HUBUNGAN TANPA STATUS
Pernahkah kalian merasa kehilangan sesuatu yang bahkan belum
pernah kalian miliki?
Aku pernah!
Aku pernah merasakannya!
Kisah ini terjadi padaku dan sahabat baikku, IQBAAL ARESTA
KELANA.
*
Aku turun dari motor yang dikendarai Iqbaal. Aku melepas
helm yang ku kenakan lantas menaruhnya di motor Iqbaal. Sementara Iqbaalpun
juga sama ia sedang melepas helmnya. Dia menatapku sambil tersenyum geli? huh
memangnya aku kenapa?
Didetik berikutnya ia merapikan poniku”Poni lo berantakan.”ujarnya
sambil tersenyum
Aku ikut tersenyum lantas berkata”Thanks ya.”
Kami berjalan beriringan di koridor sekolah. Iqbaal
merangkulku sambil sesekali mengeluarkan lelucon dari mulutnya. Aku tertawa
geli mendengar celotehannya, ia memang sosok yang menyenangkan. Langkah kami
terhenti saat seorang gadis berdiri didepan kami. Dia juga sahabat baik Iqbaal,
namanya Stefhanie Arshinta Devia. Dia cantik, pintar, kaya hmm sempurna bukan?
Steffi tersenyum simpul”Pagi.”sapanya ceria
“Pagi.”jawabku dan Iqbaal bersamaan. Aku dan Iqbaal saling
pandang dan didetik berikunya kami tertawa
“Haha kok bisa barengan sih?”Tanya Iqbaal
Aku mengankat kedua bahuku”Tau deh.”
“Baal gue mau ngomong nih.”ujar Steffi
“Apaan?”Tanya Iqbaal dengan alis yang terangkat
Steffi menarik pergelangan tangan Iqbaal”Udah ikut aja.”ujarnya
memaksa
Iqbaal manut saja dengan Steffi dan ikut berjalan dibelakang
Steffi. Aku menatap mereka yang duduk dibangku semen tak jauh dari tempat ku
berdiri. Ada perasaan aneh yang bias dibilang, MENYAKITKAN. Aneh bukan? Come on
Bella lo sama Iqbaal gak ada hubungan apa-apa, Cuma teman gak lebih.
Aku duduk di bangku semen yang ada didekatku. Aku mencoba
untuk tidak memperdulikan Iqbaal dan Steffi tapi mataku masih saja ingin
diam-diam menatap mereka. Aku merutuki diriku sendiri, kenapa aku harus merasa
cemburu seperti ini, jelas-jelas aku dan Iqbaal tidak ada hubungan apa-apa. Apa
ini artinya aku mencintai Iqbaal? TIDAK MUNGKIN. Kami sudah bersahabat sejak
kecil dan tidak mungkin ada cinta diantara kita.
Aku tersentak mendapati sebuah tangan yang mendarat
dipundakku. Aku mengangkat wajahku dan mendapati gadis cantik dengan rambut
terurai panjang tengah tersenyum padaku. Dia sahabatku juga, Salsha Keyra
Amanda.
“Ngangetin aja lo Sal.”omelku
Salsha nyengir memamerkan deretan gigi putihnya lantas duduk
disebalahku”Hehe sorry Bel, abisnya lo sih ngelamun mulu.”
Aku tak menaggapi omongan Shalsa. Sial, tanpa komando dariku
mataku kembali menatap Iqbaal dan Steffi yang kini tengah tertawa mesra. Uhh,
lagi-lagi aku merasa sakit dan sialnya lagi Shalsa memergokiku tengah menatap
Iqbaal dan Steffi.
“Lo jealous ngeliat mereka berdua?”tanya Shalsa
Aku menggeleng kuat”Gak.”jawabku tegas”Gue sama Iqbaal Cuma
sahabat, gak lebih.”
“Yakin?”
Aku mengangguk cepat.
“Lo gak ada perasaan sedikitpun gitu ke Iqbaal?”
Aku terdiam, menghela nafas sejenak lalu menjawab”Gue gak
tau.”ujarku lirih
Salsha mengerutkan keningnya”Kok gitu?”
“Ya pokoknya gue gak tau Sal.”ujarku frustasi
“Lo harus jujur sama perasaan lo sendiri.”
*
Aku terus membolak-balikkan buku biologi didepan ku tanpa
minat. Buku yang harusnya ku baca ini menjadi korban kegelisahanku. Aku ini
kenapa sih? Kenapa persaanku jadi tidak karuan seperti ini ? Kata-kata Salsha
tadi pagi terus berputar diotakku dan itu membuatku gila. Mataku tiba-tiba tertuju
ke pintu perpustakaan. Mataku membelalak saat mendapati Iqbaal dan Steffi
masuk, mereka bahkan tampak lebih mesra dari tadi pagi. Uhh, menyebalkan sekali
kenapa mereka harus terus bersama. Bahkan biasanya saat jam istirahat seperti
ini Iqbaal memilih menghabiskan waktunya denganku tapi sekarang ? Aku jadi
teringat tadi pagi Iqbaal bilang kalau ia dan Steffi ditugaskan untuk menjadi
wakil sekolah dalam olimpiade matematika jadi mereka pasti akan sering bersama.
Aku mendengus sebal, kenapa cinta seribet ini sih? Tunggu dulu, aku tadi bilang
apa? CINTA? Oh Tuhan aku pasti sudah gila sekarang. Aku tidak mungkin jatuh
cinta pada sahabatku sendiri. Lagipula selama ini banyak yang menyangka aku dan
Iqbaal pacaran dan dengan tegas kami menyangkalnya. Kami memang tidak pernah
jadian, lagipula apa status itu penting? Bukankah yang lebih penting adalah
perasaan? Kami tidak perlu pacaran untuk menunjukkan kasih sayang kami dan aku
nyaman-nyaman saja selama ini dengan hubungan tanpa status kami. Tapi kenapa sekarang
aku merasa kehilangan? Haha lucu sekali kehilangan orang yang bahkan belum
pernah kita miliki atau bahkan tidak akan pernah kita miliki.
*
Aku menatap nanar handphone di genggamanku. Masih terpampang
jelas pesan dari Iqbaal yang mengatakan mulai dari sekarang ia tidak bisa lagi
mengantar jemputku karna mulai sekarang dan untuk beberapa waktu yang akan datang
ia kan pulang dan pergi bersama Steffi. Apa sekarang Iqbaal sesibuk itu hingga
tidak ada waktu untuk menjemputku? Lagipula dari kecil kami memang selalu pergi
kemanapun bersama. Kenapa rasa kehilangan ini semakin menjadi-jadi sih.
Aku menatap jam bermotif hello kitty yang melingkar indah
dipergelangan tanganku. Pagi ini aku akan berangkat bersama Bastian, sebenarnya
aku sudah menolak tapi Bastian tetap saja memaksa. Aku yang merasa tidak
enakpun akhirnya manut saja. Sebuah mobil hitam mewah berhenti tepat didepanku.
Tak berapa lama si empunya mobil keluar, Bastian Derian Xavier. Kini Bastian
sudah ada dihadapanku dengan senyum manisnya.
“Pagi Christabella Vanessa.”
Aku memaksakan diriku sendiri untuk tersenyum”Pagi Bas.”
“Berangkat sekarang yuk.”ajaknya yang hanya ku angguki
Bastian membukakan pintu mobilnya untukku dan aku pun
membalasnya dengan ucapan”Terima kasih.”
*
Ntah ini kebetulan atau memang sudah takdir yang sudah digariskan
Tuhan. Iqbaal dan Steffi datang bersamaan tepat dengan kami. Aku menghela nafas
berat, lagi-lagi kau harus dihadapkan pada rasa sakit hanya dengan melihat
mereka bersama. Bastian menyadarkan ku dari angan-anganku sendiri.
“Kenapa sih Bel?”Tanya Bastian penasaran
Aku menggeleng kuat”Gak kok, gue gak papa.”
Bastian Nampak tidak percaya dengan jawabanku tapi ia
memilih mengangguk saja lantas menggandengku menuju kelas. Aku sedikit
tersentak mendapati ulah Bastian. Mataku tertuju pada Iqbaal dan Steffi yang
berdiri tak jauh dari kami. Iqbaal buru-buru mengalihkan pandangannya begitu
mata kami bertemu beberapa detik. Iqbaal kenapa sih? Apa aku punya salah sampai
dia tak mau menatapku seperti itu? Aku tersentak mendapati tangan yang mendarat
di dahiku. Bastian, dia menatapku khawatir.
“Lo sakit?”Tanyanya perhatian
“Gak kok Bas.”
“Tapi dari tadi lo ngelamun terus.”
“Beneran Bas.”ujarku meyakinkan
Dia menghela nafas sebentar lalu kembali menggandengku dan
menuntun ku ke kelas.
*
Aku terus mengaduk bakso didepanku tanpa minat. Sepertinya
aku harus mengakui kalau. . . . aku merindukan Iqbaal. Yah aku merindukannya!
Iqbaal sekarang sepertinya menjauhiku. Bahkan setiap
berpapasan denganku ia selalu menghindar. Ia juga tak pernah menghubungiku
sejak 3 hari yang lalu. Aku membanting sendok dan garpuku ke atas mangkok
baksoku. Dan aksiku itu membuat Shalsa dan Bastian yang sedang makan tersentak
dan menatapku aneh.
“Kenapa sih Bel?”Tanya Shalsa yang diangguki Bastian
“Gak papa, gue Cuma mau ke toilet kok.”ujarku langsung pergi
tanpa memperdulikan tanggapan dari Shalsa dan Bastian.
Aku berjalan gontai menuju toilet, aku ingin membasuh mukaku
dan berharap kekesalanku dan kegelisahanku akan Iqbaal akan sirna. Langkahku
terhenti mendapati Iqbaal dan Steffi
yang tengah berbicara serius nampaknya di taman belakang. Ntah dorongan dari
mana, aku memberanikan diri untuk mendekat, jujur aku penasaran dengan apa yang
mereka bicarakan dan aku putuskan batal ke toilet. Aku berdiri dibalik pohon
yang kurasa aman untuk menguping obrolan mereka berdua. Aku menjamkan
pendengaranku agar mendengar omongan mereka.
“Aku suka kamu Baal.”ujar Steffi
Nafasku tercekat, dadaku tiba-tiba terasa sesak. Steffi
menyukai Iqbaal? Oh God help me! Aku kembali menajamkan pendengaranku, aku
penasaran apa yang akan Iqbaal katakan. Dan tentu saja aku berharap Iqbaal
berkata tidak.
“Lo serius Stef?”Tanya Iqbaal memastikan
“Aku serius Baal, aku cinta sama kamu dari pertama kali kita
ketemu.”jawaban Steffi membuat hatiku
semakin sakit. Ntahlah aku merasa tidak terima, tapi apa hak ku?
Hening, kini suasana sedang hening nampaknya. Tak ada yang
angkat bicara, pasti sekarang Steffi sedang gelisah menunggu jawaban dari
Iqbaal. Setetes air mata jatuh dari pelupuk mataku, ah pasti Iqbaal juga suka
dengan Steffi. Mana ada cowok yang nolak Steffi yang sempurna itu. Oke Bella
mulai sekarang loe harus terbiasa hidup tanpa Iqbaal. Yah meskipun berat
rasanya, tapi aku yakin lama kelamaan aku akan terbiasa.
*
“Ada apa Bas?”tanyaku pada Bastian yang tengah asyik
nongkrong di ruang tamu rumahku
Bastian menatapku denganwajah serius”Gue mau ngomong penting
sama loe.”
Aku menautkan alisku lantas duduk disampingnya, aku
penasaran apa yang akan ia katakan.
“Mau ngomong apa?”
Bastian mengeluarkan karangan bunga yang sedari tadi ia
sembunyikan dibalik punggungnya. Karangan bunga mawar merah yang sangat cantik.
“Gue cinta sama loe Bel.”ujarnya singkat yang membuatku
menaganga tak percaya
“Loe serius?”tanyaku tak percaya
Bastian mengangguk yakin”Dari waktu pertama kali kita ketemu
gue udah suka sama loe Bel, tapi gue sama sekali gak punya kesempatan buat
deketin loe karna loe selalu bareng sama Iqbaal.”
Aku menatap Bastian gusar. Haruskah aku menerimanya? Tapi
hatiku ini untuk Iqbaal bukan untuk Bastian. Mungkin jika aku menerima Bastian
aku akan bisa melupakan Iqbaal seiring
waktu. Yah semoga saja, mungkin memang ini yang terbaik untuk kami lagipula Iqbaal
sudah bahagia bersama Steffi.
“Gimana Bel?”Tanya Bastian”Lo mau gak jadi cewek gue?”
“Gue mau Bas.”
*
Aku tengah menunggu Bastian yang masih diruang guru karna
ada urusan dengan Pak Yono. Aku duduk sendirian di samping tempat parkir sambil
memainkan handphone layar sentuh milikku.
“Ehem.”
Aku mengangakat wajahku, pasti Bastian. Oke aku salah besar
ternyata yang bukan Bastian tapi IQBAAL! Aku benar-benar merasa canggung
sekarang karna belakangan ini kita tidak pernah berbcara, bertegur sapaun tidak
bahkan tiap bertemu kami selalu menghindar.
“Kenapa Baal?”tanyaku mencoba bersikap biasa asaja
“Selamat ya katanya lo baru jadian sama Bastian.”ujarnya
dengan wajah datar
Aku memaksakan diri untuk tersenyum”Makasih, selamat juga
buat lo yang jadian sama Steffi.”
Iqbaal mentapku bingung”Gue gak pernah jadian sama Steffi,
dia emang pernah nembak gue tapi gue tolak.”
Aku melongo tak percaya”A ap pa?”
“Iya, gue gak mungkin nerima dia karna dihati gue udah ada
cewek lain.”
“Siapa?”tanyaku lirih, baru saja aku merasa senang karna
ternyata Iqbaal dan Steffi tidak pacaran. Tapi sekarang?
“Loe.”
*
Aku menatap gundah gugusan bintang yang begitu indah malam
ini. Aku menghela nafas berat berulang kali, aku harus bagaimana sekarang? Aku
tidak mungkin tega memutuskan Bastian yang sudah baik padaku. Tapi, aku juga
tidak mungkin membohongi perasaanku kalau hatiku ini berpihak pada Iqbaal. Aku
berjalan gontai memasuki kamar saat mendengar hpku bordering Iqbaal? Ada apa hingga
ia menelponku malam-malam? Aku menekan tombol hijau dihpku “Halo Baal, ada apa?”
“Gue tunggu ditempat favorit kita, SEKARANG!”
Tut tut tut, sambungan telepon dimatikan sepihak oleh
Iqbaal. Aku menghela nafas sejenak sebelum akhirnya mengambil jaket dilemari.
Setelah mengenakan jaket, aku turun menuju teras dan segera mengendarai mobilku
menuju tempat yang dimaksud Iqbaal.
*
Aku berjalan terburu-buru menuju tempat yang dimaksud
Iqbaal, jujur saja aku agak takut karna tempat ini sangat sepi apalagi malam
sudah semakin larut. Tidak ada yang tau tempat ini selain kami berdua karan
tempat tertutup oleh semak-semak yang tinggi hingga tidak ada satu orangpun
menyangka bahwa dibalik semak liar ini terdapat sebuah danau yang indah. Dan di
samping danau tersebut ada sebuah pohon besar yang kami manfaatkan untuk
membangun rumah pohon. Aku sedikit bernafas lega karna telah sampai dan aku bisa
melihat Iqbaal yang tengah duduk diayunan. Aku berjalan menghampirinya dan ikut
duduk di ayunan yang memang kami membuatnya dua khusus untuk kami.
“Ada apa?”tanyaku to the point
“Gue Cuma mau Tanya gimana perasaan lo ke gue?”
Iqbaal memang sudah menanyakannya tadi tapi sebelum sempat
aku menjawab Bastian sudah keburu datang.
“Gue juga cinta sama lo Baal.”
Iqbaal menatapku tak percaya”Serius? berarti kita bias
jadian dong?”
Aku menggeleng,. Wajah Iqbaal yang tadinya berseri langsung
redup seketika.
“Kenapa?”tanyanya lirih
“Gue gak mungkin tega mutusin Bastian yang udah baik banget
sama gue.”
“Tapi gimana sama perasaan lo sendiri? Lo gak mungkin
terus-terusan ngasih cinta palsu lo ke Bastian.”
Aku tersenyum
miring”Terus gue harus gimana? Gue gak punya pilihan lain. Selama ini
gue udah nunggu lo nembak gue Baal tapi lo gak juga nembak gue, gue capek
nunggu hal yang gak pasti.”
Iqbaal terdiam
“Gue capek terus-terusan ngejalanin hubungan tanpa status
kayak gini Baal. Dibilang Cuma sahabatan tapi kita udah kaya orang pacaran.
Dibilang pacaran juga gak bisa karna lo gak juga nembak gue.”
“Maafin gue yang terlalu pengecut, gue gak berani nembak lo
karna gue takut lo gak punya persaan yang sama kayak gue dan hubungna
persahabatn kita pecah Cuma gara-gara perasaan gue.”
“Udahlah Baal gak ada yang perlu disesali mungkin emang baiknya kita kaya gini aja.”
“Gue bakal nungguin lo sampe kapanpun Bel, sampai akhirnya
kita bisa bersatu dan gue bakal sabar nunggu hari itu tiba.”
Air mataku meluncur begitu saja, maafin aku Baal tapi menurutku
ini yang terbaik buat kita.
“Kita tetep bersahabat kok tapi mungkin gak bisa sedekat
dulu lagi karna sekarang gue pacarnya Bastian.”ujarku yang kemudian menghapus
kasar air mataku
Iqbaal menatapku lekat”I love you so much Bel.”
Aku bangkit dari ayunan yang sedari tadi kududuki”Gak ada
yang perlu diomongin lagi kan? Gue Balik ya.”
Aku berjalan beberapa langkah kedepan sebelum akhirnya
berhenti dan menoleh ke belakang. Iqbaal tengah tertunduk sambil mengacak
rambutnya frustasi. Air mataku kembali melelah. I love you too Baal, maaf udah
nyakitin kamu tapi ini yang terbaik buat kita. Aku kembali melangkahkan kakiku
dan semakin menjauh dari Iqbaal dan aku bisa merasakan air mataku yang semakin
deras. Langkah gontaiku akhirnya membawaku sampai dimobil. Penyesalan memang selalu
datang terlambat bukan? Mungkin semenjak sekarang kami memang harus belajar
untuk saling menungkapakn apa yang kami rasa. Semoga kamu nepatin janji kamu
Baal buat nungguin aku smapai kapanpun. Aku juga akan bersabar sampai takdir yang
membawaku kembali ke kamu.
TAMAT
0 komentar:
Posting Komentar