Photography In Love
Klik
untuk kesekian kalinya kameraku
mengabadikan setiap gerak dari bidadari kecilku ini. Ntahlah koleksi fotoku
yang sudah hampir ribuan itu nampaknya belum memuaskanku. Aku selalu menangkap
berbagai macam ekspresinya dengan kamera kesayanganku ini mulai dari tersenyum,
tertawa, cemberut, marah, sedih, bahkan menangis. Kalau biasanya orang akan
terlihat jelek saat ia menangis tapi ia tidak, ia tetap cantik yah setidaknya
dimataku. Nampaknya perburuan fotoku hari ini harus terhenti karna bidadariku
itu kini telah bangkit dari bangku yang didudukinya. Di tangannya ada beberapa
novel yang lumayan tebal. Jika biasanya siswa yang lain akan lebih senang
menghabiskan waktu istirahatnya dikantin, tapi ia berbeda ia lebih memilih
duduk dibangku taman sekolah sambil membaca novel dan itu membuatnya terlihat
sangat istimewa dimataku. Mungkin kalian berfikir bidadari kecilku ini adalah
seorang kutu buku dengan kacamata tebal, dandanan jadul, dan kuper. Kalau iya,
kalian salah besar bidadariku ini selain cantik, ia juga pintar, mempunyai
banyak teman, baik, ramah, dan kalem. Aku memang lebih menyukai gadis yang
kalem dan pendiam daripada yang cerewet dan kecentilan. Dan kesan pendiam dan
kalem itu kudapat dari sosok bidadari kecilku ini, BELLA.
***
Aku menempelkan foto yang baru kucetak
tadi di papan besar yang ada dikamar. Di papan itu dipenuhi foto-foto Bella
yang selalu kuambil tanpa sepengetahuannya. Aku tersenyum sumringah melihatnya
ntahlah hanya dengan melihat fotonya aku sudah sangat bahagia apalagi kalau aku
bisa memilikinya ? Aku merebahkan tubuhku diranjang dengan senyum yang tak
kunjung pudar. Akupun segera memejamkan mataku karna malam yang telah
larut"Semoga Bella hadir dimimpiku malam ini."harapku dalam hati
***
Aku sedang asyik bergulat dengan
kameraku saat sebuah tangan menyentuh bahuku dan membuatku terlonjak kaget. Aku
sudah memasang muka super jutek kepada siapapun yang telah mengagetiku ini. Aku
menoleh dan di detik berikutnya aku terpaku ditempatku
"Ya ampun sorry ya Baal, aku nggak
maksud buat ngagetin kamu."sesalnya
"Gak papa kok Bel."jawabku
kikuk
Dia tersenyum lega mendengar jawabanku
setelahnya ia sudah menduduki kursi kosong disebelahku. Aku bisa merasakan
detak jantungku yang berpacu dengan kerasnya. Kira-kira kenapa dia sampai
menghampiriku seperti ini. Hmm aku benar-benar penasaran.
"Baal kamu udah dapet kelompok
buat tugas biologi belum?”Tanya Bella to the point
"Ngg paling juga sama si Bastian,
Aldi, atau Kiki."
“Ih kamu nggak tau ya kelompoknya kan
harus cewek sama cowok, jadi kelompoknya itu 2 orang 2 orang."
"Oh gitu ya."jawabku
cengengesan
"Gimana kalau kamu sama aku aja
kelompokannya?” Tawarnya yang membuat ingin terbang ke langit ke tujuh saat ini
juga
"Yakin mau satu kelompok sama aku
?"Tanyaku memastikan
Ia mengangguk cepat”Iya.”
"Trus kapan kita mulainya?"
Dia berfikir sejenak"Ngg. .
Gimana kalo besok aja?"
Aku mengangguk"Oke."
***
Bella sedang asyik meneliti
katak-katak yang ada disawah yang kita teliti sekarang. Aku terus saja
mengabadikan setiap gerakan dari Bella yang sedang serius dengan penelitiannya.
Aktifitas harianku ini kulakukan tanpa sembunyi-sembunyi karna aku punya alasan
yang masuk akal kenapa aku terus memotret Bella. Yah tugas biologi kami memang
mengharuskan kami tidak hanya mengumpulkan hasil penelitian kami lewat
presentasi saja tapi juga lewat foto atau video.
Bella berhenti sejenak, ia menatapku
dengan sebal"Udah dong Baal jangan foto-foto terus, kan lebih penting
bahan buat dipresentasiinya bukan foto-fotonya."
"Tapi kan presentasi harus pake foto
atau video hasil penelitian kita."jawabku santai"Lagian ya Bel kamu
tuh cantik banget jadi sayang kalo nggak diabadiin."tambahku sambil
nyengir
Pipi Bella merona"Apaan sih
gombal banget."katanya mencoba menutupi kesaltingannya
"Aku nggak gombal kali Bel,
kamunya emang cantik kok."
"Udah ah Baal, bantuin aku yuk
biar cepet selesai."
Aku mengangguk saja lantas
menghampirinya.
"Kamu kok nggak jijik sih sama
kodok?"tanyaku
"Aku bukan cewek yang jijikan kok
Baal."
"Wah makin kagum aku sama kamu."kataku
seraya tersenyum manis
Bella menatapku kesal"Jangan
mulai deh Baal."katanya ketus
Aku hanya tertawa sambil terus
menggodanya.
***
"Aduh sakit semua nih Bel."keluhku
sambil memegangi perutku yang sedari tadi jadi tempat pendaratan cubitan ganas
dari Bella
"Siapa suruh gombalin aku terus."katanya
sambil menertawaiku
"Abis kamu cantik sih."kataku
yang membuatnya bersiap mendaratkan cubitan mautnya
"Jangan dong sayang kan sakit."pintaku
melas
"Ih Iqbaal ngapain sih panggil
aku sayang, kamu tuh emang tengil ya."
Aku hanya nyengir memperlihatkan
gigiku yang berbehel.
"Baal pinjem laptop dong."ujar
Bella"Laptopku batreinya abis."tambahnya
"Ambil aja dikamar aku."kataku
yang kini berkutat dengan kameraku
"Kamar kamu dimana?"
"Kamu jalan aja terus, kamar aku
kebetulan tadi pintunya kebuka jadi kalo ada kamar yang pintunya kebuka itu
kamar aku."
Bella mengangguk tanda mengerti lalu
beranjak pergi. Aku tersenyum melihat hasil fotoku dengan Bella. Yah walaupun
aku harus memelas dulu biar Bella mau foto denganku. Aku akan mencetak foto ini
dengan ukuran paling besar lalu aku tempelkan bersama koleksi fotoku yang lain.
Tunggu, aku baru teringat sesuatu dikamarku ada koleksi foto Bella lalu Bella
sekarang ada di kamarku dan itu berarti. . . . .
Aku melompat dari sofa yang kududuki.
Aku harus buru-buru ke kamar, Bella tidak boleh melihat semua fotonya yang
kuambil dengan sembunyi-sembunyi. Aku berlari secepat kilat memasuki kamarku.
Ah sial, aku terlambat Bella sudah melihatnya. Aku berjalan lemas
menghampirinya, aku benar-benar tidak tau harus berkata apa.
"Ini semua maksudnya apa Baal?"tanya
Bella yang membuatku tertunduk.
Aku menghela nafas berkali-kali,
mungkin ini saatnya.
"Maaf Bel, selama ini aku ngambil
foto kamu diam-diam."
Bella hanya diam, mungkin menungguku
melanjutkan kata-kataku.
"Aku cinta Bel sama kamu, dari
kelas satu dulu, aku emang pengecut karna nggak berani ngomong ini sama kamu
dan selama ini aku selalu ngambil foto kamu diam-diam."
"Sorry Baal, aku nggak bisa."kata
Bella dengan wajah sedihnya.
Ah, sakit sekali rasanya tapi aku
tidak boleh menampakkan kesedihanku didepannya. Aku tersenyum getir"Oh,
nggak papa kok Bel, kamu pasti punya alasan tersendiri nolak aku."
Ternayat ditolak itu sangat amat
menyakitkan!
"Kayaknya aku harus pulang deh
Baal, biar aku lanjutin aja tugasnya dirumah."
"Biar aku aja Bel yang selesaiin."kataku
tak enak
"Yaudah terserah kamu."putusnya"Aku
pulang ya."pamitnya kemudian melangkah keluar. Aku terduduk lesu
diranjangku. Seharusnya aku sudah tahu Bella tidak mungkin membalas perasaanku.
Aku yang bodoh membiarkan rasaku ini berkambang besar. Seharusnya sejak dulu
aku menyerah dan mengubur rasa ini dalam-dalam. Karena pada akhirnya rasa ini
hanya menyakitiku dan membunuh hatiku secara perlahan. Padahal kufikir aku bisa
semakin dekat dengannya karna tugas biologi ini tapi ternyata aku salah besar.
***
Aku sedang meneliti tugas biologi yang
telah kuselesaikan. Aku akan segera mengumpulkannya karena deadlinenya memang
sudah hampir habis. Ku rasa tidak ada yang salah dengan tugas ini, akupun
bangkit dari bangku semen yang ada didepan kelasku. Aku melihat Bella yang
sedang berjalan kearahku. Tapi sekarang sudah tidak lagi karna ia langsung
berbalik begitu melihatku. Sejak kejadian beberapa hari yang lalu Bella selalu
menghindar. Sepertinya ia benar-benar tidak mau mengenalku lagi. Aku menghela
nafas panjang lalu segera berjalan ke ruang guru.
***
“Baal ikut papa sama mama ketemu rekan bisnis
papa ya?”ajak papa beberapa saat yang lalu sehingga kini aku harus bersiap
untuk pergi.
Huh.. mereka akan menjodohkan ku? Apa
mereka kira kau tidak laku sampai harus dijodohkan ? Lagipula kau tidak akan
bisa memberikan hatiku pada orang lain selain Bella. Aku merapikan jas yang
kukenakan lalu segera bergegas keluar dari kamar.
Aku berjalan dibelakang orang tuaku
membuntuti mereka yang tengah berjalan terlebih dahulu menghampiri teman
mereka. Aku terus berjalan sambil menunduk, walaupun sebenarnya aku penasaran
gadis macam apa yang akan dijodohkan denganku.
Kedua orang tua kini sedang berjabat
tangan dengan 2 orang yang seumuran dengan mereka. Uh.. itu pasti orang tua
dari gadis itu. Tapi dimana gadis itu, aku tidak menemukannya dimanapun?
Apa dia tidak datang karna tidak mau
dijodohkan denganku? Syukurlah kalau begitu.
“Iqbaal kenalin ini Om Agus sama Tante
Wina.”ujar mamaku
Aku tersenyum kecil lalu mengelurkan
tanganku”Iqbaal Om.”
Om Agus tersenyum”Senang bisa ketemu
kamu.”
Kini aku mengulurkan tanganku ke Tante
Wina”Iqbaal tante.”
“Kamu ganteng banget.”puji Tante Wina
yang membuatku tersenyum malu
“Ah, tante bisa aja.”
“Ayo duduk.”suruh Om Agus, aku, mama,
dan papa pun segera duduk
“Anakmu kemana Win?”tanya mamaku pada
tante Wina
“Dia lagi ke toilet, aku suruh dandan
biar cantik.”ujar tante Wina
Uh mau dandan bagaimanapun juga cewek
itu tidak akan bisa menyaingi kecantikan Bella.
“Itu dia.”ujar Om Agus sambil menunjuk
ke arah ku atau lebih tepatnya kerah belakangku
Aku menoleh ke belakang. Aku menatpnya
lebih lekat untuk memastikan aku tidak salah lihat. Tidak salah lagi itu kan……
“Iqbaal?”pekik Bella tak percaya
melihatku
Sama seperti Bella, aku juga kaget
ternyata Bella yang akan dijodohkan denganku. Senang sekali rasanya tapi, Bella
kan tidak mencintaiku.
“Bella.”ujarku lirih
“Kalian udah saling kenal?”tanya papa
Aku mengangguk”Bella itu temen sekelas
aku pa.”
“Wah bagus kalau kalian udah saling
kenal.”ujar Om Agus senang
“Duduk sayang.”suruh Tante Wina,
Bellapun duduk tepat disebelahku
“Nah kalian kan udah saling ketemu
bahkan kenal nih, gimana kalian setuju kan dijodohin?”tanya Mama
Aku baru saja akan angkat bicara, aku
akan menolaknya ya meskipun sakit tapi aku tidak mau memaksakan cinta Bella
yang jelas-jelas bukan untukku.
“Bella mau kok.”jawab Bella cepat
Aku melongo tak percaya. Apa aku tak salah
dengar?
Mama, papa, Om Agus, Tante Wina
tersenyum sumringah. Kini mereka semua menatapku dengan muka penuh harap”Kamu
juga setuju kan Baal?”tanya tante Wina
Aku mengangguk saja. Aku kan bicara
pada Bella nanti. Dia tidak perlu memaksakan perasaannya karna aku tidak mau ia
menerima perjodohan ini karna terpaksa.
***
Suasana mobil yang ku kendarai
benar-benar hening. Hanya ada aku dan Bella di dalam. Mama dan Papa menyuruhku
mengantarkan Bella sementara mereka pulang naik taksi. Aku harus bicara
padanya.
“Bel.”panggilku
Ia menoleh”Kenapa?”
Aku menghela nafas sejenak”Kenapa kamu
nerima perjodohan ini?”tanyaku ragu
“Emang kenapa? Kamu udah nggak cinta
lagi ya sama aku?”tanyanya balik yang membuat bingung
“Ngg..”ujarku bingung”Bukan gitu
maksudnya.”
“Terus?”
“Aku masih cinta kok sama kamu bahkan
sampai kapanpun rasa aku nggak akan pernah berubah tapi…..”
“Tapi apa?”
“Bukannya kamu nggak cinta ya sama aku?”
Ia tersenyum”Aku cinta kok sama kamu?”
“Nggak usah bohong Bel.”ujarku lirih
“Ih beneran aku tuh cinta sama kamu
dari pertama kali kita ketemu.”
Aku benar-benar bingung sekarang.
Bukannya jelas-jelas dulu ia menolakku?
“Kamu pasti bingung sekarang.”tebaknya
Aku mengangguk, karna memang
kenyataannya aku bingung, sangat bingung.
“Sebenernya aku nolak kamu dulu itu
karna aku udah tau rencana perjodohan ini. Aku nggak tau kalo orang yang mau
dijodohin sama aku itu kamu. Mama bilang aku bakal dijodohin sama anak orang
yang udah berjasa banget buat perusahaan papa. Aku nggak bisa nolak, aku nggak
mau bikin orang tuaku kecewa. Padahal waktu itu aku cinta sama kamu tapi aku
udah mutusin buat ngubur perasaan aku dalam. Dan waktu kamu nembak aku, aku
bahagia banget karna ternyata perasaan aku bersambut tapi aku juga sedih karna
nggak bisa nerima kamu karna aku bakal dijodohin.”Bella menghela nafas
sejenak”Tapi waktu aku tau, kalo ternyata yang dijodohin sama aku itu kamu. Aku
seneng banget ternyata Tuhan menyatukan kita dengan cara yang indah.”
Aku tersenyum manis lalu meraih
tangannya”Kita emang udah ditakdirin buat bersama.”ujarku”Jadi aku nggak akan
biarin kamu pergi sedetikpun dari aku.”
Aku mengecup lembut punggung
tangannya. Aku bisa melihat semburat merah dipipi Bella.
“Aku juga nggak bakal ninggalin kamu
kok Baal.”
“I love you Bella.”
“I love you too Iqbaal.”
Terima kasih Tuhan telah kau
anugerahkan seseorang yang sangat berharga dihidupku. Aku tak akan
menyakitinya, aku akan menjaganya dengan sepenuh hatiku. Karna dia bagian
terpenting dari hidupku. I LOVE YOU BELLA, I’LL NEVER LET YOU GO.
TAMAT
0 komentar:
Posting Komentar