telkomsel
_Djarum Coklat Extra
_Bank BTN

Selasa, 10 Desember 2013

Waiting For You Until I Die (Iqbaal Salsha Story)

WAITING FOR YOU UNTIL I DIE
“Nglamunin ‘dia’ lagi?”Tanya Kareininna Bella Indira atau yang biasa dipanggil Bella, sahabatku
Aku mengangguk lesu
“Cih, sampai kapan sih lo terus ngarepin dia? Sadar Sal sadar ‘dia’ itu Cuma masa lalu lo.”
Aku menghela nafas berat lalu menggeleng pelan
“Ayolah Sal lo tuh udah nyia-nyiaiin waktu lo buat nunggu hal yang gak akan terjadi.”
Aku menatap Bella tajam”Kata siapa gue yakin kok suatu saat ‘dia’ bakal dateng dan nepatin janjinya.”
Kini giliran Bella yang menghela nafas berat”Salsha Angela Putri, gue tuh gak mau lo terus-terusan kaya gini, nunggu hal-hal bulshit yang di ucapin cinta monyet lo 10 tahun yang lalu itu.”
“Iqbaal bukan cinta monyet gue tapi jodoh yang udah Tuhan takdirin buat gue, dan asal lo tau suatu saat Iqbaal bakal dateng dan minta gue jadi istrinya, inget itu.”
Setelah berkata demikian aku pergi meninggalkan Bella yang masih menatapku tak mengerti.
*
Aku mengayunkan kakiku pelan di atas ayunan kayu yang ada dibelakang rumahku. Dulu saat  aku masih kecil aku sering bermain disini bersama Iqbaal, sahabat kecilku. Kami bersahabat sejak umur 3 tahun. Saat itu keluarga Iqbaal baru saja pindah ke Jakarta. Orang tua Iqbaal memang sering pindah karena tuntutan pekerjaan ayahnya. Saat itu Iqbaal selalu dititipkan dirumahku karna kesibukan orang tuanya. Kami selalu bermain bersama, setiap sore Iqbaal membonceng aku keliling taman. Kami benar-benar tidak bisa terpisahkan, sampai-sampai saat kami masuk SD diusia kami yang ke 7 tahun aku sempat ngambek karna tidak duduk satu bangku dengan Iqbaal. Baru beberapa bulan masuk SD, aku harus menerima kenyataan pahit karna Iqbaal harus pindah ke Jerman bersama orang tuanya. Dan mereka mengatakan mereka tidak akan pindah-pindah lagi mereka akan menetap disana. Aku benar-benar marah saat itu, aku mengurung diriku dikamar. Aku tidak mau makan, sekolah, bahkan berbicarapun aku enggan. Dan disaat hari kepindahan Iqbaal, Iqbaal menemuiku dan berjanji akan kembali untukku.
“Cha Cha jangan nangis ya, Ibal bakal balik kok. Nanti kalo kita udah gede Ibal janji, Ibal bakal nikahin Cha Cha.”
“Ibal celius?”
“Iya, tungguin Ibal ya Cha.”
Kata-kata Iqbaal sepuluh tahun yang lalu pun masih kuingat jelas dalam otakku. Aku tidak akan melupakan janji itu dan aku akan menagih janji itu saat Iqbaal kembali nanti lagipula aku punya surat perjanjian yang kita tanda tangani dulu dan aku masih menyimpannya hingga kini.
“Salsha Salsha.”teriak seseorang yang mengagetkanku hingga membuatku jatuh tersungkur dari atas ayunan
Aku menoleh kebelakang, seharusnya aku sudah tau suara nyaring seperti itu hanya milik Bella. Bella berlari tergopoh-gopoh menghampiriku”Sal Salsha.”Ia kembali berteriak
Aku mendengus sebal, ada apa sih hingga ia seperti orang kebakaran jenggot seperti itu? Aku berdiri sambil membersihkan bajuku yang agak kotor akibat jatuh tadi.
“Sal gue punya berita bagus buat lo.”ujarnya antusias begitu sampai didepanku
“Apa?”ujarku sama sekali tak berminat
“Ini soal Iqbaal.”ujarnya yang membuatku membelalak saat itu juga
“Kenapa sama Iqbaal, kenapa hah?”tanyaku tak sabaran
“Tadi waktu gue jalan kesini gue lihat rumah disebelah ada orang pindahan, itu rumah Iqbaal kan? Kali aja itu Iqbaal.”
Selama 10 tahun ini memang rumah milik keluarga Iqbaal dibiarkan kosong dan aku tidak pernah mendengar rumah itu akan dijual. Dan mungkin Bella benar yang baru saja pindahan itu mungkin Iqbaal. Tanpa mau membuang waktu aku langsung berlari keluar rumah aku benar-benar tidak sabar bertemu dengan Iqbaal.
“Salsha tungguin gue.”teriak Bella yang sama sekali tak kuhiraukan
Aku tidak peduli yang pasti aku benar-benar ingin bertemu Iqbaal sekaran!
*
Sesampainya aku didepan rumah Iqbaal aku melihat truk pengangkut barang yang parkir. Aku juga melihat beberap orang yang hilir mudik memasukkan barang-barang kedalam rumah Iqbaal. Aku berlari kedalam rumah”Iqbaal.”teriakku
Orang-orang yang tengah mengangkut barang menatpku bingung karna berteriak tapi aku sama sekali tak peduli. Pandanganku tertuju pada kolam renang yang ada dibelakang rumah Iqbaal, aku melihat sesosok pemuda yang berdiri memunggungiku sambil menatap kolam renang didepannya. Itu pasti Iqbaal! Aku berlari sekuat tenaga lantas sesampainya dibelakang Iqbaal aku langsung memeluknya dari belakang.
“Iqbaal aku kangen banget sama kamu.”ujarku yang semakin mengeratkan pelukanku padanya
Aku benar-benar merindukannya dan sekarang aku bisa memelukanya. Aku gak akan ngebiarin kamu pergi lagi Baal.
Aku bisa merasakan Iqbaal yang berusaha melepaskan pelukanku dan kini ia berbalik menatapku. Astaga ia begitu tampan sekarang. Ia menatapku bingung”Kamu siapa?”tanyanya yang mebuatku sedih, jadi ia tidak mengingatku?
“Aku Salsha Baal, Salsha Angela Putri sahabat kamu waktu kecil. Kamu Iqbaal Prihandika Saputra kan?”
Iqbaal tampak berusaha mengingat”Aku gak inget sama kamu tuh.”
“Kamu gak inget? kita dulu sering main bareng dan kamu pernah janji buat nikahin aku kalo kita udah gede.”
Iqbaal tampak melongo mendengar ucapanku dan didetik berikutnya ia tertawa renyah dan jujur saja hatiku rasanya teriris sekarang.
“Haha kamu bercanda ya? Aku tuh sama sekali gak inget sama kamu, lagipula aku sekarang udah punya pacar.”
Jleb. Aku membeku ditempatku saat itu juga. Aku bisa merasakan mataku yang mulai mengabur karna tertutup Kristal-kristal bening yang akan tumpah dari mataku saat itu juga.
“Kamu dulu manggil aku Cha Cha dan aku manggil kamu Ibal, kamu masih gak inget juga?ujarku berusaha membuatnya mengingatku
“Udah deh ya kalopun dulu kita pernah sahabatan seharusnya aku inget sama kamu, tapi apa aku sama sekali gak inget tuh sama kamu.”ujarnya sambil melipat tangannya didada”Kalo udah gak ada yang mau diomongin lagi silahkan kamu keluar karna aku sibuk.”
Dan pertahananku runtuh saat itu juga. Air mataku mengalir begitu derasnya. Inikah balasan untukku yang selama ini setia menunggunya?
“Kamu jahat Baal.”ujarku lirih yang kemudian berlari keluar rumah.
Aku sudah tidak tau lagi bagaimana rasanya hatiku yang pasti hatiku kini telah hancur menjadi berkeping-keping menjadi kepingan yang sangat kecil dan tak tahu apakah masih bisa menyatu lagi.
*
“Sal lo kenapa sih, cerita dong sama gue. Buka ya pintunya, please.”
Sedari tadi Bella terus saja merayuku untuk membuka kamar sambil terus mengetuk pintu kamarku. Memang semenjak dari rumah Iqbaal tadi aku mengurung diriku didalam kamar, aku benar-benar ingin sendiri sekarang.
“Sal please buka, lo tuh belum makan dari tadi siang kalo lo sakit gimana?”
Sakit? Aku sama sekali tidak peduli hatiku jauh lebih sakit sekarang. Aku sudah menghabiskan 10 tahun belakangan ini untuk menunggu dan memegang janji yang diucapkan Iqbaal tapi apa balasannya? Mengingatku saja ia tidak, dan yang paling menyakitkan adalah Iqbaal sudah punya pacar.
Bella masih saja terus mengetuk pintu kamarku, aku jadi kasihan ia pasti capek.
“Lo pulang aja Bel, gue lagi pengen sendiri.”
Suaraku benar-benar parau karna menangis terlalu lama.
“Sal gue gak mungkin tega ninggalin lo dalam keadaan kaya gini. Gue bakal tetep disini sampai lo siap cerita sama gue.”katanya keras kepala
Oke aku mengalah, aku berjalan menuju pintu kamarku lantas membukanya. Aku langsung kembali  ke ranjangku sementara Bella mengikutiku dari belakang dengan nampan berisi makanan. Bella meletakkan nampan yang dibawanya di atas meja belajarku. Ia kini mengulurkan piringnya padaku”Makan dulu gih.”
Aku menggeleng. Aku bisa mendengar Bella menghela nafasnya”Please Sal, jangan nyiksa diri lo sendiri.”
Aku terpaksa mengambil piring yang dilulurkan Bella dan mulai memakannya. Sementara aku makan Bella sibuk memebereskan kamarku yang berantakan dengan tissue yang bertebaran dimana-mana.
“Ada hal yang harus lo tau Sal.”ujar Bella serius begitu aku selesai makan
Aku yang tengah minumpun kini menatpnya dengan tatapan bertanya.
“Ini tentang Iqbaal, sebenarnya Iqbaal itu amnesia makannya dia gak inget sama lo.”
*
Aku tengah asyik memberi makan ikan-ikan hias yang ada di kolam ikan didepanku. Sekarang jam istirahat dan aku lebih memeilih menyendiri ditaman sekolah. Bella memaksaku untuk kekantin bersamanya tapi aku benar-benar ingin sendiri sekarang dan untungnya Bella mengerti. Sebenarnya bukan hanya itu alasanku tidak mau pergi ke kantin. Aku hanya tidak sanggup jika harus bertemu dengan Iqbaal dan kekasihnya. Yah mulai hari ini Iqbaal bersekolah ditempat yang sama denganku. Dan yang membuatku lebih sakit adalah Cassie Ferguson pacar Iqbaal sewaktu di  Jerman ikut pindah ke Indonesia dan untuk sementara waktu Cassie  akan tinggal dirumah Iqbaal.
“Hai Salsha.”
Cassie Ferguson, gadis cantik berwajah bule ini kini ada dihadapanku ia tersenyum miring lantas duduk disebelahku. Gadis ini masih memiliki keturunan Indonesia dari mamanya sehingga ia bisa berbahasa Indonesia meskipun logat bulenya masih sangat kental.
“Gue mau ngomong sama lo.”ujarnya
Aku menatapnya malas”Soal?”
“Iqbaal.”
Aku terdiam membiarkannya untuk bicara.
“Gue tau semuanya soal lo dari Iqbaal, Iqbaal pernah cerita soal lo sebelum dia kecelakaan.”
“Terus?”tanyaku
“Gue mau lo jauhin Iqbaal.”
Aku membelalak, memangnya apa hak gadis ini sampai menyuruhku menjauhi Iqbaal. Oke, mungkin statusnya memang pacarnya Iqbaal. Tapi apa haknya? Orang tua Iqbaal saja tidak pernah melarangku.
“Kalo gue gak mau?”tantangku
Dia menatapku sinis”Hei lo tuh Cuma masa lalunya Iqbaal dan masa depannya Iqbaal itu gue, jadi lo jauh-jauh deh lagipula Iqbaal juga gak inget sama lo.”
Aku balas menatpnya sengit, dipikir aku takut apa sama dia? Hellow seorang Salsha Angela Putri gak akan nyerah gitu aja! Camkan itu!
“Gue bakal bikin Iqbaal inget lagi sama gue, dan saat itu terjadi lo bakal nagis Bombay dan balik lagi ke Negara asal lo ngerti!”
Aku bangkit dari dudukku”Gue gak punya waktu banyak buat ngomong sama orang yang gak penting kaya lo.”
Langkahku terhenti saat ia berteriak
“Lo bakal nyesel berurusan sama seorang Cassie Ferguson, inget itu!”
Aku hanya tersenyum miring lantas kembali melanjutkan langkahku.
*
Aku menatap kotak makanan yang ada ditanganku. Pagi ini aku memasak spaghetti saus barbeque makanan favorit Iqbaal sewaktu kecil dulu. Dan aku yakin Iqbaal masih sangat menyukainya sampai sekarang. Aku sudah bertekad untuk membuat Iqbaal lagi denganku. Dan tekadku sudah sangat bulat!
Aku berjalan menghampiri Iqbaal yang tengah duduk sendirian dibangkunya. Aku sangat bersyukur karna Cassie sedang tidak bersamanya.
“Hai Baal.”sapaku ramah
Iqbaal menangkat wajahnya yang sedari tadi asyik dengan gadget miliknya. Ia menatapku sinis namun aku tetap mencoba terus tersenyum.
“Aku masakin ini buat kamu.”
Aku mengulurkan kota makanan yang kubawa.
“Gak usah gue udah sarapan.”
“Kan bisa kamu makan waktu istirahat.”
“Gue gak mau, okey? Jadi mending lo bawa makanan itu pergi.”
Aku tertunduk”Kenapa kamu gak inget sama sekali sama aku sih Baal?”tanyaku lirih
“Oh ya sebelum lo pergi, gue mohon sama lo buat gak ganggu kehidupan gue dan pacar gue lagi.”
Aku mengangkat wajahku, lalu menatapnya dengan tatapan memelas.
“Cassie bilang kalo kemarin lo gangguin dia, gue gak suka ya lo gangguin pacar gue.”
“Tapi aku gak ngapa-ngapain dia Baal kemarin, dia bohong.”ujarku memprotes rupanya gadis bule itu sudah memfitnahku didepan Iqbaal
“Sayangnya gue lebih percaya sama Cassie daripada sama lo, cewek gak jelas yang ngaku-ngaku sahabat kecil gue.”
Aku bisa merasakan dadaku yang bergemuruh menahan sakit. Rasanya luka dihatiku kini disiram Iqbaal dengan air garam, sakit sekali rasanya. Air mataku menetes begitu saja.
“Kamu sekarang berubah ya Baal, kamu bukan Iqbaal yang dulu aku kenal lagi.”lirihku
“Udah deh jangan sok-sokan sedih didepan gue. Mending lo pergi deh sekarang.”
Aku menjatuhkan kotak makan yang sedari tadi kugenggam. Spaghetti yang sudah kubuat dengan susah payah dari pagi-pagi buta kini berceceran dilantai.
“Kamu bakal nyesel udah giniin aku karna saat kamu udah inget lagi sama aku, aku udah pergi dari kehidupan kamu.”
*
“Lo mau kemana Sal?”Tanya Bella bingung
Aku hanya tersenyum simpul lalu kembali memasukkan beberapa bajuku kedalam tas.
“Jangan bilang lo mau pindah gara-gara sakit hati sama Iqbaal? Ah tega lo Sal ninggalin gue.”
Aku memutar bola mataku lantas mendengus”Gak lah, lo pikir hidup gue sinetron yang abis sakit hati terus pindah rumah biar bisa ngelupain orang yang udah nyakitin gue. Makanya jangan kebnayakn nonton sinetron deh.”
“Terus lo mau kemana?”
“Gue mau ke Surabaya besok.”
“Ngapain?”
“Ada deh.”ujarku lalu melet
Bella manyun”Gak asik lo Sal sama sahabat sendiri main rahasia-rahasiaan.”
Aku hanya terkekeh kecil melihat mulut Bella yang lucu itu. Aku berjalan menuju laci meja belajarku, aku ingin mencari kotak yang dari dulu kusembunyikan disana. Kotak berukuran sedang berwarna ungu muda.
“Apaan tuh Sal?”
Aku berbalik menghadap Bella, kini Bella menatapku penasaran. Aku kembali menuju ranjang dan duduk disisi ranjang, tepat disamping Bella.
Setelah duduk, aku membuka kotak tersebut lalu mengeluarkan kalung berbandul bintang. Aku menyodorkannya pada Bella.
“Ini kalung yang dikasih Iqbaal sebelum pindah.”
Bella mengambil kalung itu. Kini ia menatap bandul bintang yang lumayan besar dan ada ukirang namaku dan iqbaal disitu.
“Bagus banget Sal, lo punya barang lain gak kenang-kenangan dari Iqbaal?”
Aku mengeluarkan surat perjanjian yang kita buat waktu itu. Aku yang menulisnya dengan tanganku sendiri diatas kertas berwarna pink. Kertasnya sudah agak lusuh termakan waktu.
Bella kini membaca surat tersebut didetik berikutnya dia tertawa terbahak-bahak. Sial, dia menertawakanku!
“Haha lucu banget Sal, apa sih yang ada dipikiran lo bikin beginian?”
Aku memajukan bibirku”Tau gini gue gak bakal nunjukin ini ke elo.”
“Jangan marah dong Sal, oh ya lo berangkat kapan?”
“Besok jam 8 pagi emnag kenapa? Lo mau nganterin?”
Bella tersenyum misterius dan jujur aku penasaran apa yang ada dipikirannya.
“Kenapa lo senyum-senyum gitu sih Bel?”
“Ada deh.”
*
Aku sudah memasukkan seluruh barang yang kubawa kedalam bagasi mobil. Pesawatku akan lepas landas sekitar setengah jam lagi dan aku harus segera ke bandara. Aku menutup pintu bagasi lalu berjalan kedepan.
“Salsha.”
Aku mencari siapa yang barusan memanggilku. Mataku membelalak sempurna begitu melihat sipa yang kini berlari ke arahku. Aku pasti bermimpi sekarang. Aku mencubit pipiku sendiri. Aw sakit, berarti ini bukan mimpi!
Kini Iqbaal sudah berdiri didepanku. Nafasnya terengah-engah dan ia masih mengenakan baju tidurnya. Wajar saja ia baru bangun mengingat hari ini adalah hari minggu.
“Ada apa?”tanyaku ketus
Greb
Tiba-tiba saja ia memelukku. Aku menganga, ada apa dengan Iqbaal? Apa dia sudah mengingat semuanya? Kalau iya, terima kasih TUHAN!
“Please, jangan pergi jangan tinggalin aku.”
“Kamu ngomong apa sih?”
Iqbaal melepaskan pelukannya, ia menatapku sendu”Bella bilang kamu mau pindah ke Surabaya.”
Ini pasti rencana Bella, pantas saja ia senyum-senyum sendiri kemarin.
“Please Sal maafin aku, aku emang belum inget semuanya tapi tadi Bella dateng dan bikin aku percaya kalau kamu emang sahabat kecil aku.”
Iqbaal mengeluarkan kalung dan surat dari kantungnya. Dari mana ia bisa mendapatkan itu? Ah iya pasti ini ulah Bella. Tapi, sepertinya kau harus berterima kasih padanya setelah ini.
“Aku janji gak bakal nyakitin kamu lagi, dank aku janji kita bakal tunangan secepatnya terus kita nikah kalau kita udah jadi sarjana dan aku udah kerja.”
“Cassie?”
“Aku udah mutusin dia, dan dia bakal balik ke rumah asalnya.”
Aku tersenyum”Aku gak bakal bisa Baal marah sama kamu, aku terlalu sayang sama kamu.”
Iqbaal kini ikut tersenyum dan ia memelukku lagi namun kali ini lebih erat”Aku gak bakal ninggalin kamu lagi Sal, aku janji.”
“Iya, aku percaya kok tapi lepas ya pelukannya kamu bau.”
Iqbaal melepas pelukannya sambil cengengesan”Maaf yak au gak sempet mandi, aku takut kamu keburu berangkat. Kamu jangan pindah ya, disini aja sama aku.”
“Siapa yang pindah? Aku emang mau ke Surabaya tapi Cuma 4 hari terus balik lagi.”
Iqbaal melongo”Jadi aku dikerjain dong sama Bella?”
Aku tertawa renyah”Haha iya kali, diakan emnag usil orangnya.”
Iqbaal manyun”Awas aja kalo ketemu nanti gue pites tuh anak, dipikir gak malu apa keluar rumah masih pake baju tidur mana muka aku kucel banget.”
“Tetep ganteng kok.”
Iqbaal tersenyum”Iya dong siapa dulu, calon suaminya Salsha.”
“Yaudah kamu masuk mobil gih, biar aku aja yang nganterin kamu ke bandara.”
“Kamu gak malu, ke bandara dengan keadaan kaya gitu?”
“Gak lah, kan kata kamu aku ganteng.”
“Dasar.”
TAMAT



Tentang Hujan (Iqbaal Bella Story)

TENTANG HUJAN
Pemuda ini terbangun dari tidurnya begitu merasa dingin disekujur tubuhnya. Matnya mengerjap berkali-kali. Astaga bagaiamana bisa ia tertidur dibawah pohon seperti ini. Hari kini sudah sore dan hujan nampaknya baru saja turun pantas saja ia merasa kedinginan. Pemuda berparas tampan ini bangkit dari duduknya, mungkin hawa sejuk ditaman ini yang membuatnya sampai tertidur dengan keadaan duduk sambil bersandar dipohon besar yang sangat teduh itu. Pemuda bernama Iqbaal  itu kini menatap kearah  balik pohon besar itu. Dibalik pohon besar itu terdapat ayunan dari kayu yang menggantung didahan kokoh pohon tersebut. Dan yang membuat Iqbaal penasaran adalah apa yang dilakukan gadis yang kini tengah berayun itu ditengah hujan seperti ini? Apa dia tidak takut sakit karna hujan-hujanan?
Iqbaal menatap gadis bertubuh mungil itu lebih teliti. Gadis itu tengah menangis. Meskipun air matanya tersamarkan oleh air hujan tapi Iqbaal masih bisa tahu kalau gadis itu sedang menangis. Iqbaal baru pertama kali melihat gadis itu. Gadis itu memiliki wajah cantik yang masih polos, bahkan ia terlihat sangat imut dengan balutan baju pink dan rok dengan warna senada. Dengan ragu Iqbaal berjalan mendekat kearah gadis itu, ia merasa tidak tega melihat gadis itu terus-terusan menangis. Gadis itu mendongak begitu Iqbaal mengulurkan sapu tangan miliknya.
“Lo siapa?”Tanya gadis itu dengan wajah bingung
“Lap dulu air mata lo.”
“Gue gak nangis.”bohong gadis itu
Iqbaal tersenyum miring”Udah jangan bohong, meskipun sekarang lagi hujan tapi gue masih bisa bedain mana air hujan dan mana air mata.”
Gadis itu mengambil sapu tangan yang diulurkan Iqbaal lalu mengelap air matanya. Setelahnya ia berniat mengembalikan sapu tangan milik Iqbaal.
“Gak usah, buat lo aja sapu tangannya.”ujar Iqbaal
Gadis itu tersenyum simpul lalu mengulurkan tangannya”Gue Bella.”
Iqbaal membalas uluran tangan Bella”Gue Iqbaal.”
*
Rintik-rintik hujan mulai membasahi kota Jakarta sore itu. Akhir-akhir ini hujan selalu datang disore hari hingga malam. Pemuda dengan jaket warna biru dongkernya itu terlihat menuruni tangga rumahnya yang terhubung dengan ruang tamu. Ia seperti terburu-buru karna langkahnya yang cukup lebar.
“Mau kemana Baal?”
Wanita setengah baya yang tengah duduk disofa sambil membaca majalah itu menatap anak semata wayangnya bingung.
“Mau ke taman Ma.”
“Kamu gak liat diluar lagi hujan.”
Iqbaal mengeratkan jaket miliknya, bahkan didalam rumahpun sudah sangat dingin suhunya.
“Gak papa kok Ma, aku juga gak bakal lama.”
“Kamu mau ketemu cewek ya?”Tanya sang Mama dengan senyum menggoda
“Ada deh.”
Iqbaal berjalan menghampiri Mamanya lalu mencium pipi Mamanya singkat.
“Aku berangkat ya Ma.”
*
Bella mengayunkan kakinya pelan membuat ayunan yang didudukinya ikut berayun pelan. Matanya menerawang jauh, berkali-kali ia menghela nafasnya. Wajanhnya memerah karna menangis terlalu lama. Ia sudah sangat lelah berpura-pura tegar. Bella sangat rapuh sekarang, ia merasa beban yang diberikan Tuhan padanya terlalu berat. Bella menghapus air matanya yang barusan menetes.
“Lo kenapa sih nangis terus? Lagi ada masalah ya?”
Bella mendongak. Iqbaal kini berdiri disampingnya sambil memegangi tali ayunan mentapnya dengan tatapan prihatin.
“Gue gak papa kok.”
“Lo kenapa sih seneng banget boong, biar mancung gitu kaya pinokio gitu? Ya meskipun lo pesek lo harus tetep bersyukur atas apa yang Tuhan beriin sama lo.”
“Kok lo ngatain gue pesek sih? Gak sopan banget, baru kenal kemaren juga.”
Iqbaal cengengesan”Ya maaf abisnya lo ngeboong terus sih.”ujarnya sambil menggaruk tengkuknya”Oh ya lo geser dikit dong, biar gue bisa duduk diayunan juga.”
Bella mendumel tak jelas namun ia tetap menggeser duduknya. Ayunan ini memang cukup untuk dua orang.
“Cerita dong Bel, gue bakal bantu kok kalo gue bisa.”
Bella menggeleng, kini Bella menunduk sambil memandangi flat shoes yang dikenakannya.
“Apa karna kita baru kenal jadi lo gak mau cerita sama gue?”
Bella menghela nafas sejenak. Ia mendongak dan menoleh kearah Iqbaal”Oke gue bakal cerita.”
Iqbaal tersenyum senang, ia kini menatap gadis disampongnya fokus, bersiap mendengarkan cerita gadis ini.
“Dulu gue ngerasa jadi cewek paling sempurna karna gue punya segalanya. Dan gue bersyukur banget sama Tuhan yang udah ngasih kebahagiaan yang luar biasa ke gue. Tapi semuanya berubah saat mama dan papa mutusin buat cerai. Setelah mereka bercerai mereka bener-bener ngelupain gue sama kak Bastian. Mereka gak pernah pulang, mereka gak pernah nelpon kita. Mereka udah nikah lagi dengan orang lain dan gak peduli lagi sama kita. Bahkan kita gak pernah dapat kiriman uang dari mereka, mereka Cuma ninggalin rumah , mobil dan semua barang yang ada dirumah. Tapi perlahan semua barang-barang itu habis gue jual buat biaya sekolah gue sama kak Bastian yang bersekolah disekolah internasional. Belum lagi ternyata kak Bastian pemakai obat-obatan terlarang, dan sekarang kak Bastian harus dirawat dipanti rehabilitasi.”
Bella menghela nafasnya lagi. Matanya berkaca-kaca mengingat betapa kejamnya orang tuanya mencampakkan ia dan kakaknya. Iqbaal menepuk pundak Bella berkali-kali mencoba menguatkan gadis disampingnya.
“Gue udah lama berhenti sekolah dan kerja di café buat Menuhin kebutuhan gue sama kak Bastian. Tapi gue masih punya satu hal, Aldi. Dia pacar gue yang selalu setia nemenin gue kapanpun. Gue bersyukur punya Aldi tapi itu gak bertahan lama begitu gue tahu kalo ternyata Aldi selingkuh sama Salsha, sahabat gue sendiri.”
Air mata Bella leleh juga. Mengingat semua hal tragis yang terjadi dikehidupannya membuatnya tak henti menangis. Ia selalu berusaha terlihat tegar didepan semua orang tapi ia sudah capek membohongi dirinya sendiri. Ia merasa benar-benar sendiri, tidak ada satupun orang yang bisa dibuatnya bersandar.
Iqbaal menarik tubuh Bella kepelukannya. Bella terdiam dipelukan Iqbaal, ia ragu untuk membalas pelukan Iqbaal mengingat mereka baru saja kenal. Iqbaal mengelus rambut panjang Bella. Iqbaal bisa merasakan betapa pedihnya yang Bella rasakan saat ini.
“Lo boleh nangis sepuasnya dipelukan gue kok Bel. Pokoknya mulai hari ini gue bakal jadi satu-satunya orang yang bakal selalu ada buat lo. Setiap lo pengen curhat gue selalu siap dengerin lo. Setiap sore gue bakal ketaman ini buat lo.”
“Makasih ya Baal udah mau jadi temen gue, gue seneng seenggaknya masih ada orang yang peduli sama gue.”
Iqbaal mengeratkan pelukannya. Hujan turun semakin lebat dan hari sudah beranjak malam kala itu.
*
Selama satu bulan belakangan ini hunbungan Iqbaal dan Bella kian dekat. Siapa yang menyangka ternyata café tempat Bella bekerja adalah milik orang tua Iqbaal.setiap sore mereka berkunjung ke taman bersama-sama, bermain ayunan, hujan-hujanan, dan banyak lagi kegiatan yang mereka lakukan bersama. Bella sudah mulai bisa melupakan masalah-masalahnya. Ia sudah kembali menjadi gadis riang dan ceria seperti dulu lagi. Bastian sudah sembuah dari ketergantungannya pada obat-obatan terlarang. Kini ia juga bekerja di café yang sama dengan Bella sebagai pelayan.
Sore ini hujan tidak turun membuat matahari yang sudah mulai terbenam dapat terlihat jelas oleh Iqbaal dan Bella.
“Baal balik ke café yuk, kan gak enak sama yang lain. Café lagi rame-ramenya.”
“Gak ah, enakan disini.”
“Ya lo kan anak yang punya café jadi terserah lo mau ngapain aja. Lha gue? Kalo gue dipecat gimana Baal?”
“Gak bakal deh, percaya sama gue.”
Bella kini diam, matanya sibuk menatap goresan jingga yang kini terlukis indah dilangit. Iqbaal tersenyum kecil melihat Bella. Dimatanya gadis itu makin hari semakin cantik saja.
“Bel.”panggil Iqbaal ragu, mungkin ini saat yang tepat untuk mengungkapkan apa yang dirsakannya selama ini ke Bella
Bella menoleh”Kenapa?”
Iqbaal langsung gugup begitu matanya dan mata milik Bella bertatapan. Iqbaal menggaruk tengkuknya sendiri”Anu…. Itu lho….”
Bella mengerutkan keningnya melihat tingak aneh Iqbaal”Lo kenapa sih Baal? Kok aneh gitu.”
Iqbaal menghirup nafas dalam berkali-kali”Gue mau ngomong kalo gue……”
Iqbaal menggantung omongannya sementara Bella kini menatapnya serius.
“Gue su…”
Jedarrrr
Omongan Iqbaal langsung terhenti begitu petir menyambar. Tunggu, sore ini begitu cerah. Sangat cerah, lalu kenapa tiba-tiba ada petir menyambar?
“Pulang yuk, kayaknya mau ujan deh.”
“Eh tapi Bel, gue kan belum ngomong.”
“Udah ntar aja ngomongnya.”
Bella menarik paksa Iqbaal meninggalkan lapangan. Iqbaal mendengus pasrah, oke mungkin ini bukan waktu yang tepat.
*
Iqbaal berjalan penuh semangat ke taman sore ini. Ia sudah membawa rangkaian bunga mawar untuk Bella. Ia sudah bertekad untuk menyatakan perasaannya hari ini, ia tidak mau gagal seperti kemarin hanya karna petir. Iqbaal melangkah menuju ayunan dipohon yang selama ini menjadi tempat favoritnya bersama Bella. Iqbaal menautkan alisnya begitu tak mendapati Bella disana. Seharian ini Iqbaal tidak melihat Bella di café jadi iqbaal piker Bella sekarang ada disini. Iqbaal duduk diayunan sementara bunga yang dibawanya ia letakkan disampingnya. Iqbaal mengeluarkan handphone dari saku bajunya, berniat menghubungi Bella.tiba-tiba pandangan Iqbaal beralih ke tali ayunan.  Iqbaal menatap tali ayunan yang tampak berbeda sore itu, ada kertas yang dilipat lalu diikat dengan pita ditali ayunan tersebut. Iqbaal yang penasaranpun membuka pita yang mengikat kertas tersebut. Iqbaal membuka lipatan kertasa tersebut. Didalam kertas tersebut tertulis rapi rentetan kata.
“Buat gue?”Tanya Iqbaal dengan wajah bingung begitu melihat surat yang ternyata untuknya
Baal, maafin gue. Gue gak sempet pamit ke elo. Gue pindah ke bandung Baal, gue bakal tinggal sama tante gue. Semalem tante gue jemput gue sama kak Bastian buat tinggal bareng. Tante gue gak tega ngeliat gue sama kak Bastian yang putus sekolah dan harus kerja jadi waiters. Sekali lagi maafin gue yang pergi tanpa pamit. Semoga kita bisa ketemu lagi nanti.
Bella
Iqbaal membaca surat singkat dari Bella. Nafasnya tercekat. Bella pindah? Astaga itu artinya ia tidak bisa bertemu Bella lagi. Oke, bandung dan Jakarta memang dekat tapi Bella tidak memberikan alamat rumah barunya. Lalu bagaimana jika Iqbaal kangen dan ingin bertemu? Iqbaal mengacak rambutnya frustasi. Argh ini sama saja menyuruhnya hidup dengan separuh nafas. Iqbaal begitu mencintai Bella, tapi kini ia harus menjalani hidupnya tanpa Bella.
“Kenapa lo harus pergi Bel, gue belum sempet nyataian cinta gue ke elo? Please balik Bel, gue gak bisa ketawa lagi kalo gak sama lo. Jangankan ketawa, senyum aja rasanya susah.”
*
Bella menatap fotonya bersama Iqbaal seminggu yang lalu. Foto saat tubuh mereka basah kuyup karna main hujan-hujanan. Ia tersenyum tipis, sudah dua hari ia tinggal di Bandung bersama kakaknya. Rasanya ia sangat merindukan pemuda itu, merindukan senyuman manisnya, merindukan tawa renyahnya, merindukan pelukan hangatnya. Bella benar-benar merindukan semua yang ada pada Iqbaal. Ia tidak bisa memungkiri sebulan belakangan ini pemuda tampan itu adalah satu-satunya orang yang selalu ada disampingnya. Menemaninya setiap ia sedih, memberikan Bella tempat bersandar saat ia rapuh.
Bastian masuk begitu saja kekamar adik semata wayangnya itu. Dilihatnya sang adik yang sedang melamun disamping jendela. Matanya menatap kosong keluar jendela yang dipenuhi bulir-bulir air hujan, semenata tangannya menggenggam bingkai foto berwarna merah.
“Bel.”
Tidak ada sahutan dari Bella. Bastian mendengus, ia berjalan kearah jendela. Kini ia sudah tepat disamping Bella, ia mengambil begitu saja bingkai foto yang sedari tadi digenggam bella dan itu membuat Bella terkejut dan langsung tersadar dari lamunannya.
“Cie kangen ya sama Iqbaal?”
Bella manyun”Apaan sih kak.”ujarnya smabil mencoba merebut kembali bingkai foto tersebut dari kakaknya
“Lo suka ya sama Iqbaal?”Tanya Bastian sambil memainkan alisnya
“Gak lah, gue juga sadar diri kali gue siapa Iqbaal siapa. Gue Cuma waiters yang sekarang numpang sama tantenya.”
“Kok lo gitu sih dek, Iqbaal kan gak pernah ngebedain status sosial orang lain. Orang tuanya juga gak pernah masalahin kan kedekatan lo sama Iqbaal.”
“Udah lah kak, mau gimanapun juga gue gak pernah sepadan sama Iqbaal.”ujar Bella yang kemudian merebut bingkai foto yang sedari tadi ditahan Bastian
“Gue bakal kerja keras dek, biar kita gak perlu numpang dirumah tante Linda lagi. Gue janji kita bakal hidup berkecukupan nanti. Biar gak ada lagi yang ngeremehin kita dan lo bisa bersatu sama Iqbaal.”
“Makanya kakak belajar yang bener biar lulus dan keterima diuniversitas negeri .”
Bastian mengacak poni Bella”Iya adekku yang bawel.”
*
Bella sedang duduk diteras rumah sore itu. ia duduk sambil memandangi jalan kompleks perumahannya yang dipenuhi anak kecil yang sedang bermainkejar-kejaran. Mereka tertawa lepas sambil terus mengejar satu sama lain. Hari ini hujan tidak turun jadi anak-anak kecil itu bisa bebas bermain diluar rumah. Bella tersenyum kecil sambil terus memperhatikan mereka. Sepertinya ia sudah tidak pernah tertawa sejak seminggu yang lalu. Apalagi saat ia benar-benar lost contact dengan Iqbaal karna Bella memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan Iqbaal. Bella lebih memilih membohongi dirinya sendiri dan menutup rapat-rapat hatinya.
Seorang gadis berumur 5 tahun tampak berlari menghampiri Bella. Gadis dengan kuncir kudanya itu tersenyum riang begitu sampai dihadapan Bella. Gadis kecil itu mengulurkan surat untuk Bella.
“Kak, ada surat buat kakak.”
Bella menautkan alisnya”Dari siapa?”
Gadis kecil itu tidak menjawab, ia hanya tersenyum lalu berlari pergi meninggalkan Bella yang masih bingung. Bella membuka surat untuknya lalu membacanya.
Aku tunggu kamu ditaman sekarang!
Kalau kamu gak dateng kamu bakal nyesel!
Inget, SEKARANG!
Bella melongo membaca surat tersebut. Siapa sih yang kurang kerjaan nyuruh dia ke taman mana suratnya gak ada nama pengirimnya lagi. Tapi, Bella penasaran juga. Jadilah dia beranjak dari teras rumahnya lalu berjalan ke taman karna jarak taman dengan rumahnya yang tak begitu jauh. Bella mengedarkan pandangannya keseluruh taman kompleks perumahan ini. Ia mencari kira-kira siapa yang menyuruhnya kemari. Mata Bella terhenti pada sosok pemuda yang kini duduk membelakanginya. Pemuda itu duduk diatas bangku beberapa meter didepan Bella. Dengan ragu Bella berjalan mendekat kearah pemuda tersebut.
“Sorry, lo yang nyari gue ya?”Tanya Bella ragu
Pengunjung taman sore ini lumayan ramai jadi ia takut kalau ia sampai salah orang. Kan malu juga kalau sampai salah orang.
Pemuda itu berbalik, ia tersenyum simpul pada Bella. Bella membelalak, mulutnya sedikit terbuka karna tak percaya apa yang dilihatnya sekarang.
“Hey, apa kabar? Masih inget sama gue?”
“Ya masihlah Baal.”
“Kalo masih kok gak pernah hubungin gue? Udah punya pacar ya disini makanya gue dilupain?”
“Enggak.”
“Terus?”
“Kok lo bisa ada disini?”Tanya Bella mengalihkan pembicaraan
“Lo gak suka gue ada disini, okey fine.”
Bella manyun”Lo kenapa sih Baal, kok lo berubah jadi nyebelin banget?”tanyanya kesal
Iqbaal tersenyum miring, ia hanya menampakkan wajah datarnya sambil melipat tangannya didada.
“Lo marah sama gue?”Tanya Bella yang kini sudah duudk disamping Iqbaal
“Menurut lo?”
“Oke, maafin gue yang udah pergi tanpa pamit dan gak ngehubungin lo lagi.”
Iqbaal menatap Bella dalam, ia mendekatkan wajahnya kewajah Bella hingga kini wajah mereka sangat berdekatan. Wajah Bella mendadak memerah saat itu juga.
“Gue bakal maafin lo kalo lo mau jadi pacar gue dan gak pergi-pergi ninggalin gue lagi.”
Jantung Bella langsung memburu begitu mendengar ucapan Iqbaal. Wajahnya makin memerah dan nafasnya mulai tak teratur. Rasanya seperti mimpi mendengar Iqbaal mengatakan itu.
“Maksud lo?”
“Apa lo gak sadar juga kalo selama ini gue suka sama lo?”
“Ngg anu itu gue ehh.”
Bella sampai tak bisa berkata-kata lagi dan kini ia benar-benar salah tingkah.
“Lo tinggal jawab mau apa gak, kalo lo gak mau gue bakal pergi dari kehidupan lo.”Iqbaal berhenti sejenak.”Selamanya….”
Bella terdiam, ia tak mau Iqbaal pergi. Hidupnya serasa hampa tanpa Iqbaal dan ia sangat membutuhkan Iqbaal.
Greb
Bella memeluk Iqbaal erat”Jangan pergi.”ujarnya lirih
“Jadi itu artinya iya?”tanya Iqbaal dengan senyum menggoda
“I iya aku mau.”
Iqbaal tersenyum lebar, ia membalas pelukan Bella erat lalu mengecup kening Bella sesaat. Iqbaal melepas pelukannya llau menatap Bella dalam”I love you so much.”
“I love you too.”
Bella dan Iqbaal terdiam sejenak menikmati langit senja sore itu. bella menyenderkan kepalanya di pundak Iqbaal sementara Iqbaal merangkul Bella disampingnya. Mereka sama-sama terdiam menikamti lukisan indah ciptaan Tuhan sore itu.
“Oh iya Baal, kok lo tahu alamat rumah gue? Gue kan gak pernah ngasih tau alamat rumah gue.”
“Kok gue sih, aku dong. Kita kan udah pacaran masa’ ngomongnya pake gue-elo sih.”
“Iya deh, kamu tahu dari mana?”
“Aku sekarang kan tinggal disini.”
“Serius?”
“Kamu tadi waktu jalan kesini liat kan dirumah sebelah rumah kamu ada orang pindahan?”
Bella mengagguk.
“ Itu rumah aku, tadi pagi aku pindah kesini, eh ternyata kita tetangga. Kayaknya kita emang ditakdirin berjodoh deh. “kata iqbaal yang diakhir ucapannya tersenyum sumringah
“Terus kenapa tadi kamu bilang kalo aku gak nerima kamu, kamu bakal pergi?”
“Ya aku kan Cuma ngegertak kamu biar kamu terima.”jawab Iqbaal cengengesan
Bella cemberut”Jail banget sih.”marah Bella yang melayangkan cubitan di perut Iqbaal
“Aww sakit Bel.”
“Bodo, abis kamu nyebelin sih.”
“Lebih nyebelin mana sama kamu yang pergi tiba-tiba hah?”
Bella terdiam begitu Iqbaal mengatakan kalimat barusan”Oke kita impas satu sama sekarang.”

TAMAT

Selalu Bersama (Iqbaal Bella Story)

SELALU BERSAMA
Bella bisa merasakan kalau semua siswa dikelas ini sedang membicarakannya namun ia mencoba untuk tak peduli meskipun ia merasa sangat sedih. Bella terus berusaha menahan air matanya yang sedari tadi mendesak untuk keluar. Tapi ia tidak mau menunjukkan kepada siapapun kalau ia lemah. Matanya sudah cukup sembab akibat menangis semalaman dan ia tidak mau membuat matanya semakin parah akibat menangis.
“Dasar anak koruptor.”cibir salah satu teman sekelasnya dengan suara yang sengaja dikeraskan
Bella menunuduk dalam, ia mencengkram kuat rok abu-abunya.
“Nggak tau malu ya masih aja sekolah disini, inikan sekolah elit.”kini seorang berambut keriting gantung mengungkapkan ejekannya setelah tadi didahului oleh temannya.
Mata Bella berkaca-kaca, kenapa semua orang justru memojokkannya sekarang. Semua sahabatnya perlahan meninggalkannya akibat terkuaknya berita bahwa ayahnya terlibat korupsi yang sangat merugikan Negara dan saat ini berita ini tengah menjadi hot news di semua surat kabar di Indonesia. Tapi Bella yakin ayahnya tidak bersalah, beliau hanya di fitnah oleh rekan kerjanya yang tidak menyukainya. Dan kini ayahnya harus mendekam di kantor polisi untuk menjalani serentetan pemeriksaan yang begitu rumit.
“Kenapa nggak dikeluarin aja sih dari sini kan keberadaannya disini Cuma mencoreng nama baik sekolah kita.”
Seorang gadis dengan rambutnya yang dikuncir kuda kini berkata dengan sinis”Bener tuh kalo gue jadi ketua yayasan udah gue keluarin dia.”
Bella bisa merasakan kupingnya yang sudah sangat panas mendengar hinaan-hinaan yang ditujukan untuknya. Bella bangkit dari duduknya lalu pergi keluar kelas. Bella bisa mendengar suara tawa kemenangan dari mereka dan saat itu juga Bella berlari ke taman belakang sekolahnya yang ia yakini sedang sepi sekarang.
^_^
Menangis dan menangis. Ya, hanya menangis yang bisa Bella lakukan sekarang. Bahkan bel masuk yang berdenting 10 menit yang lalupun tak membuatnya ingin beranjak dari bangku semen yang kini ia duduki. Bella mencengkram erat bangku yang ia duduki, ini terlalu cepat dan tiba-tiba. Bella tidak sanggup harus mendengar cemoohan dari semua orang.
“Bella.”suara lembut seorang pemuda yang kini berdiri dihadapannya membuat Bella mendongak
Seorang pemuda tampan dengan perawakan tinggi ini tengah tersenyum hangat pada Bella
“Iqbaal.”ujar Bella lirih lalu segera menghambur ke pelukan Iqbaal
Iqbaal membalas pelukan Bella, ia mengusap lembut puncak kepala Bella”Udah jangan nagis lagi, kan ada aku”
“Aku gak kuat Baal, aku gak sanggup, aku mau mati aja.”
Iqbaal melepas pelukannya lalu menatap dalam gadisnya”Kamu gak boleh ngomong gitu, kamu lupa ya punya aku.”kata Iqbaal lembut”Aku bakal selalu ada disamping kamu dan kita bakal lewatin ini sama-sama ya?”
Iqbaal menyeka air mata Bela dengan ibu jarinya lalu kembali memeluk Bella, kali ini lebih erat.
“Hidup aku udah hancur Baal. Papa di penjara, Mama sekarang lagi sakit, semua harta kekayaan aku disita karna dikira hasil korupsi, semua orang jauhin aku, bahkan anak-anak dikelas tadi pada ngejek aku.”Bella menghela nafas berat sejenak”Aku yakin sebentar lagi aku juga bakal dikeluarin dari sekolah ini.”
Iqbaal tersenyum getir, ia bisa merasakan kepedihan kekasihnya ini. Jika Iqbaal diposisi Bella, Iqbaal juga pasti akan seperti ini.
“Kamu tau gak Bel dulu nenek aku sebelum meninggal bilang gini ke aku’kebenaran akan selalu menang, meskipun awalnya kejahatan yang menang tapi pada akhirnya kebenaran tidak akan pernah dikalahkan oleh kejahatan. Karna sejatinya Tuhan selalu bersama orang-orang yang baik, Tuhan mau menguji kesabaran umatnya dan kalau kita berhasil melalui ujianNya kita kan mendapat kebahagiaan yang sangat indah’ dan aku percaya itu, Papa kamu gak salah suatu saat nanti semuanya akan terbongkar dan kembali seperti semula.”
“Semoga omongan kamu bener kejadian Baal.”ujar Bella
Iqbaal tersenyum manis”Jangan nangis lagi ya, kamu jelek tau kalo nangis.”ujar Iqbaal lalu nyengir
Bella melepaskan pelukan Iqbaal lalu cemberut”Ih kamu mah.”
“Tapi kalo cemberut kok makin cantik ya.”goda Iqbaal sambil memainkan alisnya genit
Bella mencubit perut Iqbaal”Iqbaaaal.”
Iqbaal meringis sambil mememgangi perutnya yang terasa sakit”Gak papa deh asal kamu seneng.”
“Aku gak tau harus gimana kalo gak ada kamu Baal.”ujar Bella yang menatap Iqbaal dalam”Jangan tinggalin aku ya.”
“Iya kau janji.”
***
Hari demi hari berlalu, Bella sudah tidak lagi bersekolah di SMA BAKTI BANGSA. Kini Bellapun tinggal disebuah rumah sederhana yang dibelikan oleh Iqbaal. Bella sudah menolak tapi Iqbaal tetap saja memaksanya. Tidak hanya membelikan rumah, Iqbaal juga memberikan modal untuk Mama Bella sehingga Bella dan mamanya bisa membuka usaha warung kecil-kecilan di depan rumah mereka. Bella menghabiskan waktunya untuk membantu mamanya, Iqbaal juga sering datang kesana untuk membantu.
Bella  sedang mencuci piring saat Iqbaal datang kerumahnya sore itu. Bella merasa ada yang lain dengan Iqbaal saat itu, ekspresi wajah Iqbaal terlihat aneh tidak seperti biasanya.
“Kamu kenapa sih Baal?”tanya Bella yang tidak tahan ingin menanyakan hal ini sejak tadi karna sikap Iqbaal yang sangat berbeda.
Iqbaal menatap gadis cantik didepannya serius”Aku mau ngomong sesuatu sama kamu.”
Bella menautkan alisnya”Apa?”
“Aku……”
Bella semakin penasaran dengan apa yang ingin Iqbaal katakana hingga membuat dahinya berkerut.
“Aku mau putus Be.l”
Bella terpaku ditempatnya, mencoba memastikan kalau apa yang didengarnya barusan bukan mimpi. Sejurus kemudian air mata Bella sudah meleleh namun buru-buru Bella mengusapnya. Bella tersenyum simpul”Kenapa? mama sama papa kamu malu ya karna kamu punya hubungan sama aku?”tanya Bella mencoba tegar tak peduli betapa sakit hatinya sekarang
Iqbaal mengangguk”Mereka nyuruh aku buat mutusin kamu, dan aku gak punya pilihan lain.”
Bella kembali tersenyum”Aku bakal keluar dari rumah ini dan secepatnya kau bakal balikin modal dari kamu.”
“Gak Bel, ini semua tetep buat kamu.”kata Iqbaal”Maafin aku Bel, aku gak bisa nepatin janji aku buat selalu ada disamping kamu.”
“Gak papa kok, cepat atau lambat kita emang harus berpisah kan? karna kita beda dan perbedaan itu gak akan bisa ngubah segalanya.”
Iqbaal menatap Bella pedih tapi ia tak punya pilihan lain”Aku pamit Bel.”
Bella mengangguk, ia mengantar Iqbaal sampai pintu lalu membiarkan Iqbaal pergi dengan rasa sakit yang begitu menyakitkan. Bella menatap nanar punngung Iqbaal yang sudah masuk mobil dan perlahan mobil Iqbaal menghilang dari penglihatannya. Bella menutup pintu rumahnya dan saat itu juga air mata membanjiri pipinya. Tubuh Bella merosost, ia memeluk lututnya erat lalu menangis sekeras-kerasnya. Seharusnya ia tau, ia tak mungkin bisa bersama Iqbaal selamanya karna selamanya itu tidak ada. Bella mengingat janji-janji manis Iqbaal yang diucapkan iqbaal dulu. Kini janji itu hanya menjadi sekedar janji, yang tidak ditepati dan janji yang terabaikan.
“Sadar dong Bel sadar, kamu tuh gak pantes sama Iqbaal. Kalian itu udah beda sekarang dan gak mungkin bersama. Iqbaal itu anak dari keluarga terhormat jadi gak mungkin mau berhubungan dengan anak seorang koruptor yang kini hidup miskin sama ibunya.”
Bella memukul kepalanya sendiri”Dasar bodoh, dasar gak tau diri.”omel Bella pada dirinya sendiri sambil terus menangis.
***
Beberapa bulan telah berlalu namun Bella tak kunjung bisa melupakan Iqbaal. Bella menjadi sosok yang pendiam dan sering melamun. Seperti tidak punya semangat hidup lagi, dan itu membuat mamanya sedih. Bella sedang melamun diteras rumahnya malam itu, aktifitas yang kini menjadi aktifitas harian bagi Bella sejak ia putus dari Iqbaal.
“Bella.”panggil mamanya namun tak disahuti oleh Bella
Bu Naya yang tak lain adalah mama dari Bella menghampiri Bella lalu duduk disebelah putri satu-satunya itu. Bu Naya memegang pundak Bella”Bel”panggilnya
Bella tersadar lalu menatap mamanya”Eh mama, ada apa ma?”Tanya Bella yang memaksakan dirinya untuk tersenyum
“Kamu masih cinta ya sama Iqbaal?”Tanya wanita paruh baya ini to the point
Bella tersentak mendengar pertanyaan dari mamanya”Enggak kok ma.”
“Kamu jangan bohong, mama bisa lihat kok dari mata kamu.”
Bella menunduk”Iya ma. Aku belum bisa lupain Iqbaal.”ujar Bella lirih
Bu Naya tersenyum simpul lalu menatap datar ke depan”Kamu lupain dia ya, kalian mungkin memang di takdirkan tidak berjodoh.”
“Bella bakal usaha kok ma.”ujar Bella dengan senyum dipaksa
***
Bella membuka jendela kamarnya sambil tersenyum lebar. Ia kembali ke tempat ini, yah kamarnya yang dulu. Siapa yang menyangka kalau tadi malam Bella dan mamanya mendapat tamu tak terduga yakni ayahnya yang kini bebas dari segala tuduhan dan hukuman. Ayah Bella terbukti tidak bersalah dan semua harta kekayaan mereka kembali. Bella merentangkan kedua tangannya lebar dengan senyum yang tak juga pudar. Bella merasa sangat bahagia karna semuanya kembali seperti semula dan kini semuanya baik-baik saja. Senyum Bella perlahan memudar. Ia tersadar ada satu hal yang belum kembali seperti dulu lagi,Iqbaal. Bella sudah memutuskan untuk tidak bersekolah di SMAnya yang dulu lagi. Ia tidak mau terus mengingat tentang Iqbaal dan selalu hidup dalam bayang-bayang masa lalunya yang indah bersama Iqbaal. Bella mengutuk dirinya sendiri karna barusan ia kembali menitihkan air mata, tentu saja karna Iqbaal.
“Ayolah Bel, lupain Iqbaal kalian udah gak ketemu satu bulan tapi kenapa kamu gak juga ngelupain Iqbaal?”Kata Bella pada dirinya sendiri
Bella menoleh saat menyadari pintu kamrnya yang terbuka. Mamanya tersenyum sambil berjalan menghampirinya.
“Ada yang mau ketemu kamu tuh.”Ujar Bu Naya
Bella menautkan alisnya”Siapa ma?”tanya Bella heran mengingat ini masih sangat pagi
“Lihat aja sendiri.”ujar sang mama lantas beranjak pergi
Bellapun terpaksa mengikuti Bu Naya dari belakang, ia juga pensaran siapa yang pagi-pagi begini sudah bertamu.
***
“Apa? Jadi kamu manfaatin Salsha?”Tanya Bella tak percaya begitu mendengar penuturan Iqbaal.
Hal yang mengejutkan bukan kenapa Iqbaal tiba-tiba bias ada dirumah Bella pagi-pagi begini?
Iqbaal mengangguk”Mungkin ini emang jahat tapi aku gak punya pilihan lain.”
Bella menunduk”Tapi kan kasihan Salsha Baal.”
“Tanpa aku begini, kejahatan juga pasti akan terungkap Bel, cepat atau lambat.”
Bella kembali mendapat kejutan saat melihat Iqbaal yang sudah ada di ruang tamunya. Iqbaal menceritakan semua alasannya meninggalkan Bella.
“Kamu mutusin aku, terus kamu jadian sama Salsha Cuma buat manfaatin Salsha biar semua terbongkar kalau sebenarnya papanya Salsha yang korupsi dan malah nuduh papa aku. Itu gak adil Baal buat Salsha dia kan gak salah apa-apa.”ujar Bella
“Aku tau, tapi ini satu-satunya cara buat bebasin papa kamu Bel.”
“Tapi aku gak suka cara kamu Baal, ngejebak Salsha, menjarain papanya, dan sekarang kamu tinggalin dia. Salsha pasti sedih banget Baal, aku juga pernah ngerasain apa yang Salsha rasain.”
“Aku cinta sama kamu Bel, aku bakal ngelakuin apapun biar kamu seneng dan ini salah satu cara aku buat nyenengin kamu yah walaupun awalnya aku memang udah nyakitin kamu.”
Bella tersenyum”Aku juga cinta Baal sama kamu, kamu gak tau kan betapa menderitanya aku tanpa kamu.”
“Maafin aku Bel, aku gak akan ninggalin kamu lagi.”
“Aku ragu Baal, aku gak mau sakit hati lagi karna kamu tinggalin.”
“Apa yang harus aku lakuin Bel biar kamu percaya kalau aku bener-bener cinta sama kamu, apa dengan ngebebasin papa kamu belum cukup juga?”
Bella menggenggam erat tangan Iqbaal lalu menatapnya dalam”Bukan maksud aku gak ngehargain usaha keras kamu buat ngebebasin papa aku, aku Cuma gak suka cara yang kamu pakai itu aja.”ujar Bella
“Terus intinya kamu mau gak nerima aku lagi?”
Bella menghela nafas sesaat sebelum berkata”Nanti malem kita ketemu di café favorit kita sewaktu masih pacaran dulu dan nanti aku bakal ngasih jawaban aku ke kamu.”
***
Gadis dengan dress ungu selututnya ini  menatap pemuda tampan yang tengah berdiri di atas panggung sambil memegang gitar kesayangannya. Di depannya sudah ada stand mic  yang siap digunakan untuk menyanyi. Bella tersenyum simpul, pria di depannya itu sangat senang membuat kejutan. Tiba-tiba minta putus, satu bulan menghilang dan tiba-tiba kembali datang ke kehidupannya. Dan kini tiba-tiba Iqbaal ada dipanggung dan mengatakan kalau ia akan menyanyikan sebuah lagu untuk Bella. Hmm Bella penasaran lagu apa yang akan Iqbaal nyanyikan untuknya. Petikan senar gitar Iqbaal mulai terdengar dan Iqbaal mulai menyanyikan sebuah lagu.
Hapuslah air matamu uh uh
Kini ku hanya datang untukmu
Memang hidup kadang susah
Bikin gelisah ah ah ah ah
Genggamlah tanganku
Aku akan selalu mendukungmu setiap waktu
Curahkan semua kesal, amarah, lelah sampai hilang semua beban hidupmu
Jangan hiraukan mereka yang benci
Menghina penuh iri dan melukai hati
Mungkin mereka ingin sepertimu tapi ternyata tak mampu
Lihatlah ke langit pelangi penuh warna
Yakinlah hujan ini kan reda
Kembali bernyanyi dudidudidadada
Hapuslah air mata kita kan bahagia
Pasti kita kembali tertawa
Aku dan kamu kita akan bersama
Bersama dalam tawa riang
Mungkin tak setiap hari
Ku slalu kan bisa menemani
Tapi tak perlu kau resah
Semua akan berakhir indah
Percaya padaku, aku akan selalu mengangkatmu kala kau jatuh
Hilangkan semua gundah resah sampai hilang semua beban itu
Lihatlah ke langit pelangi penuh warna
Yakin lah hujan ini kan reda
Kembali bernyanyi dudidudidada
Hilangkah resah
Hapuslah air mata kita kan bahagia
Pasti kita kembali bersama
Aku dan kamu kita akan bersama
Bersama dalam tawa ria
Gemuruh tepuk tangan menjadi akhir dari lagu Iqbaal. Iqbaal membungkukkan badannya lalu mengucapkan terima kasih lantas turun dari panggung dan menghampiri Bella.
“Suara kamu bagus.”puji Bella begitu Iqbaal duduk
Iqbaal tersenyum simpul lalu meletakkan gitarnya di kursi yang kosong. Ia kini beralih menatap Bella”Apa jawaban kamu?”Tanya Iqbaal tak sabaran
Bella menggeleng. Saat itu juga Iqbaal menunduk dan menghela nafas berat. Iqbaal tampak begitu kecewa.
“Gak mungkinlah aku nolak kamu.”ujar Bella tiba-tiba yang membuat wajah Iqbaal terangkat.
Iqbaal menatap Bella ragu”Serius? Kamu gak bercanda kan?”
Bella menggelang. Saking bahagianya iqbaal langsung berjingkrak-jingkrak dan memeluk Bella erat. Bella tersenyum senang, sekarang ia bisa merasakan hangatnya pelukan Iqbaal yang begitu tulus yang selama ini ia rindukan.
“Udah Baal malu nih di liatin.”ujar Bella yang merasa tak enak hati dengan pengunjung café itu yang kini menatap mereka
Iqbaal melepas pelukannya dan kembali duduk”Kayak lagu yang aku bawain tadi, kita bakal selalu bersama Bel, apapun yang terjadi.”
“Aku harap kamu nepatin janji kamu.”
“Pasti.”
Bella tersenyum lega, lagu Iqbaal tadi benar semua akan berakhir indah.

TAMAT

Pilih Aku Atau Dia (Iqbaal Salsha Story)

PILIH AKU ATAU DIA ????
Bastian tengah mendrible bola orange miliknya pagi itu. Suasana sekolah masih sangat sepi karna jam yang masih menunjukkan pukul 6 pagi. Bastian menghentikan aksinya sejenak, ia menyeka keringat didahinya. Bastian berjalan kepinggir lapangan, ia ingin istirahat sebentar karna ia sudah cukup lelah karna berlatih sekitar 1jam lebih. Bastian duduk dibangku semen dipinggir lapangan lalu menenguk air mineral yang dibawanya.
“Maaf, boleh gue numpang Tanya?”
Bastian menengok, sesosok gadis dengan tinggi semampai kini menatapnya. Gadis tersebut sangat cantik, kulitnya putih, rambutnya hitam panjang dan sangat indah.
Bastian terdiam untuk beberapa saat, ia benar-benar terpana akan kecantikan gadis didepannya ini.
Gadis tadi menatap Bastian bingung”Hey kok bengong sih.”tegurnya
Bastian langsung tersadar, ia tersenyum kikuk sambil menggaruk tengkuknya”Iya ada apa ya?”
“Gue boleh tahu gak, ruang kepala sekolah dimana?”
“Lo anak baru?”
Gadis tadi mengangguk, ia mengulurkan tangannya sambil tersenyum”Gue Salsha.”
Bastian membalas uluran tangan Salsha”Gue Bastian, panggil aja beib.”jawab Bastian cengengesan
Salsha terkikik”Bisa aja lo.”
“Eh gue serius, gue gak bakal nengok kalo lo gak manggil gue beib.”
Bastien menunjukkan muka seriusnya membuat Salsha semakin geli melihat tingkah pemuda yang baru dikenalnya ini.
“Yaudah deh terserah lo, tapi anterin gue ke kapala ruang sekolah ya?”
“Gitu dong, kalo lo mau panggil gue beib jangankan minta anterin keruang kepala sekolah, keujung dunia ayo aja dah.”
*
Bukk
Kepala Salsha terkena lemparan bola basket saat ia berjalan dipinggir lapangan. Ia sedang berkeliling sekolah barunya dengan teman barunya, Bella. Salsha mengelus kepalanya yang berdenyut, ia menggerutu tak jelas.
“Siapa sih, gak liat apa ada orang lewat.”
“Sorry gue gak sengaja.”
Salsha menengok, seorang pemuda kini sudah ada disampingnya.
“Liat-liat dong kalau ngelempar.”marah Salsha
“Salah lo sendiri ngapain lewat pinggir lapangan, udah tau ada orang lagi main basket.”
Pemuda itu berlalu meninggalkan Salsha begitu saja, membuat Salsha semakin sebal padanya.
“Dia siapa sih Bel?”
“Dia Iqbaal, cowok paling ganteng disini. Dia ganteng banget kan?”
Salsha menatap Bella terkejut”Dia cowok paling ganteng disini? Pada buta kali ya cewek disini cowok nyebelin kaya dia dibilang ganteng.”
“Ih dibilangin juga, mata lo kali yang gangguan cowok segantang Iqbaal kok dibilang jelek.”
Salsha memutar bola matanya”Udah lah ya, males gue bahas cowok itu. Mending sekarang kita ke kantin, gue laper.”
*
Bastian terus saja senyum-senyum mengingat pertemuan pertamanya dengan Salsha tadi pagi. Belum pernah Bastian merasa seperti ini. Ia rasa ia sudah jatuh cinta pada Salsha, jatuh cinta pada pandangan pertama. Iqbaal keluar dari dapur dengan nampan ditangannya, nampan berisi dua gelas minuman dan beberapa toples kue kering dan makanan ringan lainnya.
“Lo kenapa sih Bas? Kek orang gila gitu.”
Bastian menatap Iqbaal yang kini sudah duudk disampingnya, ia tersenyum lebar lalu berkata”Gue lagi jatuh cinta Baal.”
Iqbaal mengerutkan keningnya”Gue gak salah denger kan?”
“Lo tahu anak baru itu kan? Salsha, yang sekelas sama kita.”
“Jadi lo jatuh cinta sama dia?”
Bastian mengangguk cepat”Iya Baal, gue cocok kan sama dia?”
“Hm”jawab Iqbaal tanpa minat
Bastian menatap Iqbaal yang kini menyibukkan dirinya dengan gadgetnya”Jangan bilang lo juga naksir Salsha?”pekik Bastian histeris
Tentu saja ia tidak mau bersaing dengan Iqbaal yang notabenenya adalah sahabatnya. Apalagi kalau persahabatan mereka harus hancur hanya karna masalah cinta.
Iqbaal masih terdiam, tidak mungkin ia tidak mendengar omongan Bastian yang nyaring barusan. Apalagi mengingat jarak duduk mereka yang dekat. Oke, mungkin Iqbaal adalah tipikal orang yang sangat cuek, tapi tidak pernah ia cuek dengan Bastian sebelumnya. Dan itu membuat Bastian curiga, jangan-jangan memang benar Iqbaal suka dengan Salsha.
“Baal jawb dong, lo gak suka kan sama Salsha? Masa’ iya kita saningan ngerebutin cewek yang sama.”
“Gak, gue gak suka sama dia! Puas?”
Bastian menghela nafas lega, ia tersenyum lebar”Bagus deh.”
Terdengar suara ketukan pintu dari luar. Iqbaal masih asyik dengan gadgetnya membuat Bastian berdiri dan segera membukakan pintu.
“Salsha.”pekik Bastian begitu pintu terbuka
Tak kalah kagetnya dengan Bastian, Salsha juga melongo melihat Bastian”Oh jadi lo anaknya tante Rike ya Bas?”
“Bukan, Iqbaal yang anaknya tante Rike.”jawab Bastian”Lo nyari tante Rike?”
Salsha menggeleng”Enggak kok, gue kesini disuruh sama tante Rike. Gue bakal tinggal disini beberapa hari kedepan.”
“Serius? Lo bakal tinggal satu rumah sama Iqbaal?”
“Ya mau gak mau sih, mau gimana lagi mama sama papa gue harus tugas keluar kota sementara gue baru tinggal beberapa hari disini jadinya gue dititipin sama temen mama gue. Dan kebetulan temen mama gue itu tante Rike, kalo tahu Iqbaal itu anaknya tante Rike males banget gue harus tinggal disini.”cerocos Salsha
Bastian tersenyum”Yaudah tinggal dirumah gue aja.”
Salsha terdiam sejenak memikirkan tawaran Bastian”Kayaknya gak deh, gak enak sama tante Rike, lagian inikan perintah dari mama. Sorry ya Bas.”
Bastian Nampak kecewa, tapi mau bagaimana lagi inikan sudah pilihan Salsha”Yuadah masuk yuk.”
*
Iqbaal dan Salsha tengah makan malam berdua malam ini. Mama dan Papa Iqbaal tiba-tiba harus ke Surabaya karna ada nenek Iqbaal yang tinggal disana sakit. Dan Iqbaal tidak dijinkan ikut karna ditugaskan menjaga Salsha. Suasana benar-benar hening sekarang, tidak ada satupun dari Salsha ataupun Iqbaal yang ingin memecah keheningan yang terjadi diantara mereka.
Tiba-tiba Salsha terbatuk-batuk sambil memegangi lehernya dan itu membuat Iqbaal sedikit panik.
“Lo kenapa Sal?”
Iqbaal mengulurkan minum untuk Salsha dan membantu  Salsha minum-sedikt demi sedikit. Setelah menghabisakn setengah gelas air putih Salsha tampak lebih baik, kini ia sedang mengatur nafasnya.
“Makasih ya Baal.”ucap Salsha
“Hm, makanya makan itu dikunyah dulu jangan langsung telen aja.”
*
“Sal buruan dong, udah siang nih.”
Iqbaal berteriak dari halaman depan rumah. Ia sudah siap dengan motor sportnya tapi Salsha sedari tadi belum menampakkan batang hidungnya. Iqbaal melihat jam tangan hitam yang melingkar di tangan kirinya, 10 menit lagi gerbang pasti sudah ditutup dan itu mmebuat Iqbaal sedikit panik mengingat jam pertama adalah mata pelajaran Bu Devi yang galaknya gak ketulungan itu.
Salsha nampak terburu-buru keluar dari rumah Iqbaal, ia berjalan sambil merapikan rambut dan seragamnya.
“Lelet amat sih, kalo kita dihukum gara-gara telat gimana?”marah iqbaal begitu Salsha tiba dihadapannya
Salsha manyun”Ya maaf kan gue cewek jadi lama dandannya.”
Iqbaal hanya mendumel-dumel sambil mengulurkan helm untuk Salsha”Yaudah cepet naik.”
*
Matahari mulai naik membuat Iqbaal dan Salsha yang tengah dihukum berdiri ditengah lapangan semakin kegerahan. Iqbaal menyeka kerigat didahinya dengan tangannya. Yang benar saja mereka harus berdiri sampai jam 10 pagi, benar-benar tidak punya hati guru bahasa jerman mereka itu. Iqbaal melirik Salsha yang sedari tadi hanya diam. Iqbaal menatap Salsha dengan seksama, karna ada yang berbeda dengan Salsha.
“Sal, lo gak papa? Muka lo pucet banget.”
Salsha hanya menggeleng lemah.
“Mending lo istirahat aja ya, biar gue yang gantiin hukuman lo. Lo belum sarapan kan? Mending lo sarapan gih ke kantin.”
“Gue gak papa kok Baal.”
“Lo yakin?”
Salsha mengangguk, Iqbaal mengalihkan pandangannya dari Salsha. Ia sama sekali tidak yakin kalau Salsha baik-baik saja. Dan jujur Iqbaal takut Salsha sampai sakit gara-gara dihukum. Dari awal ia bertemu Salsha dilapangan basket waktu itu, Iqbaal sudah tertarik dengan Salsha. Namun begitu tahu kalau Bastian ternayata juga menaruh hati pada Salsha membuat Iqbaal mundur dan selalu berusaha menutupi perasaannya pada Salsha dengan bersikap cuek pada Salsha.
Brukkk
Iqbaal kembali mengalihkan pandangannya ke Salsha. Mata Iqbaal membelalak melihat Salsha yang sudah tak sadarkan diri.
“Sal Salsha, bangun Sal.”
Iqbaal membopong tubuh Salsha dan langsung membawanya ke UKS.
*
Setelah Salsha sadar, Iqbaal langsung membawa Salsha pulang. Ia tidak mau Salsha semakin sakit karna suhu badan Salsha yang sangat tinggi. Iqbaal sudah memanggil dokter pribadi keluarganya untuk memeriksa Salsha. Dan Salsha kini ssedang beristirahat. Iqbaal memasuki kamar Salsha, Salsha masih tertidur lelap karna efek obat yang diberi dokter tadi.
Iqbaal menyelimuti Salsha lalu duduk disisi ranjang. Iqbaal menatap wajah cantik Salsha yang terlihat sangat polos saat tidur. Muka Salsha masih sanagt pucat. Iqbaal menggenggam tangan Salsha erat sambil terus menatap salsha secara intens.
“Cepet sembuh ya Sal, gue gak mau lo sakit. Gue sayang sama lo.”
“Apa lo sayang sama Salsha.”
Ntah sejak kapan Bastian sudah ada diambang pintu menatap Iqbaal dengan tatapan tidak senang. Iqbaal buru-buru menghampiri Bastian, ia tidak mau Salsha terbangun karna ulahnya dengan Bastian. Iqbaal menyeret Bastian keruang tengah setelah menutup pintu kamar Salsha.
Bastian melepas tangannya yang dicengkram oleh Iqbaal”Penghianat lo Baal.”
“Bas gue bisa jelasin.”
“Jelasin apa hah? Jelas-jelas gue denger lo tadi ngomong sayang ke Salsha.”
“Bas gue…..”
“Mulai sekarang lo bukan sahabat gue lagi, dan mulai sekarang kita bersaing secara sehat buat dapetin Salsha.”
“Oke, kalo itu mau lo. Denger ya Bas dari dulu gue udah ngalah sama lo. Gue biarin lo deketin Salsha karna gue rasa persahabatan kita itu lebih penting. Gue udah ngalah sama lo selama ini dan kalo gitu mau lo, fine mulai sekarang kita saingan.”
*
Hari ini tim basket SMA 31 kan bertanding dengan SMA CEMPAKA. Iqbaal sudah bersiap dipinggir lapangan untuk pemanasan sementara tak juah darinya Bastian juga sedang melakukan pemansan. Iqbaal dan Bastian saling memberikan tatapan sinis. Mulai kemarin mereka sama-sama mengibarkan bendera perang. Salsha tampak berlari menghampiri Iqbaal ia membawa dua botol minuman isotonic ditangannya.
“Ini buat lo Baal.”Salsha mengulurkan minuman di tangan kanannya
Iqbaal tersenyum sumringah”Maksih ya Sal.”
“Gue kali yang harusnya bilang makasih, lo kan udah ngerawat gue semaleman sampe gak tidur padahal hari ini lo ada pertandingan basket.”
“Gak papa kok kan itu udah tugas gue buat jagain lo.”
“Semangat ya Baal lo harus buat SMA kita menang.”
“Pasti.”
Bastian terus menatap Iqbaal dan Salsha dengan tatapan cemburu. Sepertinya ia harus berusaha lebih keras karna sepertinya Salsha semakin dekat dengan Iqbaal. Kini Salsha berjalan menghampiri Bastian sama seperti iqbaal tadi, Salsha juga memberikan minuman untuk Bastian.
“Bas.”panggil Salsha
Bastain tidak menyahuti padahal Bastian jelas-jelas mendengar panggilan Salsha. Salsha menatap Bastian bingung bukannya yang biasanya cuek itu Iqbaal ya. Oh iya, Salsha teringat sesuatu.
“Beib.”
“Iya Bieb.”Bastian menyahuti dengan wajah sumringahnya ternyata Salsha mengerti juga kalau ia tidak akan mau menoleh kalu Salsha tidak memanggilnya ‘Beib’
Salsha mendengus”Huh dasar, ntar gue gak lagi ah manggil lo beib.”
“Yah kok gitu sih Beib.”
“Ya karna kita gak pacaran.”
Bastian mengedipakn sebelah matanya“Yaudah kalo gitu kita pacaran aja.”
“Gak ah.”
“Emang kenapa?”Tanya Bastian dengan muka kecewa
“Udah ah gak penting nih gue bawain minuman buat lo, pokoknya lo harus buat SMA kita menang ya karna gue denger-denger lo sama Iqbaal pemain andalan disini.”
“Gue lebih hebat dari Iqbaal kali Sal, pokoknya kalo SMA kita menang lo harus mau ngedate sama gue.”
Salsha manyun”Ih peraturan dari mana tuh.”
Bastian mengacak rambut Salsha sambil tersenyum”Pokoknya lo harus mau.”keukeuh Bastian
“Ih apaan sih Bas, berantakan nih.”dumel salsha
Bastian menyeringai lebar, ia mengecup pipi Salsha kilat lalu berlari ke lapangan”Doain gue menang ya Beib.”teriak Bastian, ia sengaja ingin mmembuat Iqbaal cemburu
Salsha hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Bastian. Iqbaal menatap Salsha yang kini berjalan ke arah tribun penonton. Iqbaal mengepalkan tangannya kuat-kuat”Gue gak akan kalah sama lo Bas.”
*
“Lo kenapa sih Baal pake berantem sama Bastian, diakan sahabat lo sendiri. Kenapa kalian harus berantem ditengah-tengah pertandingan sampe-sampe SMA kita kalah telak gara-gara kalian yang gak bisa kerja sama. Gue emang gak ngerti basket tapi setahu gue dimana-mana itu kita ngerebut bola dari lawan bukan temen setim kita sendiri.”
Iqbaal hanya diam sambil mengobati mukanya yang lebam akibat adegan tonjok-tonjokannya dengan Bastian tadi.
Salsha mendengus karna tidak dihiraukan“Baal kok lo diem aja sih, lo denger gue kan?”
“Gue berantem sama Bastian juga gara-gara lo kali Sal.”bentak Iqbaal yang kemudian berlalu ke kamarnya
Salsha menatap punggung Iqbaal dengan tatapan bingung”Gara-gara gue? Gue salah apaan coba?”
*
“Gue itu bingung banget deh Bel sama Iqbaal dan Bastian kenapa mereka bisa berantem gitu. Nih ya kan kemaren gue Tanya ke Iqbaal terus Iqbaal bilang kalo mereka berantem itu gara-gara gue. Aneh banget kan?”
Bella tersenyum simpul”Salsha Salsha, masa’ lo gak nyadar sih kalo mereka itu suka sama lo?”
“Emang iya ya? Iqbaal kan cuek banget sama gue, ya emang sih akhir-akhir ini dia baik sama gue tapi semenjak pertandingan kemaren dia cuek lagi sama gue jadi gue rasa gak mungkin deh. Terus Bastian bukannya begitu ya sama semua cewek, diakan playboy.”
“OMG Salsha, kalo lo tahu betapa paniknya Iqbaal waktu lo pingsan dan gimana tatapan matanya ke lo, itu udah jelas banget kalo dia suka sama lo. Terus emang sih Bastian itu playboy, pecicilan tapi akhir-akhir ini dia gak pernah godain cewek lain selain lo, udah jelas banget kan?”
Salsha terdiam”Gue jadi gak enak hati Bel, persahabatan mereka hancur gara-gara gue. Terus gue harus gimana dong?”
“Ya pilih aja salah satu dari mereka?”
“Lo yakin kalo gue pilih salah satu dari mereka, mereka bakal bisa baikan lagi?”
“Gak yakin-yakin amat sih tapi coba dulu aja.”Bella kini menatap Salsha penasaran”Emangnya lo mau pilih siapa sih?”
“Gue gak tau, gue bingung.”
Bella berpikir sejenak”Em sekarang coba deh lo tutup mata.”pinta Bella
“Buat apaan?”
“Udah turutin aja.”
Salsha menutup matanya dan menunggu perintah dari Bella selanjutnya.
“Sekarang lo bayangin muka Iqbaal dan Bastian, dan lo rasain saat ngebayangin wajah siapa yang bikin lo deg-degan.”
Salsha terdiam masih dengan mata tertutup. Ia meyakinkan hatinya sendiri. Setelah beberapa saat Salsha membuka mata.
“Iqbaal?”pekik Salsha tak percaya
*
“Lo harus pilih salah satu diantara kita Sal!”ujar Bastian keukueh
Saat ini mereka bertiga tengah berkumpul diruang tamu rumah Iqbaal. Salsha duduk diantara Iqbaal dan Bastian. Iqbaal sedari tadi menunduk sementara Bastian menatap Salsha intens.
Salsha terlihat gelisah sedari tadi ia menghela nafas berat berkali-kali. Ia takut kalau pilihannya ini malah membuat suasana semakin keruh. Barusan Bastian dan Iqbaal menyatakan perasaanya bersamaan dan kini Iqbaal dan Bastian sama-sama menunggu jawaban dari Salsha.
“Ngg gue….”Salsha tak mampu melanjutkan perkataannya
Salsha kini menunduk dalam dan tidak melanjtkan omongannya. Iqbaal dan Bastian kini tengah berdebar-debar menunggu jawaban dari Salsha.
Salsha mengangkat wajahnya, kini ia melihat ke sisi kanannya, iqbaal terlihat masih menunduk. Setelahnya Salsha menengok ke kiri, Bastian masih terus menatapnya penuh harap.
“Gue pilih Iqbaal.”
Iqbaal mendongak begitu namanya disebut. Matanya berbinar memancarkan kebahgiaan. Didetik berikutnya ia langsung mendekap Salsha erat, sangat erat.
“Makasih ya Sal udah milih aku, I love you.”bisik Iqbaal ditelingan Salsha
Salsha tersenyum”I love you too Baal.”
Bastian menunduk. Okey, rasanya memang sangat sakit tapi ia tetap harus menerima kenyataan. Lagipula Iqbaal itu sahabatnya dan ia harusnya bahagia melihat sahabatnya bersama orang yang dicintainya. Bastian menunduk, ia menghela nafasnya untuk menetralisir rasa sakit yang begitu menusuk hingga ulu hatinya.
Bastian mendongak begitu mendapati tangan Salsha yang kini ada dipundaknya, Salsha tersenyum”Kita masih temenan kan Bas?”
Bastian memaksakan dirinya untuk tersenyum”Pasti, tapi lo harus tetp manggil lo Beib”jawab Bastian lalu nyengir
Iqbaal melotot”Enak aja, dia cewek gue.”
Bastian manyun”Yaelah Baal kan Cuma panggilan, yang penting hati Salsha kan buat elo.”
“Oke tapi kita harus jadi sahabat lagi ya?”
Bastian tersenyum”Yaiyalah kita kan best friend forever.”

TAMAT