PILIH AKU ATAU DIA
????
Bastian tengah mendrible bola orange miliknya pagi itu.
Suasana sekolah masih sangat sepi karna jam yang masih menunjukkan pukul 6
pagi. Bastian menghentikan aksinya sejenak, ia menyeka keringat didahinya.
Bastian berjalan kepinggir lapangan, ia ingin istirahat sebentar karna ia sudah
cukup lelah karna berlatih sekitar 1jam lebih. Bastian duduk dibangku semen
dipinggir lapangan lalu menenguk air mineral yang dibawanya.
“Maaf, boleh gue numpang Tanya?”
Bastian menengok, sesosok gadis dengan tinggi semampai kini
menatapnya. Gadis tersebut sangat cantik, kulitnya putih, rambutnya hitam
panjang dan sangat indah.
Bastian terdiam untuk beberapa saat, ia benar-benar terpana
akan kecantikan gadis didepannya ini.
Gadis tadi menatap Bastian bingung”Hey kok bengong
sih.”tegurnya
Bastian langsung tersadar, ia tersenyum kikuk sambil
menggaruk tengkuknya”Iya ada apa ya?”
“Gue boleh tahu gak, ruang kepala sekolah dimana?”
“Lo anak baru?”
Gadis tadi mengangguk, ia mengulurkan tangannya sambil
tersenyum”Gue Salsha.”
Bastian membalas uluran tangan Salsha”Gue Bastian, panggil
aja beib.”jawab Bastian cengengesan
Salsha terkikik”Bisa aja lo.”
“Eh gue serius, gue gak bakal nengok kalo lo gak manggil gue
beib.”
Bastien menunjukkan muka seriusnya membuat Salsha semakin
geli melihat tingkah pemuda yang baru dikenalnya ini.
“Yaudah deh terserah lo, tapi anterin gue ke kapala ruang
sekolah ya?”
“Gitu dong, kalo lo mau panggil gue beib jangankan minta
anterin keruang kepala sekolah, keujung dunia ayo aja dah.”
*
Bukk
Kepala Salsha terkena lemparan bola basket saat ia berjalan
dipinggir lapangan. Ia sedang berkeliling sekolah barunya dengan teman barunya,
Bella. Salsha mengelus kepalanya yang berdenyut, ia menggerutu tak jelas.
“Siapa sih, gak liat apa ada orang lewat.”
“Sorry gue gak sengaja.”
Salsha menengok, seorang pemuda kini sudah ada disampingnya.
“Liat-liat dong kalau ngelempar.”marah Salsha
“Salah lo sendiri ngapain lewat pinggir lapangan, udah tau
ada orang lagi main basket.”
Pemuda itu berlalu meninggalkan Salsha begitu saja, membuat
Salsha semakin sebal padanya.
“Dia siapa sih Bel?”
“Dia Iqbaal, cowok paling ganteng disini. Dia ganteng banget
kan?”
Salsha menatap Bella terkejut”Dia cowok paling ganteng
disini? Pada buta kali ya cewek disini cowok nyebelin kaya dia dibilang
ganteng.”
“Ih dibilangin juga, mata lo kali yang gangguan cowok
segantang Iqbaal kok dibilang jelek.”
Salsha memutar bola matanya”Udah lah ya, males gue bahas
cowok itu. Mending sekarang kita ke kantin, gue laper.”
*
Bastian terus saja senyum-senyum mengingat pertemuan
pertamanya dengan Salsha tadi pagi. Belum pernah Bastian merasa seperti ini. Ia
rasa ia sudah jatuh cinta pada Salsha, jatuh cinta pada pandangan pertama.
Iqbaal keluar dari dapur dengan nampan ditangannya, nampan berisi dua gelas
minuman dan beberapa toples kue kering dan makanan ringan lainnya.
“Lo kenapa sih Bas? Kek orang gila gitu.”
Bastian menatap Iqbaal yang kini sudah duudk disampingnya,
ia tersenyum lebar lalu berkata”Gue lagi jatuh cinta Baal.”
Iqbaal mengerutkan keningnya”Gue gak salah denger kan?”
“Lo tahu anak baru itu kan? Salsha, yang sekelas sama kita.”
“Jadi lo jatuh cinta sama dia?”
Bastian mengangguk cepat”Iya Baal, gue cocok kan sama dia?”
“Hm”jawab Iqbaal tanpa minat
Bastian menatap Iqbaal yang kini menyibukkan dirinya dengan
gadgetnya”Jangan bilang lo juga naksir Salsha?”pekik Bastian histeris
Tentu saja ia tidak mau bersaing dengan Iqbaal yang
notabenenya adalah sahabatnya. Apalagi kalau persahabatan mereka harus hancur
hanya karna masalah cinta.
Iqbaal masih terdiam, tidak mungkin ia tidak mendengar
omongan Bastian yang nyaring barusan. Apalagi mengingat jarak duduk mereka yang
dekat. Oke, mungkin Iqbaal adalah tipikal orang yang sangat cuek, tapi tidak
pernah ia cuek dengan Bastian sebelumnya. Dan itu membuat Bastian curiga,
jangan-jangan memang benar Iqbaal suka dengan Salsha.
“Baal jawb dong, lo gak suka kan sama Salsha? Masa’ iya kita
saningan ngerebutin cewek yang sama.”
“Gak, gue gak suka sama dia! Puas?”
Bastian menghela nafas lega, ia tersenyum lebar”Bagus deh.”
Terdengar suara ketukan pintu dari luar. Iqbaal masih asyik
dengan gadgetnya membuat Bastian berdiri dan segera membukakan pintu.
“Salsha.”pekik Bastian begitu pintu terbuka
Tak kalah kagetnya dengan Bastian, Salsha juga melongo
melihat Bastian”Oh jadi lo anaknya tante Rike ya Bas?”
“Bukan, Iqbaal yang anaknya tante Rike.”jawab Bastian”Lo
nyari tante Rike?”
Salsha menggeleng”Enggak kok, gue kesini disuruh sama tante
Rike. Gue bakal tinggal disini beberapa hari kedepan.”
“Serius? Lo bakal tinggal satu rumah sama Iqbaal?”
“Ya mau gak mau sih, mau gimana lagi mama sama papa gue
harus tugas keluar kota sementara gue baru tinggal beberapa hari disini jadinya
gue dititipin sama temen mama gue. Dan kebetulan temen mama gue itu tante Rike,
kalo tahu Iqbaal itu anaknya tante Rike males banget gue harus tinggal
disini.”cerocos Salsha
Bastian tersenyum”Yaudah tinggal dirumah gue aja.”
Salsha terdiam sejenak memikirkan tawaran Bastian”Kayaknya
gak deh, gak enak sama tante Rike, lagian inikan perintah dari mama. Sorry ya
Bas.”
Bastian Nampak kecewa, tapi mau bagaimana lagi inikan sudah
pilihan Salsha”Yuadah masuk yuk.”
*
Iqbaal dan Salsha tengah makan malam berdua malam ini. Mama
dan Papa Iqbaal tiba-tiba harus ke Surabaya karna ada nenek Iqbaal yang tinggal
disana sakit. Dan Iqbaal tidak dijinkan ikut karna ditugaskan menjaga Salsha.
Suasana benar-benar hening sekarang, tidak ada satupun dari Salsha ataupun
Iqbaal yang ingin memecah keheningan yang terjadi diantara mereka.
Tiba-tiba Salsha terbatuk-batuk sambil memegangi lehernya
dan itu membuat Iqbaal sedikit panik.
“Lo kenapa Sal?”
Iqbaal mengulurkan minum untuk Salsha dan membantu Salsha minum-sedikt demi sedikit. Setelah
menghabisakn setengah gelas air putih Salsha tampak lebih baik, kini ia sedang
mengatur nafasnya.
“Makasih ya Baal.”ucap Salsha
“Hm, makanya makan itu dikunyah dulu jangan langsung telen
aja.”
*
“Sal buruan dong, udah siang nih.”
Iqbaal berteriak dari halaman depan rumah. Ia sudah siap
dengan motor sportnya tapi Salsha sedari tadi belum menampakkan batang
hidungnya. Iqbaal melihat jam tangan hitam yang melingkar di tangan kirinya, 10
menit lagi gerbang pasti sudah ditutup dan itu mmebuat Iqbaal sedikit panik
mengingat jam pertama adalah mata pelajaran Bu Devi yang galaknya gak
ketulungan itu.
Salsha nampak terburu-buru keluar dari rumah Iqbaal, ia
berjalan sambil merapikan rambut dan seragamnya.
“Lelet amat sih, kalo kita dihukum gara-gara telat gimana?”marah
iqbaal begitu Salsha tiba dihadapannya
Salsha manyun”Ya maaf kan gue cewek jadi lama dandannya.”
Iqbaal hanya mendumel-dumel sambil mengulurkan helm untuk
Salsha”Yaudah cepet naik.”
*
Matahari mulai naik membuat Iqbaal dan Salsha yang tengah
dihukum berdiri ditengah lapangan semakin kegerahan. Iqbaal menyeka kerigat
didahinya dengan tangannya. Yang benar saja mereka harus berdiri sampai jam 10
pagi, benar-benar tidak punya hati guru bahasa jerman mereka itu. Iqbaal melirik
Salsha yang sedari tadi hanya diam. Iqbaal menatap Salsha dengan seksama, karna
ada yang berbeda dengan Salsha.
“Sal, lo gak papa? Muka lo pucet banget.”
Salsha hanya menggeleng lemah.
“Mending lo istirahat aja ya, biar gue yang gantiin hukuman
lo. Lo belum sarapan kan? Mending lo sarapan gih ke kantin.”
“Gue gak papa kok Baal.”
“Lo yakin?”
Salsha mengangguk, Iqbaal mengalihkan pandangannya dari
Salsha. Ia sama sekali tidak yakin kalau Salsha baik-baik saja. Dan jujur
Iqbaal takut Salsha sampai sakit gara-gara dihukum. Dari awal ia bertemu Salsha
dilapangan basket waktu itu, Iqbaal sudah tertarik dengan Salsha. Namun begitu
tahu kalau Bastian ternayata juga menaruh hati pada Salsha membuat Iqbaal
mundur dan selalu berusaha menutupi perasaannya pada Salsha dengan bersikap
cuek pada Salsha.
Brukkk
Iqbaal kembali mengalihkan pandangannya ke Salsha. Mata
Iqbaal membelalak melihat Salsha yang sudah tak sadarkan diri.
“Sal Salsha, bangun Sal.”
Iqbaal membopong tubuh Salsha dan langsung membawanya ke
UKS.
*
Setelah Salsha sadar, Iqbaal langsung membawa Salsha pulang.
Ia tidak mau Salsha semakin sakit karna suhu badan Salsha yang sangat tinggi.
Iqbaal sudah memanggil dokter pribadi keluarganya untuk memeriksa Salsha. Dan
Salsha kini ssedang beristirahat. Iqbaal memasuki kamar Salsha, Salsha masih
tertidur lelap karna efek obat yang diberi dokter tadi.
Iqbaal menyelimuti Salsha lalu duduk disisi ranjang. Iqbaal
menatap wajah cantik Salsha yang terlihat sangat polos saat tidur. Muka Salsha
masih sanagt pucat. Iqbaal menggenggam tangan Salsha erat sambil terus menatap
salsha secara intens.
“Cepet sembuh ya Sal, gue gak mau lo sakit. Gue sayang sama
lo.”
“Apa lo sayang sama Salsha.”
Ntah sejak kapan Bastian sudah ada diambang pintu menatap
Iqbaal dengan tatapan tidak senang. Iqbaal buru-buru menghampiri Bastian, ia
tidak mau Salsha terbangun karna ulahnya dengan Bastian. Iqbaal menyeret
Bastian keruang tengah setelah menutup pintu kamar Salsha.
Bastian melepas tangannya yang dicengkram oleh
Iqbaal”Penghianat lo Baal.”
“Bas gue bisa jelasin.”
“Jelasin apa hah? Jelas-jelas gue denger lo tadi ngomong
sayang ke Salsha.”
“Bas gue…..”
“Mulai sekarang lo bukan sahabat gue lagi, dan mulai
sekarang kita bersaing secara sehat buat dapetin Salsha.”
“Oke, kalo itu mau lo. Denger ya Bas dari dulu gue udah
ngalah sama lo. Gue biarin lo deketin Salsha karna gue rasa persahabatan kita
itu lebih penting. Gue udah ngalah sama lo selama ini dan kalo gitu mau lo,
fine mulai sekarang kita saingan.”
*
Hari ini tim basket SMA 31 kan bertanding dengan SMA
CEMPAKA. Iqbaal sudah bersiap dipinggir lapangan untuk pemanasan sementara tak
juah darinya Bastian juga sedang melakukan pemansan. Iqbaal dan Bastian saling
memberikan tatapan sinis. Mulai kemarin mereka sama-sama mengibarkan bendera
perang. Salsha tampak berlari menghampiri Iqbaal ia membawa dua botol minuman
isotonic ditangannya.
“Ini buat lo Baal.”Salsha mengulurkan minuman di tangan
kanannya
Iqbaal tersenyum sumringah”Maksih ya Sal.”
“Gue kali yang harusnya bilang makasih, lo kan udah ngerawat
gue semaleman sampe gak tidur padahal hari ini lo ada pertandingan basket.”
“Gak papa kok kan itu udah tugas gue buat jagain lo.”
“Semangat ya Baal lo harus buat SMA kita menang.”
“Pasti.”
Bastian terus menatap Iqbaal dan Salsha dengan tatapan
cemburu. Sepertinya ia harus berusaha lebih keras karna sepertinya Salsha
semakin dekat dengan Iqbaal. Kini Salsha berjalan menghampiri Bastian sama
seperti iqbaal tadi, Salsha juga memberikan minuman untuk Bastian.
“Bas.”panggil Salsha
Bastain tidak menyahuti padahal Bastian jelas-jelas
mendengar panggilan Salsha. Salsha menatap Bastian bingung bukannya yang
biasanya cuek itu Iqbaal ya. Oh iya, Salsha teringat sesuatu.
“Beib.”
“Iya Bieb.”Bastian menyahuti dengan wajah sumringahnya
ternyata Salsha mengerti juga kalau ia tidak akan mau menoleh kalu Salsha tidak
memanggilnya ‘Beib’
Salsha mendengus”Huh dasar, ntar gue gak lagi ah manggil lo
beib.”
“Yah kok gitu sih Beib.”
“Ya karna kita gak pacaran.”
Bastian mengedipakn sebelah matanya“Yaudah kalo gitu kita
pacaran aja.”
“Gak ah.”
“Emang kenapa?”Tanya Bastian dengan muka kecewa
“Udah ah gak penting nih gue bawain minuman buat lo,
pokoknya lo harus buat SMA kita menang ya karna gue denger-denger lo sama
Iqbaal pemain andalan disini.”
“Gue lebih hebat dari Iqbaal kali Sal, pokoknya kalo SMA
kita menang lo harus mau ngedate sama gue.”
Salsha manyun”Ih peraturan dari mana tuh.”
Bastian mengacak rambut Salsha sambil tersenyum”Pokoknya lo
harus mau.”keukeuh Bastian
“Ih apaan sih Bas, berantakan nih.”dumel salsha
Bastian menyeringai lebar, ia mengecup pipi Salsha kilat
lalu berlari ke lapangan”Doain gue menang ya Beib.”teriak Bastian, ia sengaja
ingin mmembuat Iqbaal cemburu
Salsha hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Bastian.
Iqbaal menatap Salsha yang kini berjalan ke arah tribun penonton. Iqbaal
mengepalkan tangannya kuat-kuat”Gue gak akan kalah sama lo Bas.”
*
“Lo kenapa sih Baal pake berantem sama Bastian, diakan
sahabat lo sendiri. Kenapa kalian harus berantem ditengah-tengah pertandingan
sampe-sampe SMA kita kalah telak gara-gara kalian yang gak bisa kerja sama. Gue
emang gak ngerti basket tapi setahu gue dimana-mana itu kita ngerebut bola dari
lawan bukan temen setim kita sendiri.”
Iqbaal hanya diam sambil mengobati mukanya yang lebam akibat
adegan tonjok-tonjokannya dengan Bastian tadi.
Salsha mendengus karna tidak dihiraukan“Baal kok lo diem aja
sih, lo denger gue kan?”
“Gue berantem sama Bastian juga gara-gara lo kali
Sal.”bentak Iqbaal yang kemudian berlalu ke kamarnya
Salsha menatap punggung Iqbaal dengan tatapan
bingung”Gara-gara gue? Gue salah apaan coba?”
*
“Gue itu bingung banget deh Bel sama Iqbaal dan Bastian
kenapa mereka bisa berantem gitu. Nih ya kan kemaren gue Tanya ke Iqbaal terus
Iqbaal bilang kalo mereka berantem itu gara-gara gue. Aneh banget kan?”
Bella tersenyum simpul”Salsha Salsha, masa’ lo gak nyadar
sih kalo mereka itu suka sama lo?”
“Emang iya ya? Iqbaal kan cuek banget sama gue, ya emang sih
akhir-akhir ini dia baik sama gue tapi semenjak pertandingan kemaren dia cuek
lagi sama gue jadi gue rasa gak mungkin deh. Terus Bastian bukannya begitu ya
sama semua cewek, diakan playboy.”
“OMG Salsha, kalo lo tahu betapa paniknya Iqbaal waktu lo
pingsan dan gimana tatapan matanya ke lo, itu udah jelas banget kalo dia suka
sama lo. Terus emang sih Bastian itu playboy, pecicilan tapi akhir-akhir ini
dia gak pernah godain cewek lain selain lo, udah jelas banget kan?”
Salsha terdiam”Gue jadi gak enak hati Bel, persahabatan
mereka hancur gara-gara gue. Terus gue harus gimana dong?”
“Ya pilih aja salah satu dari mereka?”
“Lo yakin kalo gue pilih salah satu dari mereka, mereka
bakal bisa baikan lagi?”
“Gak yakin-yakin amat sih tapi coba dulu aja.”Bella kini
menatap Salsha penasaran”Emangnya lo mau pilih siapa sih?”
“Gue gak tau, gue bingung.”
Bella berpikir sejenak”Em sekarang coba deh lo tutup
mata.”pinta Bella
“Buat apaan?”
“Udah turutin aja.”
Salsha menutup matanya dan menunggu perintah dari Bella
selanjutnya.
“Sekarang lo bayangin muka Iqbaal dan Bastian, dan lo rasain
saat ngebayangin wajah siapa yang bikin lo deg-degan.”
Salsha terdiam masih dengan mata tertutup. Ia meyakinkan
hatinya sendiri. Setelah beberapa saat Salsha membuka mata.
“Iqbaal?”pekik Salsha tak percaya
*
“Lo harus pilih salah satu diantara kita Sal!”ujar Bastian
keukueh
Saat ini mereka bertiga tengah berkumpul diruang tamu rumah
Iqbaal. Salsha duduk diantara Iqbaal dan Bastian. Iqbaal sedari tadi menunduk
sementara Bastian menatap Salsha intens.
Salsha terlihat gelisah sedari tadi ia menghela nafas berat
berkali-kali. Ia takut kalau pilihannya ini malah membuat suasana semakin
keruh. Barusan Bastian dan Iqbaal menyatakan perasaanya bersamaan dan kini
Iqbaal dan Bastian sama-sama menunggu jawaban dari Salsha.
“Ngg gue….”Salsha tak mampu melanjutkan perkataannya
Salsha kini menunduk dalam dan tidak melanjtkan omongannya.
Iqbaal dan Bastian kini tengah berdebar-debar menunggu jawaban dari Salsha.
Salsha mengangkat wajahnya, kini ia melihat ke sisi
kanannya, iqbaal terlihat masih menunduk. Setelahnya Salsha menengok ke kiri,
Bastian masih terus menatapnya penuh harap.
“Gue pilih Iqbaal.”
Iqbaal mendongak begitu namanya disebut. Matanya berbinar
memancarkan kebahgiaan. Didetik berikutnya ia langsung mendekap Salsha erat,
sangat erat.
“Makasih ya Sal udah milih aku, I love you.”bisik Iqbaal
ditelingan Salsha
Salsha tersenyum”I love you too Baal.”
Bastian menunduk. Okey, rasanya memang sangat sakit tapi ia
tetap harus menerima kenyataan. Lagipula Iqbaal itu sahabatnya dan ia harusnya
bahagia melihat sahabatnya bersama orang yang dicintainya. Bastian menunduk, ia
menghela nafasnya untuk menetralisir rasa sakit yang begitu menusuk hingga ulu
hatinya.
Bastian mendongak begitu mendapati tangan Salsha yang kini
ada dipundaknya, Salsha tersenyum”Kita masih temenan kan Bas?”
Bastian memaksakan dirinya untuk tersenyum”Pasti, tapi lo
harus tetp manggil lo Beib”jawab Bastian lalu nyengir
Iqbaal melotot”Enak aja, dia cewek gue.”
Bastian manyun”Yaelah Baal kan Cuma panggilan, yang penting
hati Salsha kan buat elo.”
“Oke tapi kita harus jadi sahabat lagi ya?”
Bastian tersenyum”Yaiyalah kita kan best friend forever.”
TAMAT