CINTA BEGINI
“Steffi ninggalin gue, dia lebih milih Bastian dibanding
gue.”
Pemuda tampan ini tengah menunduk, raut wajahnya menunjukkan
kalau ia sanagt sedih sekarang. Angin malam yang menusuk tulang itu kini
menerpa kulit dua siluet ini. Si gadis yang sedari tadi dengan setia mendengar
curahan hati sahabatnya sedari tadi itu menatap sahabatnya prihatin. Gadis
cantik ini menepuk pundak pemuda tadi pelan.
“Udahlah Baal, cewek itu gak Cuma Steffi aja. Masih banyak
kok cewek diluar sana yang tulus sayang sama lo.”
Pemuda bernama Iqbaal itu kini mengangkat wajahnya. Ia
menatap sahabatnya yang sedari tadi duduk disampingnya ini.
“Gak semudah itu Sal.”ujar Iqbaal putus asa
“Iya gue tau, tapi seiring berjalannya waktu lo pasti bisa
kok lupain Steffi.”
Gadis cantik berperawakan tinggi yang biasa dipabggil Salsha
ini tersenyum, mencoba meyakinkan sahabatnya.
“Jadi pacar gue ya Sal, biar gue bisa lupain Steffi”kata-kata
gila itu meluncur begitu saja dari mulut Iqbaal
Salsha tertunduk, memang sejak dulu Salsha menyukai Iqbaal
tapi ini bukan yang Salsha inginkan.
“Lo jadiin gue pelarian lo?”Tanya Salsha yang tak bisa
menutupi kesedihannya
“Bukan gitu, gue Cuma gak mau galau lama-lama gara-gara
Steffi. Dan gue yakin kalo gue pacaran sama lo, gue bisa lupain Steffi.”
Dada Salsha terasa sesak, rasanya menyakitkan sekali. Seolah
Iqbaal kini telah mempermainkannya dengan semudah itu meminta Salsha jadi
pacarnya. Tanpa ada hati dan cinta.
“Please Sal, mau ya.”
Iqbaal menatap Salsha dengan tatapan memohonnya. Iqbaal kini
meremas tangan Salsha lembut.
Salsha menghela nafas sejenak sebelum akhirnya mengangguk.
*
Sore itu Iqbaal mengajak Salsha jalan-jalan ke taman. Salsha
tengah menunggu Iqbaal yang tengah membeli es krim disalah satu bangku. Salsha
memilih bermain dengan gadgetnya sambil menunggu Iqbaal.
“Ini Sal es krimnya.”
Iqbaal meyerahkan es krim rasa stroberi pada Salsha
sementara ditangannya yang satu lagi Iqbaal membawa es krim rasa coklat untuk
dirinya sendiri.
Salsha mengerutkan keningnya”Kok rasa stroberi sih Baal, gue
kan gak suka.”
Iqbaal yang sudah duduk disamping Salsha kini menatap Salsha
bingung”Tapi dulu Steffi….”
Iqbaal tak melanjutkan omongannya, kini ia lebih memilih
diam sambil menunduk. Bagaimana mungkin ia membelikan salsha es krim
kesukaannya Steffi.
“Oh ini es krim kesukaan Steffi ya Baal?”Tanya Salsha
berpura-pura tegar yang kini memasang senyum palsu
Jujur rasanya sakit sekali. Mereka sudah hampir seminggu
berpacaran namun Iqbaal belum juga melupakan Steffi. Salsha tau tak semudah itu
ia bisa menggantikan posisi Steffi dihati iqbaal. Tapi kenapa dulu Steffi
dengan mudah menggeser posisinya sebagai sahabat Iqbaal. Tiba-tiba saja Steffi
datang dan membuat Iqbaal jatuh cinta. Semenjak saat itu Iqbaal jadi jarang
menghabiskan waktunya bersama Salsha. Semua waktunya ia berikan untuk Steffi.
Salsha merasa kehilangan, mereka sudah bersahabat sejak kecil, mereka selalu
bersama kemanapun merka pergi. Tapi hal itu tidak berlaku semenjak ada Steffi.
Dan apada akhirnya dua bulan yang lalu Iqbaal dan Steffi resmi berpacaran.
Salsha benar-benar menjauh dari Iqbaal begitu mengetahui Iqbaal Steffi jadian.
Salsha tidak mau mengiris hatinya sendiri dengan terus-terusan melihat iqbaal
dan Steffi sampai akhirnya bebrapa hari yang lalu Iqbaal datang ke rumah Salsha
dan bercerita tentang putusnya hubungannya dengan Steffi.
“Maaf ya Sal, gue lupa kalo lo sukanya vanilla.”
Salsha memaksakan dirinya untuk tersenyum”Gak pap kok Baal,
stroberi juga enak.”
*
Jam istirahat ini dimanfaatkan oleh hampir seluruh siswa
untuk mengisi perut mereka dikantin, begitupun Salsha dan Iqbaal. Salsha
menatap Iqbaal yang sama sekali tak menyentuh makanannya, justru asyik menatap
Steffi dan Bastian yang duduk tak jauh dari mereka.
“Lagi ngeliatin apa sih Baal?”Tanya Salsha pura-pura tidak
tau
“Ngg gak kok Sal, gue gak ngeliatin Steffi.”ceplos Iqbaal
tanpa sadar
Salsha tersenyum tipis”Tuh kan ketahuan.”
Iqbaal menunduk”Maafin gue Sal.”
Salsha menautkan alisnya”Buat?”
“Gue yang sering nyakitin lo.”
Salsha lagi-lagi tersenyum seolah ia baik-baik saja padahal
hatinya sudah hancur berkeping-keping”Gak papa kok Baal.”
“Gue bukan pacar yang baik Sal.”
Pacar ? bahkan Salsha sama sekali tidak merasa bahwa mereka
pacaran. Iqbaal tidak pernah bilang ‘ I love you’ ke Salsha. Mereka tidak punya
panggilan sayang seperti orang pacaran lainnya. Bahkan mereka menggunakan
‘Elo-Gue’ bukan ‘Aku-Kamu’ saat bicara. Iqbaal tak pernah memeluk ataupun
mencium Salsha. Memegang tangan saja jarang.
“Gue tau kok, gak semudah itu Steffi hilang dari pikiran lo.
Meskipun dia udah nyelingkuhin lo, lo tetep cinta mati kan sama dia?”
Iqbaal terdiam, gadis didepannya ini benar-benar berhati
malaikat. Iqbaal merasa sangat berdosa telah menyakiti Salsha. Iqbaal meraih
tangan Salsha lalu menggenggamnya lembut.
“Gue bakal berusaha buat cinta sama lo Sal, maafin gue yang
terlalu sering nyakitin lo.”
Salsha tahu bahwa ucapan Iqbaal barusan hanya sekedar ucapan
saja, tidak akan ada buktinya! Tapi, hati Salsha sudah sangat senang
mendengarnya. Salsha terlalu mencintai Iqbaal dan rasa cintanya itu yang
membuatnya sakit sendiri. Ia tidak pernah memkirkan hatinya sendiri, yang ia tahu
yang penting Iqbaal bahagia.
*
“Baal kok ngelamun sih?”
“Iya Stef.”
Salsha tersenyum masam lagi-lagi Iqbaal memanggilnya Steffi.
Salsha menghampiri Iqbaal dan duduk disampingnya. Salsha mengulurkan brownies
buatannya pada Iqbaal.
“Gue bikinin khusus buat lo.”
“Makasih ya Sal.”
Iqbaal memasukkan sepotong brownies ke mulutnya”Enak banget
Sal.”puji Iqbaal
“Beneran?”
Iqbaal mengangguk sambil terus memakan browniesnya. Rasanya
Iqbaal tidak mau berhenti memakannya karna saking enaknya rasa brownies buatan
Salsha. Salsha merasa sangat senang karna Iqbaal menyukai brownies buatannya.
Semalaman ia begadang demi membuat kue favorit Iqbaal ini.
“Iya, kalo lo buka toko kue pasti laris manis.”
“Kalo lo mau gue bisa bikinin lo tiap hari.”
“Ntar lo repot.”
“Gak repot kok.”
Salsha menatap tanpa kedip Iqbaal yang kini tengah tersenyum
manis padanya. Ini pertama kalinya ia melihat senyuman Iqbaal yang semanis ini
semenjak Iqbaal putus dari Steffi.
“Gue seneng Baal liat lo kaya gini, semoga lo bisa terus
tersenyum meskipun itu bukan karna gue.”batin Salsha
*
Iqbaal menatap resah gugusan bintang malam ini. Hatinya
benar-benar dilema sekarang. Tiba-tiba saja tidak ada angin tidak ada hujan Steffi
menghampirinya dan mengajaknya balikan. Iqbaal tidak bisa membohongi dirinya
sendiri, ia masih sangat mencintai Steffi. Tapi, apakah ia akan setega itu pada
Salsha?
Salsha terlalu baik padanya dan ia kan menjadi orang yang
sangat berdosa jika harus menyakiti gadis itu lagi. Salsha sahabatnya sejak
kecil dan ia tidak yakin hubugan mereka akan baik-baik saja jika ia kembali
bersama lagi dengan Steffi.
Iqbaal mengacak rambutnya frustasi. Ia memilih kembali ke
kamarnya dan meninggalkan balkon karna angin malam ini sangat menusuk
tulangnya. Kaos dan celana pendeknya sama sekali tidak membantu menghangatkan
tubuhnya yang agak kurus itu.
Iqbaal merebahkan tubuhnya diatas ranjang mencoba memejamkan
mata dan mulai tidur. Bukan ide yang bagus untuk begadang mengingat besok ia
harus sekolah.
*
Aku bisa terima
Meski harus terluka
Karena ku terlalu
Mengenal hatimu
Aku telah merasa dari
awal pertama
Kau takkan bisa lama
Berpaling darinya
Ternyata hatiku benar
Cintamu hanyalah
sekedar
Tuk sementara
Akhirnya kita harus
memilih
Satu yang pasti
Mana mungkin
Terus jalani
Cinta begini
Karna cinta tak akan
ingkari
Tak kan terbagi
Kembalilah pada
dirinya
Biar ku yang mengalah
Aku terima
“Sal gue….”
“Udahlah Baal gak papa kok.”
“Gue gak tega sama lo Sal.”
“Gue bakal baik-baik aja tanpa lo.”
“Tapi…”
“Gak ada tapi-tapian, lo harus balik lagi sama Steffi.”
Salsha menepuk pundak Iqbaal”Denger ya Baal, kesempatan itu
gak selalu datang dua kali. Kalo lo gak balik ke Steffi dan tetep sama gue, lo
gak akan bahagia. Karna cinta lo itu Steffi bukan gue.”
“Makasih ya Sal. Udah jadi sahabat terbaik gue selama hampir
16 tahun ini.”
Salsha tersenyum tipis”Semoga lo bahagia sama Steffi,
selamanya.”
“Yaudah gue samperin Steffi dulu ya”
Salsha mengangguk saat Iqbaal bangkit dari duduknya. Salsha
menatap punggung Iqbaal yang makin menjauh.
“Makasih ya Baal, udah mau jadi pacar gue walaupun Cuma
beberapa hari itu udah cukup buat gue. Sebenernya gue gak mau ngelepas lo tapi
mau gimana lagi hati lo gak akan bisa berpaling ke gue. Dan gue gak boleh
egois. Ini demi kebahagiaan lo. Gue rela kalo harus jadi pelarian lo lagi
nanti. Mungkin ini kedengaran bodoh tapi apapun bakal gue lakuin buat lo.”
TAMAT
0 komentar:
Posting Komentar