KEMBALI
“Tungguin aku ya, aku pasti balik kok.”
Pemuda tampan itu menatap dalam gadis didepannya yang tengah
menunduk. Jemari gadis tersebut digenggam erat oleh sang pemuda seolah
meyakinkan gadis tersebut akan ucapannya.
Gadis itu mengangkat wajahnya, menatap mata teduh dari
pemuda didepannya“Janji ya, bakal sering hubungin aku?”
Pemuda bernama lengkap Iqbaal Aresta Putra itu mengangguk
yakin”Pasti, jaga hati kamu buat aku ya.”
Gadis itu menangguk”I love you Baal.”ujarnya malu-malu
Iqbaal tersenyum lebar, ia merengkuh gadis itu untuk
terakhir kalinya sebelum ia pergi”Love you too, Steffi.”
Iqbaal melepas pelukannya begitu mendengar panggilan bahwa
pesawat akan segera berangkat. Ia mengambil tas-tasnya dan mulai berjalan
meninggalkan Steffi. Sebelum Iqbaal benar-benar menghilang ia melambaikan
tangannnya sebentar ke Steffi. Steffi membalas lambaian tangan Iqbaal sampai
Iqbaal menghilang dalam kerumunana orang-orang.
“Cepet balik ya Baal, aku bakal kangen banget sama kamu.”
*
“Jadi pacar gue ya Stef, please.”
Pemuda berambut ikal ini berlutut didepan gadis yang masih
terbengong tak percaya akan ucapan sahabatnya selama 2 tahun belakangan ini.
Pemuda berambut ikal ini meraih jemari tangan gadis didepannya kemudian
menggenggamnya erat. Pemuda bernama Bastian ini mengeluarkan rangkaian bunga
mawar dari balik punggungnya.
“Lo gak lagi bercanda kan Bas?”Tanya gadis dengan rambut
yang dikuncir kuda ini shock
“Gue serius, gue bener-bener cinta sama lo Stefhanie
Conchita Jasmine.”
Steffi menunduk, ia benar-benar bingung sekarang. Bastian
yang notabenenya adalah sahabatnya sendiri kini tiba-tiba menyatakan perasaannya.
Lalu bagaimana dengan Iqbaal? pacarnya yang kini berada di Perancis untuk
bersekolah. Iqbaal sudah 3 tahun disana dan selama itu pula hubungan mereka menggantung.
Iqbaal sama sekali tidak pernah menghubungi Steffi. Steffi sendiri bingung, apa
mereka masih bisa dibilang pacaran?
Bastian menatap Steffi yang sedari tadi diam”Apa jawaban lo
Stef?”
“Kasih gue waktu buat mikir.”
*
“Ini foto siapa Sayang?”
Bastian menunjukkan foto Steffi bersama seorang pemuda saat
masih SMP dulu. Difoto itu sang pemuda tengah mengenakan baju basketnya sambil
memamerkan piala yang didapatkannya sementara Steffi merangkul pemuda
disampingnya.
Steffi membelalak, bagaimana bisa ia ceroboh menaruh foto
Iqbaal disembarang tempat. Steffi kebingungan mencari alasan”Ngg itu….”
Bastian mengernyitkan dahinya menatap tingkah aneh Steffi”Kok
kamu kaya panic gitu sih Yang?”
“Gak kok siapa yang panik, itu dia itu temen aku waktu SMP.”
Steffi tersenyum mencoba meyakinkan Bastian atas jawabannya.
Bastian masih nampak tak percaya namun ia memutuskan untuk mengangguk saja.
Bastian mengamati foto dengan bingkai warna putih yang kini
ada digenggamannya“Tapi kayaknya kalian lebih dari temen deh, abis fotonya
mesra banget.”
“Kamu gak percaya sama aku?”Steffi bertanya sambil menatap
Bastian serius sementara tangannya menggenggam lengan Bastian erat
Bastian tersenyum lantas mengelus pipi Steffi dengan ibu
jarinya“Percaya kok Yang.”
*
Pemuda tampan ini tampak berjalan keluar dari airport sambil
menyeret koper besarnya. Tubuh tinggi dan tegapnya ia balut dengan celana jeans
panjang dan jaket hitam yang membuat pemuda ini terlihat keren. Ia membuka kaca
mata hitam yang digunakan untuk menutupi mata indahnya, mata teduhnya
mengelilingi seluruh penjuru airport. 4 tahun telah berlaru dan kini ia bisa
kembali lagi ke tanah kelahirannya.
Ia buru-buru mencegat taksi. Ia benar-benar sudah tidak
sabar untuk segera menemui orang yang begitu spesial baginya. Bertahun-tahun
tidak bertemu tentu saja membuat pemuda ini harus memendam rasa kangen yang
luar biasa.
Pemuda tampan ini menatap ke luar jendela taksi. Bibirnya
membentuk simpul begitu mengingat gadis yang begitu special baginya.
“Aku pulang Stef, aku kangen banget sama kamu.”
*
Ting tong
Pintu kayu dengan ukiran yang begitu rumit itu terbuka.
Pemuda dengan rambut ikal tersebut tampak menyumbul dari balik pintu.
“Cari siapa ya?”tanyanya
“Steffi ada?”
Bastian mengerutkan keningnya”Lo siapa?”
Bastian kini menatap pemuda itu dari ujung kaki hingga ujung
rambut.
Pemuda didepannya itu kini membuka kacamata hitamnya”Gue
Iqbaal, pac…”
“Siapa Yang yang dateng?”
Steffi tengah berjalan menghampiri Bastian. Ia sedari tadi
sibuk didapur membuat kue bersama Bastian. Bahkan kini ia masih mengenakan
clemek.
“Steffi”panggil Iqbaal keras, senyum Iqbaal melebar begitu
melihat Steffi keluar
Steffi mengangkat wajahnya. Matanya membelalak saat itu
juga. Langkahnya mematung begitu saja. Ia benar-benar tidak percaya dengan apa
yang dilihatnya sekarang.
Iqbaal langsung menerobos pintu melewati Bastian. Iqbaal
merengkuh erat Steffi saat itu juga. Ia menumpahkan rasa kangennya pada Steffi
dengan pelukan yang begitu erat.
“Aku kangen kamu Stef, kangen banget.”
Steffi benar-benar membatu ditempatnya. Ia hanya diam tak
mampu mengucapkan sepatah katapun.
Bastian terus menatap Iqbaal dan Steffi dari pintu. Ia tak
tau harus berbuat apa dan Bastian lebih memilih diam.
“Itukan cowok yang ada difoto bareng Steffi.”batin Bastian
begitu ingat kalu wajah pemuda ini sangat mirip dengan pemuda yang ada difoto
yang ia temukan tempo hari lalu.
Iqbaal melepas pelukannya, ia menatap Steffi yang hanya
diam.
“Kamu gak kangen ya Stef sama aku? Kok dari tadi kamu diem
aja?”tersirat kekecewaan dari pertanyaan Iqbaal barusan
Bastian berjalan menghampiri Iqbaal dan Steffi”Lo temennya
Steffi waktu SMP kan?”Tanya Bastian
Iqbaal menautkan alisnya, ia merasa asing dengan asing
dengan pemuda didepannya ini. Ia sendiri bingung kenapa pemuda ini ada dirumah
Steffi.
“Gue Bastian.”bastian mengulurkan tangannya”Pacarnya Steffi.”
Kini giliran Iqbaal yang membatu ditempatnya. Mata teduhnya
menatap Steffi penuh Tanya namun gadis itu kini hanya menunduk.
Iqbaal membalas uluran tangan Bastian”Gue Iqbaal.”
Bastian tersenyum”Lo dari mana kok bawa koper kaya gitu?”
“Gue baru pulang dari perancis.”jawab Iqbaal tanpa minat,
ntahlah perasaanya benar-benar campur aduk sekarang. Ini terlalu mengangetkan
dan MENYAKITKAN!
“Lo sekolah disana?”
Iqbaal hanya mengangguk, niatnya ingin memberikan kejutan
pada Steffi gagal. Justru ia yang kini dapat kejutan dari Steffi. Kejutan yang
meluluh lantakkan hatinya saat ini juga.
“Gue balik dulu ya.”pamit Iqbaal sambil memaksakan diri
untuk tersenyum
“Kok buru-buru?”Tanya Bastian dengan dahi berkerut
“Iya, kapan-kapan gue main kesini lagi kok.”Iqbaal kembali memaksakan
dirinya untuk tersenyum
Iqbaal kini menatp Steffi yang terus menunduk”Gue pamit ya
Stef.”
Steffi mengangguk, namapaknya Steffi sama sekali tidak mau
menatap Iqbaal sekarang.
Iqbaal menghela nafasnya sejenak, ia berjalan keluar dari
rumah Steffi dengan perasaan kecewa. Ia sama sekali tidak menyangka Steffi kini
telah memliki pacar dan melupakannya. Mungkin ini memang salahnya menghilang begitu
saja dari kehidupan Steffi selama bertahun-tahun.
“Maafin aku baal.”batin Steffi yang kini sudah mengangkat
wajahnya. Mata Steffi terus menatap punggung Iqbaal yang makin menjauh
*
Steffi menatap gusar pintu didepannya. Ia benar-benat ragu
sekarang. Apakan ia harus masuk atau kembali pulang ? Steffi menghela nafasnya
berklai-kali kemudian meyakinkan dirinya sendiri untuk mengetuk pintu
didepannya.
Steffi bisa mendengar derap langkah kaki yang mendekat dan
benar saja tak berapa lama pintu terbuka. Sesosok pemuda dengan kaos oblong biru
tua dan celana jeans pendeknya menyembul dari balik pintu. Mata indah Steffi
bertemu dengan mata teduh pemuda tersebut. Tatapan pemuda itu beralih menjadi
tajam begitu melihat Steffi kini didepan rumahnya.
“Hai Baal.”sapa Steffi kikuk sambil menggaruk tengkuknya
“Mau ngapain lo kesini?”Tanya Iqbaal dingin
“Aku mau jelasin semuanya.”jawab Steffi”Aku boleh masuk?”
Iqbaal mengalihkan pandangannya kearah lain”Gak ada lagi
yang perlu diomongin, semuanya udah jelas. Gue sadar ini emang salah gue
seharusnya gue berusaha buat hubungin lo biar lo gak selingkuh sama cowok lain,
tapi ini bukan kemauan gue, gue tinggal diasrama dan gak boleh bawa HP.”
“Baal aku…”
“Mending lo pergi gue sibuk.”
Iqbaal buru-buru menutup pintu rumahnya. Steffi dengan sigap
langsung berusaha menghalanginya. Steffi mendorong pintunya sekuat tenaga agar
pintu tidak tertutup. Begitupun Iqbaal ia juga berusaha sekuat tenaga untuk
menutup pintunya.
Brakkkk
Pintu tertutup dengan keras membuat tubuh Steffi terpental
jatuh. Steffi yang tak tau lagi bagaimana harus berbiacara pada Iqbaalpun
pura-pura pingsan berharap Iqbaal mau menolongnya dan ia bisa menjelaskan
semuanya.
*
Steffi kini tengah berbaring dikamar Iqbaal. Iqbaal kini
tengah keluar kamar, mungkin mencari sesuatu. Steffi membuka matanya, ia tau
Iqbaal akan bertambah marah kalau tau bahwa Steffi hanya pura-pura pingsan.
Steffi tidak peduli, Steffi yakin Iqbaal masih sangat mencintainya. Buktinya
tadi iqbaal sangat panik waktu tau Steffi pingsan dan itu sudah cukup untuk
membuktikan bahwa Iqbaal masih peduli dengannya. Steffi buru-buru menutup
matanya begitu pintu terbuka.
Iqbaal melangkah menghampiri Steffi yang masih PURA-PURA
PINGSAN. Ia membawa minyak kayu putih dan segelas air putih ditangannya. Iqbaal
mendekatkan minyak kayu putih yang dibawanya dengan hidung Steffi agar Steffi
segera siuman.
“Sadar dong Stef, jangan bikin akau khawatir kaya gini.”pinta
Iqbaal
Steffi membuka perlahan matanya, sepertinya ini sudah
saatnya untuk sadar. Steffi langsung bangun dari posisinya yang tidur. Iqbaal
langsung panik melihat Steffi yang kini memegangi kepalanya sambil meringis
kesakitan. Tidak, Steffi tidak sedang berbohong sekarang. Steffi memang
memiliki tekanan darah rendah sehingga bangun dengan tiba-tiba akan membuat
kepalanya pusing.
“Pusing ya Stef?”
Steffi hanya mengangguk sambil memijat pelan keningnya.
Iqbaal mengulurkan tangannya membantu Steffi memijat
keningnya. Dan seperti sulap sakit dikepala Steffi langsung hilang saat itu
juga. Mungkin itu yang namanya kekuatan cinta.
“Minum dulu Stef.”
Dengan telaten Iqbaal membantu Steffi minum. Setelah
membantu Steffi minum, Iqbaal berniat membantu Steffi untuk berbaring lagi
namun Steffi menolaknya.
“Aku mau ngomong sama kamu Baal.”
“Nanti aja Stef, kamu tuh masih sakit.”
Steffi menggelang”Aku udah gak papa kok.”
“Baal please maafin aku, aku tau aku jahat karna pacaran
sama cowok lain sementara kita belum putus. Tapi aku bener-bener bingung saat
itu kita bener-bener hilang kontak sementara Bastian orang yang selalu nemenin
aku semenjak kamu pergi tiba-tiba nembak aku. Aku gak mau nyakitin Bastian,
Bastian udah baik banget sama aku. Dan sekarang aku malah nyakitin kamu.”
Iqbaal menghela nafas sejenak”Aku juga salah Stef, aku udah gantungin kamu dengan hubungan gak
jelas. Tapi itu bukan kemauan aku. Dan sampai sekarangpun hati ini masih buat
kamu.”
Steffi menunduk, ia memilih diam sambil terus menatap
segelas air putih yang ada ditangannya.
“Aku pengen kita kaya dulu lagi Stef.”
Iqbaal menatap dalam Steffi yang masih menunduk. Steffi
mengangkat wajahnya, menatap Iqbaal yang kini dengan wajah seriusnya.
Steffi menghela nafas sejenak”Bastian?”
“Kamu gak boleh terus-terusan ngasih cinta palsu ke dia, dia
bakal lebih sakit hati lagi kalau tau ini nanti.”
“Tapi..”
“Kamu pilih aku apa dia sih?”
“Baal aku…”
Steffi tak melanjutkan omongannya. Ia diam sejenak lalu
mencium pipi Iqbaal kilat. Iqbaal tersenyum kecil.
“Aku tau kalau kamu pasti lebih milih aku.”ujar Iqbaal
dengan senyum bahagia
Iqbaal meraih tangan Steffi yang sedari tadi masih
menggenggam gelas”Kamu harus ngomong masalah ini secepatnya ke Bastian.”
*
“Pokoknya Iqbaal mau sekolah disini, Iqbaal gak mau balaik
lagi ke Perancis TITIK!”
Pria paruh baya dengan kaya mata minus tebalnya itu terlihat
membenarkan letak kacamatanya yang sedikit turun. Kini ia menatap anak semata
wayangnya itu serius.
“Kamu gak boleh
ngambil keputusan sepihak gitu dong Baal, bukannya kamu dari dulu udah
setuju kita sekeluarga bakal menetap di Perancis.”
“Iya tapi itu kan dulu Pa, sekarang Iqbaal maunya disini.”
“Terus kalau kamu tinggal disini sama siapa? kamu gak papa
sendirian di Jakarta?”
Kini Mama iqbaal yang angkat bicara
“Iqbaal kan cowok Ma, Iqbaal bisa jaga diri kok.”
“Gak bisa pokoknya kamu harus ikut ke Perancis, lagipula
rumah ini juga mau Papa jual kok.”kata Papa Iqbaal tegas
Pemuda ini menatap Papanya dengan muka memelas“Tapi Iqbaal
gak bisa pisah sama Steffi Pa, sekali aja ngertiin Iqbaal.”
Papa Iqbaal menggeleng mantap. Kini pandangan memohon Iqbaal
beralih ke Mamanya.
“Kalau Papa bilang gak itu artinya enggak sayang.”
Iqbaal bangkit dari sofa yang didudukinya”Kalo Papa sama
Mama gak ngijinin Iqbaal buat tinggal disini Iqbaal bakal terus ngurung diri
dikamar dan gak akan mau makan.”
Dengan langkah lebar Iqbaal menaiki tangga rumahnya yang
terhubung dengan ruang tamu. Dan bebrapa saat kemudian terdengar bunyi pintu
yang ditutup dengan keras, pintu kamar Iqbaal.
*
“Gimana kamu udah putusin Bastian kan?”Tanya Iqbaal begitu
melihat Steffi duduk disampingnya
Hari ini Iqbaal mengajak Steffi ketemuan ditempat favorit
mereka semasa mereka pacaran dulu. Steffi tampak lesu saat itu. penampilannya
juga berantakan. Sepertinya ia tengah stress sekarang, ntah memikirkan apa.
Iqbaal menatap gadis didepannya ini cemas. Ia mengulurkan
tangannya kedahi Steffi, memriksa apa Steffi sedang demam sekarang.
“Kamu sakit Stef?”
Steffi menggeleng lemah
“Terus kamu kenapa?”
Steffi tidak menjawab. Kini ia menunduk sambil menghela
nafas berkali-kali.
“Kamu marah sama aku ya? Gara-gara 2 hari ini aku ngilang?”
Steffi masih diam kini ia memainkan ujung flat shoes
miliknya.
“Aku minta maaf ya, aku ngurung diri aku dikamar selama dua
hari biar orang tua aku ngijinin aku tinggal disini dan sekolah disini. Dan
ternyata aksi ngambek aku gak sia-sia karna akhirnya orang tua aku setuju. Aku
seneng banget, kamu seneng juga kan?”
Iqbaal menatap Steffi antusias. Gadis itu masih enggan
menatapnya.
“Kamu gak seneng ya aku tinggal disini?”Tanya Iqbaal lirih,
kini mukanya tampak sangat kecewa
Steffi mengangkat wajahnya, ia memegang pundak iqbaal lalu berkata”Mending
kamu balik ke Perancis sama orang tua kamu Baal.”
Iqbaal tercengang akan ucapan Steffi barusan. Ia
berkali-kali memastikan bahwa apa yang didengarnya barusan tidak salah.
“Ka-kamu ken-apa sih Stef?”Tanya Iqbaal terbata
Gadis disampingnya ini senang sekali membuatnya kaget. Gadis
ini benar-benar penuh dengan kejutan dan sulit ditebak.
“Maafin aku Baal, tapi aku gak bisa mutusin Bastian.”
Iqbaal kembali dibuat tercengang dengan ucapan Steffi. Ada
apa dengan gadisnya ini?
“Tapi kamu bilang kamu cinta sama aku.”
“Iya , aku memang cinta sama kamu. Cinta banget. Tapi aku
gak tega mutusin Bastian Baal, dia lagi bener-bener sedih karna orang tuanya
yang cerai dan perusahaan papanya yang bangkrut. Sekarang Bastian jatuh miskin.
Dan karna perusahaan papanya yang gulung tikar itu mama Bastian minta cerai.
Bastian bener-bener rapuh sekarang Baal dan aku mana mungkin tega mutusin dia
disaat dia bener-bener ngebutuhin aku sekarang.”jelas Steffi
Tiba-tiba Steffi terngiang ucapan Bastian semalam.
“Kamu satu-satunya
yang bikin aku kuat sekarang Stef, aku gak bisa bayangin gimana jadinya aku
tanpa kamu. Aku pasti bener-bener hancur kalau kamu sampe ninggalin aku. Jangan
pernah tinggalain aku ya Stef?”
Steffi kini menggenggam erat tangan Iqbaal”Kamu punya
segalanya Baal, kamu ganteng, baik, kaya, pinter lagi. Pasti cewek diluar sana
banyak banget yang suka sama kamu. Kamu harus buka hati kamu buat orang lain
dan lupain aku.”
Iqbaal menggelengkan kepalanya”Gak Stef, aku gak mau. Aku
maunya kamu TITIK!”
“Baal please kali ini aja kamu ngalah.”
Steffi menatap Iqbaal dengan wajah memelasnya.
“Kamu kenapa sih Stef, dengan kamu terus-terusan pacaran
sama Bastian. Kamu itu makin nyakitin hati kamu sendiri bahkan nyakitin aku.
Dan kamu tahu kalau Bastian nanti sampai tahu tentang perasaan kamu yang
sebenarnya dia bakal lebih sakit hati lagi. Kamu gak mau kan nyakitin hati
banyak orang termasuk hati kamu sendiri?”
Setetes air mata jatuh begitu saja dari pelupuk mata Steffi.
Disusul dengan tetesan kedua ketiga dan seterusnya. Bahkan mulai terdengar
isakan-isakan kecil dari bibir Steffi.
Iqbaal panik begitu melihat Steffi menangis. Egonya untuk
memepertahankan Steffi luntur saat itu juga. Iqbaal merengkuh Steffi,
membiarkan gadis itu menangis dalam pelukannya.
“Kalau itu emang keputusan kamu, aku terima kok Stef.”ujar
Iqbaal sambil membelai rambut panjang Steffi
Bukannya makin reda, tangis Steffi malah makin kencang.
“Ma-maafin hiks aku Baal, aku udah ja-hat hiks sa-ma kamu.”
Steffi berkata dengan terbata disertai isakan tangis yang
sesekali keluar dari mulutnya
“Kamu gak jahat kok sama aku, dari awal ini emang salah aku.
Seharusnya aku gak pergi ke Perancis biar masalahnya jadi gak serumit ini.”
Steffi melepaskan dirinya dari peluakn Iqbaal”Maaf ya Baal,
tapi keputusan aku udah bulat. Aku milih Bastian.”
Iqbaal tersenyum hambar”Aku terima keputusan kamu, aku yakin
kalau kita emang ditakdirin buat bersama kita bakal bersatu nanti dengan cara
yang indah.”
Steffi tersenyum simpul”Makasih udah ngertiin aku, semoga
Tuhan menakdirkan kita bersama nantinya.”
“Amin.”
TAMAT
0 komentar:
Posting Komentar