TENTANG HUJAN
Pemuda ini terbangun dari tidurnya begitu merasa dingin
disekujur tubuhnya. Matnya mengerjap berkali-kali. Astaga bagaiamana bisa ia
tertidur dibawah pohon seperti ini. Hari kini sudah sore dan hujan nampaknya
baru saja turun pantas saja ia merasa kedinginan. Pemuda berparas tampan ini
bangkit dari duduknya, mungkin hawa sejuk ditaman ini yang membuatnya sampai
tertidur dengan keadaan duduk sambil bersandar dipohon besar yang sangat teduh
itu. Pemuda bernama Iqbaal itu kini
menatap kearah balik pohon besar itu.
Dibalik pohon besar itu terdapat ayunan dari kayu yang menggantung didahan
kokoh pohon tersebut. Dan yang membuat Iqbaal penasaran adalah apa yang
dilakukan gadis yang kini tengah berayun itu ditengah hujan seperti ini? Apa
dia tidak takut sakit karna hujan-hujanan?
Iqbaal menatap gadis bertubuh mungil itu lebih teliti. Gadis
itu tengah menangis. Meskipun air matanya tersamarkan oleh air hujan tapi
Iqbaal masih bisa tahu kalau gadis itu sedang menangis. Iqbaal baru pertama kali
melihat gadis itu. Gadis itu memiliki wajah cantik yang masih polos, bahkan ia
terlihat sangat imut dengan balutan baju pink dan rok dengan warna senada.
Dengan ragu Iqbaal berjalan mendekat kearah gadis itu, ia merasa tidak tega
melihat gadis itu terus-terusan menangis. Gadis itu mendongak begitu Iqbaal
mengulurkan sapu tangan miliknya.
“Lo siapa?”Tanya gadis itu dengan wajah bingung
“Lap dulu air mata lo.”
“Gue gak nangis.”bohong gadis itu
Iqbaal tersenyum miring”Udah jangan bohong, meskipun
sekarang lagi hujan tapi gue masih bisa bedain mana air hujan dan mana air
mata.”
Gadis itu mengambil sapu tangan yang diulurkan Iqbaal lalu
mengelap air matanya. Setelahnya ia berniat mengembalikan sapu tangan milik
Iqbaal.
“Gak usah, buat lo aja sapu tangannya.”ujar Iqbaal
Gadis itu tersenyum simpul lalu mengulurkan tangannya”Gue
Bella.”
Iqbaal membalas uluran tangan Bella”Gue Iqbaal.”
*
Rintik-rintik hujan mulai membasahi kota Jakarta sore itu.
Akhir-akhir ini hujan selalu datang disore hari hingga malam. Pemuda dengan
jaket warna biru dongkernya itu terlihat menuruni tangga rumahnya yang
terhubung dengan ruang tamu. Ia seperti terburu-buru karna langkahnya yang
cukup lebar.
“Mau kemana Baal?”
Wanita setengah baya yang tengah duduk disofa sambil membaca
majalah itu menatap anak semata wayangnya bingung.
“Mau ke taman Ma.”
“Kamu gak liat diluar lagi hujan.”
Iqbaal mengeratkan jaket miliknya, bahkan didalam rumahpun
sudah sangat dingin suhunya.
“Gak papa kok Ma, aku juga gak bakal lama.”
“Kamu mau ketemu cewek ya?”Tanya sang Mama dengan senyum
menggoda
“Ada deh.”
Iqbaal berjalan menghampiri Mamanya lalu mencium pipi
Mamanya singkat.
“Aku berangkat ya Ma.”
*
Bella mengayunkan kakinya pelan membuat ayunan yang
didudukinya ikut berayun pelan. Matanya menerawang jauh, berkali-kali ia
menghela nafasnya. Wajanhnya memerah karna menangis terlalu lama. Ia sudah
sangat lelah berpura-pura tegar. Bella sangat rapuh sekarang, ia merasa beban
yang diberikan Tuhan padanya terlalu berat. Bella menghapus air matanya yang
barusan menetes.
“Lo kenapa sih nangis terus? Lagi ada masalah ya?”
Bella mendongak. Iqbaal kini berdiri disampingnya sambil
memegangi tali ayunan mentapnya dengan tatapan prihatin.
“Gue gak papa kok.”
“Lo kenapa sih seneng banget boong, biar mancung gitu kaya
pinokio gitu? Ya meskipun lo pesek lo harus tetep bersyukur atas apa yang Tuhan
beriin sama lo.”
“Kok lo ngatain gue pesek sih? Gak sopan banget, baru kenal
kemaren juga.”
Iqbaal cengengesan”Ya maaf abisnya lo ngeboong terus
sih.”ujarnya sambil menggaruk tengkuknya”Oh ya lo geser dikit dong, biar gue
bisa duduk diayunan juga.”
Bella mendumel tak jelas namun ia tetap menggeser duduknya.
Ayunan ini memang cukup untuk dua orang.
“Cerita dong Bel, gue bakal bantu kok kalo gue bisa.”
Bella menggeleng, kini Bella menunduk sambil memandangi flat
shoes yang dikenakannya.
“Apa karna kita baru kenal jadi lo gak mau cerita sama gue?”
Bella menghela nafas sejenak. Ia mendongak dan menoleh
kearah Iqbaal”Oke gue bakal cerita.”
Iqbaal tersenyum senang, ia kini menatap gadis disampongnya
fokus, bersiap mendengarkan cerita gadis ini.
“Dulu gue ngerasa jadi cewek paling sempurna karna gue punya
segalanya. Dan gue bersyukur banget sama Tuhan yang udah ngasih kebahagiaan
yang luar biasa ke gue. Tapi semuanya berubah saat mama dan papa mutusin buat
cerai. Setelah mereka bercerai mereka bener-bener ngelupain gue sama kak
Bastian. Mereka gak pernah pulang, mereka gak pernah nelpon kita. Mereka udah
nikah lagi dengan orang lain dan gak peduli lagi sama kita. Bahkan kita gak
pernah dapat kiriman uang dari mereka, mereka Cuma ninggalin rumah , mobil dan
semua barang yang ada dirumah. Tapi perlahan semua barang-barang itu habis gue
jual buat biaya sekolah gue sama kak Bastian yang bersekolah disekolah
internasional. Belum lagi ternyata kak Bastian pemakai obat-obatan terlarang,
dan sekarang kak Bastian harus dirawat dipanti rehabilitasi.”
Bella menghela nafasnya lagi. Matanya berkaca-kaca mengingat
betapa kejamnya orang tuanya mencampakkan ia dan kakaknya. Iqbaal menepuk
pundak Bella berkali-kali mencoba menguatkan gadis disampingnya.
“Gue udah lama berhenti sekolah dan kerja di café buat
Menuhin kebutuhan gue sama kak Bastian. Tapi gue masih punya satu hal, Aldi.
Dia pacar gue yang selalu setia nemenin gue kapanpun. Gue bersyukur punya Aldi
tapi itu gak bertahan lama begitu gue tahu kalo ternyata Aldi selingkuh sama
Salsha, sahabat gue sendiri.”
Air mata Bella leleh juga. Mengingat semua hal tragis yang
terjadi dikehidupannya membuatnya tak henti menangis. Ia selalu berusaha
terlihat tegar didepan semua orang tapi ia sudah capek membohongi dirinya
sendiri. Ia merasa benar-benar sendiri, tidak ada satupun orang yang bisa
dibuatnya bersandar.
Iqbaal menarik tubuh Bella kepelukannya. Bella terdiam
dipelukan Iqbaal, ia ragu untuk membalas pelukan Iqbaal mengingat mereka baru
saja kenal. Iqbaal mengelus rambut panjang Bella. Iqbaal bisa merasakan betapa
pedihnya yang Bella rasakan saat ini.
“Lo boleh nangis sepuasnya dipelukan gue kok Bel. Pokoknya
mulai hari ini gue bakal jadi satu-satunya orang yang bakal selalu ada buat lo.
Setiap lo pengen curhat gue selalu siap dengerin lo. Setiap sore gue bakal
ketaman ini buat lo.”
“Makasih ya Baal udah mau jadi temen gue, gue seneng
seenggaknya masih ada orang yang peduli sama gue.”
Iqbaal mengeratkan pelukannya. Hujan turun semakin lebat dan
hari sudah beranjak malam kala itu.
*
Selama satu bulan belakangan ini hunbungan Iqbaal dan Bella
kian dekat. Siapa yang menyangka ternyata café tempat Bella bekerja adalah
milik orang tua Iqbaal.setiap sore mereka berkunjung ke taman bersama-sama,
bermain ayunan, hujan-hujanan, dan banyak lagi kegiatan yang mereka lakukan
bersama. Bella sudah mulai bisa melupakan masalah-masalahnya. Ia sudah kembali
menjadi gadis riang dan ceria seperti dulu lagi. Bastian sudah sembuah dari
ketergantungannya pada obat-obatan terlarang. Kini ia juga bekerja di café yang
sama dengan Bella sebagai pelayan.
Sore ini hujan tidak turun membuat matahari yang sudah mulai
terbenam dapat terlihat jelas oleh Iqbaal dan Bella.
“Baal balik ke café yuk, kan gak enak sama yang lain. Café
lagi rame-ramenya.”
“Gak ah, enakan disini.”
“Ya lo kan anak yang punya café jadi terserah lo mau ngapain
aja. Lha gue? Kalo gue dipecat gimana Baal?”
“Gak bakal deh, percaya sama gue.”
Bella kini diam, matanya sibuk menatap goresan jingga yang
kini terlukis indah dilangit. Iqbaal tersenyum kecil melihat Bella. Dimatanya
gadis itu makin hari semakin cantik saja.
“Bel.”panggil Iqbaal ragu, mungkin ini saat yang tepat untuk
mengungkapkan apa yang dirsakannya selama ini ke Bella
Bella menoleh”Kenapa?”
Iqbaal langsung gugup begitu matanya dan mata milik Bella
bertatapan. Iqbaal menggaruk tengkuknya sendiri”Anu…. Itu lho….”
Bella mengerutkan keningnya melihat tingak aneh Iqbaal”Lo
kenapa sih Baal? Kok aneh gitu.”
Iqbaal menghirup nafas dalam berkali-kali”Gue mau ngomong
kalo gue……”
Iqbaal menggantung omongannya sementara Bella kini
menatapnya serius.
“Gue su…”
Jedarrrr
Omongan Iqbaal langsung terhenti begitu petir menyambar.
Tunggu, sore ini begitu cerah. Sangat cerah, lalu kenapa tiba-tiba ada petir
menyambar?
“Pulang yuk, kayaknya mau ujan deh.”
“Eh tapi Bel, gue kan belum ngomong.”
“Udah ntar aja ngomongnya.”
Bella menarik paksa Iqbaal meninggalkan lapangan. Iqbaal
mendengus pasrah, oke mungkin ini bukan waktu yang tepat.
*
Iqbaal berjalan penuh semangat ke taman sore ini. Ia sudah
membawa rangkaian bunga mawar untuk Bella. Ia sudah bertekad untuk menyatakan
perasaannya hari ini, ia tidak mau gagal seperti kemarin hanya karna petir.
Iqbaal melangkah menuju ayunan dipohon yang selama ini menjadi tempat
favoritnya bersama Bella. Iqbaal menautkan alisnya begitu tak mendapati Bella
disana. Seharian ini Iqbaal tidak melihat Bella di café jadi iqbaal piker Bella
sekarang ada disini. Iqbaal duduk diayunan sementara bunga yang dibawanya ia
letakkan disampingnya. Iqbaal mengeluarkan handphone dari saku bajunya, berniat
menghubungi Bella.tiba-tiba pandangan Iqbaal beralih ke tali ayunan. Iqbaal menatap tali ayunan yang tampak
berbeda sore itu, ada kertas yang dilipat lalu diikat dengan pita ditali ayunan
tersebut. Iqbaal yang penasaranpun membuka pita yang mengikat kertas tersebut.
Iqbaal membuka lipatan kertasa tersebut. Didalam kertas tersebut tertulis rapi
rentetan kata.
“Buat gue?”Tanya Iqbaal dengan wajah bingung begitu melihat
surat yang ternyata untuknya
Baal, maafin gue. Gue
gak sempet pamit ke elo. Gue pindah ke bandung Baal, gue bakal tinggal sama
tante gue. Semalem tante gue jemput gue sama kak Bastian buat tinggal bareng.
Tante gue gak tega ngeliat gue sama kak Bastian yang putus sekolah dan harus
kerja jadi waiters. Sekali lagi maafin gue yang pergi tanpa pamit. Semoga kita
bisa ketemu lagi nanti.
Bella
Iqbaal membaca surat singkat dari Bella. Nafasnya tercekat.
Bella pindah? Astaga itu artinya ia tidak bisa bertemu Bella lagi. Oke, bandung
dan Jakarta memang dekat tapi Bella tidak memberikan alamat rumah barunya. Lalu
bagaimana jika Iqbaal kangen dan ingin bertemu? Iqbaal mengacak rambutnya
frustasi. Argh ini sama saja menyuruhnya hidup dengan separuh nafas. Iqbaal
begitu mencintai Bella, tapi kini ia harus menjalani hidupnya tanpa Bella.
“Kenapa lo harus pergi Bel, gue belum sempet nyataian cinta
gue ke elo? Please balik Bel, gue gak bisa ketawa lagi kalo gak sama lo.
Jangankan ketawa, senyum aja rasanya susah.”
*
Bella menatap fotonya bersama Iqbaal seminggu yang lalu.
Foto saat tubuh mereka basah kuyup karna main hujan-hujanan. Ia tersenyum
tipis, sudah dua hari ia tinggal di Bandung bersama kakaknya. Rasanya ia sangat
merindukan pemuda itu, merindukan senyuman manisnya, merindukan tawa renyahnya,
merindukan pelukan hangatnya. Bella benar-benar merindukan semua yang ada pada
Iqbaal. Ia tidak bisa memungkiri sebulan belakangan ini pemuda tampan itu
adalah satu-satunya orang yang selalu ada disampingnya. Menemaninya setiap ia
sedih, memberikan Bella tempat bersandar saat ia rapuh.
Bastian masuk begitu saja kekamar adik semata wayangnya itu.
Dilihatnya sang adik yang sedang melamun disamping jendela. Matanya menatap
kosong keluar jendela yang dipenuhi bulir-bulir air hujan, semenata tangannya
menggenggam bingkai foto berwarna merah.
“Bel.”
Tidak ada sahutan dari Bella. Bastian mendengus, ia berjalan
kearah jendela. Kini ia sudah tepat disamping Bella, ia mengambil begitu saja
bingkai foto yang sedari tadi digenggam bella dan itu membuat Bella terkejut
dan langsung tersadar dari lamunannya.
“Cie kangen ya sama Iqbaal?”
Bella manyun”Apaan sih kak.”ujarnya smabil mencoba merebut
kembali bingkai foto tersebut dari kakaknya
“Lo suka ya sama Iqbaal?”Tanya Bastian sambil memainkan
alisnya
“Gak lah, gue juga sadar diri kali gue siapa Iqbaal siapa.
Gue Cuma waiters yang sekarang numpang sama tantenya.”
“Kok lo gitu sih dek, Iqbaal kan gak pernah ngebedain status
sosial orang lain. Orang tuanya juga gak pernah masalahin kan kedekatan lo sama
Iqbaal.”
“Udah lah kak, mau gimanapun juga gue gak pernah sepadan
sama Iqbaal.”ujar Bella yang kemudian merebut bingkai foto yang sedari tadi
ditahan Bastian
“Gue bakal kerja keras dek, biar kita gak perlu numpang
dirumah tante Linda lagi. Gue janji kita bakal hidup berkecukupan nanti. Biar
gak ada lagi yang ngeremehin kita dan lo bisa bersatu sama Iqbaal.”
“Makanya kakak belajar yang bener biar lulus dan keterima
diuniversitas negeri .”
Bastian mengacak poni Bella”Iya adekku yang bawel.”
*
Bella sedang duduk diteras rumah sore itu. ia duduk sambil
memandangi jalan kompleks perumahannya yang dipenuhi anak kecil yang sedang
bermainkejar-kejaran. Mereka tertawa lepas sambil terus mengejar satu sama
lain. Hari ini hujan tidak turun jadi anak-anak kecil itu bisa bebas bermain
diluar rumah. Bella tersenyum kecil sambil terus memperhatikan mereka.
Sepertinya ia sudah tidak pernah tertawa sejak seminggu yang lalu. Apalagi saat
ia benar-benar lost contact dengan Iqbaal karna Bella memutuskan untuk tidak
berhubungan lagi dengan Iqbaal. Bella lebih memilih membohongi dirinya sendiri
dan menutup rapat-rapat hatinya.
Seorang gadis berumur 5 tahun tampak berlari menghampiri
Bella. Gadis dengan kuncir kudanya itu tersenyum riang begitu sampai dihadapan
Bella. Gadis kecil itu mengulurkan surat untuk Bella.
“Kak, ada surat buat kakak.”
Bella menautkan alisnya”Dari siapa?”
Gadis kecil itu tidak menjawab, ia hanya tersenyum lalu
berlari pergi meninggalkan Bella yang masih bingung. Bella membuka surat
untuknya lalu membacanya.
Aku tunggu kamu
ditaman sekarang!
Kalau kamu gak dateng
kamu bakal nyesel!
Inget, SEKARANG!
Bella melongo membaca surat tersebut. Siapa sih yang kurang
kerjaan nyuruh dia ke taman mana suratnya gak ada nama pengirimnya lagi. Tapi,
Bella penasaran juga. Jadilah dia beranjak dari teras rumahnya lalu berjalan ke
taman karna jarak taman dengan rumahnya yang tak begitu jauh. Bella mengedarkan
pandangannya keseluruh taman kompleks perumahan ini. Ia mencari kira-kira siapa
yang menyuruhnya kemari. Mata Bella terhenti pada sosok pemuda yang kini duduk
membelakanginya. Pemuda itu duduk diatas bangku beberapa meter didepan Bella.
Dengan ragu Bella berjalan mendekat kearah pemuda tersebut.
“Sorry, lo yang nyari gue ya?”Tanya Bella ragu
Pengunjung taman sore ini lumayan ramai jadi ia takut kalau
ia sampai salah orang. Kan malu juga kalau sampai salah orang.
Pemuda itu berbalik, ia tersenyum simpul pada Bella. Bella
membelalak, mulutnya sedikit terbuka karna tak percaya apa yang dilihatnya
sekarang.
“Hey, apa kabar? Masih inget sama gue?”
“Ya masihlah Baal.”
“Kalo masih kok gak pernah hubungin gue? Udah punya pacar ya
disini makanya gue dilupain?”
“Enggak.”
“Terus?”
“Kok lo bisa ada disini?”Tanya Bella mengalihkan pembicaraan
“Lo gak suka gue ada disini, okey fine.”
Bella manyun”Lo kenapa sih Baal, kok lo berubah jadi
nyebelin banget?”tanyanya kesal
Iqbaal tersenyum miring, ia hanya menampakkan wajah datarnya
sambil melipat tangannya didada.
“Lo marah sama gue?”Tanya Bella yang kini sudah duudk
disamping Iqbaal
“Menurut lo?”
“Oke, maafin gue yang udah pergi tanpa pamit dan gak
ngehubungin lo lagi.”
Iqbaal menatap Bella dalam, ia mendekatkan wajahnya kewajah
Bella hingga kini wajah mereka sangat berdekatan. Wajah Bella mendadak memerah
saat itu juga.
“Gue bakal maafin lo kalo lo mau jadi pacar gue dan gak
pergi-pergi ninggalin gue lagi.”
Jantung Bella langsung memburu begitu mendengar ucapan
Iqbaal. Wajahnya makin memerah dan nafasnya mulai tak teratur. Rasanya seperti
mimpi mendengar Iqbaal mengatakan itu.
“Maksud lo?”
“Apa lo gak sadar juga kalo selama ini gue suka sama lo?”
“Ngg anu itu gue ehh.”
Bella sampai tak bisa berkata-kata lagi dan kini ia
benar-benar salah tingkah.
“Lo tinggal jawab mau apa gak, kalo lo gak mau gue bakal
pergi dari kehidupan lo.”Iqbaal berhenti sejenak.”Selamanya….”
Bella terdiam, ia tak mau Iqbaal pergi. Hidupnya serasa
hampa tanpa Iqbaal dan ia sangat membutuhkan Iqbaal.
Greb
Bella memeluk Iqbaal erat”Jangan pergi.”ujarnya lirih
“Jadi itu artinya iya?”tanya Iqbaal dengan senyum menggoda
“I iya aku mau.”
Iqbaal tersenyum lebar, ia membalas pelukan Bella erat lalu
mengecup kening Bella sesaat. Iqbaal melepas pelukannya llau menatap Bella
dalam”I love you so much.”
“I love you too.”
Bella dan Iqbaal terdiam sejenak menikmati langit senja sore
itu. bella menyenderkan kepalanya di pundak Iqbaal sementara Iqbaal merangkul
Bella disampingnya. Mereka sama-sama terdiam menikamti lukisan indah ciptaan
Tuhan sore itu.
“Oh iya Baal, kok lo tahu alamat rumah gue? Gue kan gak
pernah ngasih tau alamat rumah gue.”
“Kok gue sih, aku dong. Kita kan udah pacaran masa’
ngomongnya pake gue-elo sih.”
“Iya deh, kamu tahu dari mana?”
“Aku sekarang kan tinggal disini.”
“Serius?”
“Kamu tadi waktu jalan kesini liat kan dirumah sebelah rumah
kamu ada orang pindahan?”
Bella mengagguk.
“ Itu rumah aku, tadi pagi aku pindah kesini, eh ternyata
kita tetangga. Kayaknya kita emang ditakdirin berjodoh deh. “kata iqbaal yang
diakhir ucapannya tersenyum sumringah
“Terus kenapa tadi kamu bilang kalo aku gak nerima kamu, kamu
bakal pergi?”
“Ya aku kan Cuma ngegertak kamu biar kamu terima.”jawab
Iqbaal cengengesan
Bella cemberut”Jail banget sih.”marah Bella yang melayangkan
cubitan di perut Iqbaal
“Aww sakit Bel.”
“Bodo, abis kamu nyebelin sih.”
“Lebih nyebelin mana sama kamu yang pergi tiba-tiba hah?”
Bella terdiam begitu Iqbaal mengatakan kalimat barusan”Oke
kita impas satu sama sekarang.”
TAMAT
0 komentar:
Posting Komentar