Sesosok gadis dengan dress ungu selututnya naik ke atas
panggung. Rambutnya ia biarkan tergerai indah dengan hiasan flower crown yang
begitu cantik. Semua mata di aula ini menatapnya takjub, penampilan gadis ini
benar-benar berbeda dari biasanya. Penampilan kesehariannya yang lebih mirip
preman pasar kini berubah drastis. Gadis yang kerap disapa Steffi ini mulai
memainkan tuts-tuts grand piano hitam didepannya.
Sulit kukira
kehilngannya
Sakit terasa
memikirkannya
Hancur warasku
Kau tlah berlalu
Tinggalkan aku begitu
Rapuh hidupku
Remuk jantungku
Ingatan Steffi melayang ke kejadian seminggu yang lalu.
Dimana orang yang begitu berarti untuknya pergi meningggalkannya karna kesalahnya
sendiri. Setetes air mata jatuh begitu saja di pipi Steffi. Ia menarik nafas
sejenak dan mulai melanjutkan lagunya.
Semua salahku tak jaga
dirimu
Untuk hatiku
sunggguhku tak sanggup
Semua terjadi seperti
mimpi
Mimpi burukku
kehilanganmu
Bukannya berhenti air mata Steffi malah makin deras menetes.
Ia benar-benar menghayati lagu yang dinyanyikannya hingga membuat seluruh orang
yang ada diaula sekolah ini ikut terennyuh dengan lagu yang dinyanyikan Steffi.
Karna kamu nyawaku
Karna kamu nafasku
Karna kamu jantungku
Karna kamu rapuh
hidupku
Remuk jantungku
Rapuh hidupku
Remuk jantungku
Pemuda yang tengah sibuk mengurusi pensi malam ini terus
menatap Steffi dari belakang panggung, ia menatap mantan kekasihnya itu sendu.
Ia menghela nafas berat untuk menetralisir rasa sakit dihatinya”Kamu yang bikin
aku terpaksa ninggalin kamu Stef.”ujarnya lirih kemudian kembali menyibukkan
diri dengan berbagai tugas-tugasnya sebagai ketua panitia pensi malam ini.
*
Riuh tepuk tangan mengakhiri lagu yang dinyanyikan Steffi.
Setffi bangkit dari duduknya lantas berjalan ke bagian depan panggunng. Seffi
menundukkan kepalanya sebagai ucapan terima kasih . Tak mau berlama-lama Steffi
segera turun dari panggung dan berlari ntah kemana, ia tidak mau ada satu
orangnpun yang tau kalau ia sedang menangis. Langkah kaki Steffi membawanya ketaman
depan sekolahnya. Steffi duduk diatas salah satu bangku semen sambil
terisak-isak.
“Lagu kamu bagus.”ujar Seseorang yang kini telah berdiri
disamping Steffi
Pemuda tinggi dan tampan itu kini duduk disebelah Steffi
lalu mengulurkan sapu tangannya”Udah jangan nangis.”
Steffi melongo, ia mengucek matanya berkali-kali untuk
memastikan kalau yang disampingnya kini benar-benar Iqbaal, mantan kekasihnya.
“Kamu ngapain kesini? Bukannya kamu sibuk, kamu kan ketua
OSIS.”ujar Steffi
“Aku gak tega lihat kamu nangis.”
Steffi tersenyum miring”Emang kamu masih peduli sama aku?”
“Aku selalu peduli sama kamu, kamunya aja yang gak pernah
nyadar.”
Steffy menunduk”Maaf.”lirih Steffi
Iqbaal menengadahkan kepalanya menatap gugusan bintang yang
begitu indah malam itu“Nggak ada yang perlu dimaafin Stef, semua udah terjadi.”
Steffi mengangkat wajahnya, ia menatap Iqbaal yang tengah
asyik menatap langit”Aku emang bodoh gak pernah denger omongan kamu, aku emang
egois. Seharusnya kamu gak perlu ngebuang waktu 5 tahun kamu Cuma buat pacaran
sama cewek kayak aku. Cowok sesempurna kamu gak pantes pacaran sama aku.”
Iqbaal mengalihkan pandangannya kearah Steffi, air mata
gadis itu kembali menetes”Jangan ngomong gitu Stef.”
“Emang kenyataanya gitu kan Baal, aku bahkan gak punya temen
karna sikap semena-mena dan keegoisan aku. Cuma kamu satu-satunya orang yang
betah dengan sikap aku. Semua orang juga heran kenapa kita bisa pacaran. Cowok
seganteng kamu, sebaik kamu dan sepinter kamu gak cocok sama aku yang urakan,
egois, semaunya sendiri, tukang telat, nilainya selau jelek, tukang bikin ulah
dan gak pernah denger omongan kamu padahal omongan kamu juga demi kebaikan aku
sendiri. Dan sekarang kau nyesel Baal, nyesel banget. Aku bahkan gak tau apa
masih ada kesempatan kedua buat aku.”
Iqbaal terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata”Kamu gak
seburuk itu Stef.”
“Kamu gak usah hibur aku, aku sadar diri kok.”ujar Steffi
sambil mencoba tersenyum
Ntahlah tapi Iqbaal benar-benar merasa sakit melihat senyum
Steffi. Dadanya terasa sesak karna sebentar lagi ia sudah tidak bisa melihat
senyum itu lagi.
“Stef.”panggil Iqbaal lirih
“Apa?”
“Aku mau---“Iqbaal menghela nafsnya, rasanya berat sekali
mengucapkan selamat tinggal”Pamit.”
Steffi mengerutkan keningnya“Pamit ?”
Iqbaal mengangguk lemah”Aku bakal pindah ke Amrik, aku mau
lanjutin sekolah aku disana.”
Steffi menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan tangisnya
yang akan kembali dan Steffi yakin tangisannya akan sangat keras. Sepertinya
kebahagiaan benar-benar pergi darinya sekarang.
“Aku bakal berangkat besok dan aku gak tau bakal balik
kapan. Dan aku harap kamu jaga diri kamu selama aku gak ada.”
Sekuat tenaga Steffi mencoba tersenyum”Hati-hati ya Baal,
kamu juga harus jaga diri kamu disana.”
Iqbaal tersenyum tipis”Masuk lagi yuk Stef, aku mau pamitan
sama temen-temen dan guru-guru”
Steffi menggeleng”Aku udah mau pulang”ujar Steffi ia sudah
tidak kuat lagi menahan tangisnya. Ia ingin segera pulang dan menangis
sepuasnya.
Iqbaal tampak kecewa”Oh yaudah.”
Steffi bangkit dari duduknya”Aku pulang ya.”
“Tunggu.”cegat Iqbaal
Steffi menoleh kembali kerah Iqbaal dan tanpa disangka
Iqbaal memeluknya erat, sangat erat. Dengan ragu Steffi membalasnya, ia mencium
aroma tubuh Iqbaal sepuasnya. Ia tidak akan merasakan hangatnya pelukan Iqbaal
lagi dan ia tidak akan membuang kesempatan ini untuk memeluk Iqbaal sepuasnya.
“Aku gak sanggup Stef ninggalin kamu, tapi aku gak punya
pilihan lain.”batin Iqbaal
“Aku gak tau Baal gimana jadinya hidup aku tanpa kamu, aku
udah gak punya siapa-siapa lagi.”batin Steffi
*
Steffi menatap nanar fotonya bersama Iqbaal saat masih
pacaran dulu. Setetes air matanya jatuh diatas kaca pigora foto tersebut.
Ingatan Steffi melayang kekejadian seminggu yang lalu, kejadian kandasnya
hubungannya dengan Iqbaal. Kejadian yang benar-benar mengubah hidupnya.
1 minggu yang lalu
Iqbaal menghela
nafsnya berkali-kali, ntahlah tapi kali ini ia sudah benar-benar sangat kecewa
pada Steffi. Hari ini harusnya menjadi hari yang sangat membahagiakan karna
mereka kan merayakan hari jadi mereka yang ke 5 tahun. Iqbaal sudah
mempersiapkan semuanya dari jauh-jauh hari. Ia sudah membooking seluruh café ini
untuk acaranya bersamaSteffi bahkan cafe ini didesain seromantis mungkin oleh
Iqbaal sendiri supaya Steffi senang.iqbaal memainkan steak dipiringnya tanpa
berminat memakannya sedikitpun dan hal itu menarik perhatin Steffi.
“Kok gak dimakan sih
Baal?”Tanya Steffi dengan kening yang berkerut”Enak lho steaknya.”
“Gak nafsu.”ujar
Iqbaal ketus
“Kamu marah ya sama
aku?”
Iqbaal tak menjawab,
ia terus menunduk sambil memainkan steaknya.
“Aku minta maaf deh.”
“Nggak perlu.”
“Aku harus gimana biar
kamu maafin aku?”
Iqbaal membanting
garpu dan pisaunya ke atas piring, kini ia menatap Steffi kecewa”Kamu itu
keterlalaun Stef, aku tau kamu tomboy cuek sama penampilan tapi apa kamu gak bisa
untuk hari ini aja kamu pakai dress buat aku.”
“Jadi kamu masalahin
penampilan aku?”Tanya Steffi”Kamu gak bias nerima aku apa adanya? Iya?”Tanya
Steffi sengit
“Aku selalu nurutin
apa mau kamu, tapi kamu? Gak pernah tuh sedikitpun mau nurutin aku. Bahkan
dihari jadi kita yang ke 5 ini aku Cuma mau kamu dandan buat aku tapi apa kamu
malah pake celana jeans sama kaos oblong kaya gitu. Kamu tau gak sih Stef aku
mati-matian nyipain ini semua biar hari ini aja kita bisa romatis-romantisan
tapi kamu ngehancurin semuanya. Bahkan aku ajak dansa aja gak mau.”
“Aku kan gak bias
dan----“
“Alah aku bisa kok
ajarin kamu, emang kamu aja yang egois gak mau sedikitpun nyenegin aku.”
“Kamu selalu nuntut
aku ini itu, kamu gak cinta aku apa adanya ya?”
“Hei aku udah bertahan
5 tahun pacaran sama kamu. Dan selama 5 tahun ini aku selalu ngalah sama kamu,
aku turutin semua mau kamu, tapi kamu apa? Aku Cuma pengen kamu berubah jadi
yang lebih baik lagi. Dan itu bukan Cuma buat aku tapi juga buat diri kamu
sendiri. Aku pengen kamu dandan karna kamu itu cewek, cewek itu rapi, bersih,
wangi gak urakan kaya kamu. Aku pengen kamu belajar karna aku gak mau kamu
terus-terusan dapat nilai jelek. Aku pengen kamu ngerubah sikap egois dan
semena-mena kamu biar kamu punya temen. Kamu mau selamanya gak punya temen? Iya?”
“Terus mau kamu
sekarang apa? Putus? Hah?”Tanya Steffi yang sudah benar-benar marah hingga
mengucap kata putus
“Oke fine, kalo itu
mau kamu.”Iqbaal bangkit dari duduknya lalu pergi begitu saja meninggalkan
Steffi
Semenjak kejadian itu Steffi sadar kalau ia memang salah
karna tidak pernah menuruti kemauan Iqbaal padahal Iqbaal selalu sabar dengan
sikap-sikap buruknya. Mungkin malam itu Iqbaal sudah benar-benar capek dengan sikapnya hingga ia semarah itu.
Selama 5 tahun pacaran, Iqbaal tak pernah sekalipun marah padanya. Iqbaal
selalu sabar dan menerimanya apa adanya.
“Aku bodoh banget Baal udah nyia-nyiain kamu, sekarang aku
sadar gak ada satu orangpun yang bisa sayang sama aku setulus kamu. Aku bahkan
gak tau apa aku pantes dapat kesempatan kedua dari kamu.”
*
Cahaya matahari yang masuk melalui celah jendela kamar
Steffi membuat Steffi harus terbangun
dari tidurnya. Steffi baru tidur saat jam menunjukkan 3 pagi. Steffi
menghabiskan waktunya semalam suntuk untuk menangis, hal yang selalu Steffi
lakukan setiap malam semenjak putus dengan Iqbaal. Dan tadi malam benar-benar
tangisannya yang paling besar. Steffi mengucek matanya sambil menggeliat diatas
tempat tidurnya. Steffi mengerjapkan matanya beberapa kali sambil menunggu
nyawanya terkumpul. Stelah nyawanya benar-benar terkumpul Steffi melirik weker
di sebelahnya. Mata Steffi membelalak saat itu juga”Astaga gue telat.”
*
Steffi menselonjorkan kakinya dipinggir lapangan. Ia
baru saja menjalani hukuman karna
terlambat datang. Yah memang sudah biasa mengingat Steffi biasanya terlambat
paling tidak 3kali dalam seminggu. Dada Steffi tiba-tiba terasa sesak, biasanya
saat seperti ini Iqbaal akan datang membawakan minum sambil mengelap keringat
Steffi. Dan Iqbaal akan bilang”Kamu gimana sih sayang, kan aku udah bilang
jangn main PS sampe larut malem kalo belajar sih gak papa, kamu mau tiap hari
disuruh berdiri sambil hormat ke bendera? Enggak kan?”
Steffi menghela nafasnya, ia tidak mau menangis didepan
umum. Steffi harus bisa menerima kenyataan kalau tidak akan ada lagi yang
mengingatkannya untuk makan, belajar dan sebaginya. Karna mulai hari ini Iqbaal
sudah tidak tinggal lagi di Indonesia. Steffi terlonjak saat merasakan ada yang
menepuk pundaknya.
“Kenapa sih?”Tanya Steffi ketus karna sebal sudah dikageti
Seorang gadis imut kini tengah berdiri disampingnya”Ada
titipan buat lo.”ujarnya sambil mengulurkan amplop berwarna ungu
“Dari siapa?”tanya Steffi sambil mengamati surat yang kini
sudah ada ditangannya
“Iqbaal.”jawab Bella, gadis itu”Lo gimana sih, lo kan
mantannya Iqbaal kok gak nganterin Iqbaal ke bandara? Anak-anak aja banyak
banget yang nganterin dia.”
Steffi terdiam”Bukannya gue gak mau, gue Cuma gak sanggup
ngelepas Iqbaal.”batin Steffi
Melihat Steffi yang hanya termenung, Bella memutuskan untuk
pergi begitu saja tanpa pamit.
*
Steffi memasuki rumahnya yang benar-benar sepi. Rumah sebesar
ini hanya ditempati Steffi bersama pembantunya. Orang tua Steffy sudah bercerai
semenjak Steffi duduk dikelas 4 SD. Steffi tinggal bersama papanya semantara
mamanya sudah menikah lagi dan sekarang tinggal di Bandung. Papa Steffi hanya
pulang beberapa kali dalam setahun. Steffi merasa kalau papanya sudah tidak
perduli lagi padanya, mamanya pun tidak pernah sekalipun menelponnya sekedar
menanyakan kabar atau apa. Semenjak kelas 4 SD Steffi tidak pernah merasakan kasih
sayang orang tuanya lagi dan itulah yang membuat Steffi menjadi seperti ini.
Steffi menaiki satu persatu anak tangga menuju kamarnya yang
berada dilantai 2. Sesampainya dikamar ia langsung merebahkan tubuhnya di atas
ranjang, tas dan sepatunya ia lempar begitu saja. Steffi merogoh sakunya lalu
mengeluarkan surat dari Iqbaal yang belum ia baca.
Stef, sebenernya aku
berharap banget kamu nganterin aku hari ini tapi ternyata kamu nggak dateng.
Aku masih pengen ketemu kamu tapi mau gimana lagi? Aku terpaksa Stef mutusin
kamu. Orang tua aku nggak pernah setuju sama hubungan kita. Please percaya sama
aku Stef, seburuk apapun kamu aku tetep cinta sama kamu. Aku nggak punya
pilihan lain selain nurutin permintaan orang tua aku buat ninggalin kamu dan
sekolah di Amrik.mereka gak suka sama kamu karna mereka pikir kamu gak baik
buat aku makanya aku mati-matian buat ngerubah kamu. Tapi ternyata gak berhasil
dan akhirnya aku harus ngalah sama orang tua aku.
Jaga diri kamu ya
Stef, aku harap kamu bisa berubah jadi yang lebih baik lagi. Pokoknya sepulang
dari Amrik aku pengen liat kamu yang baru. Steffi yang feminim, Steffi yang
baik, dan Steffi yang punya banyak temen, okey? Kamu harus janji ya buat
berubah, aku nyuruh kamu berubah bukan karna aku nggak cinta kamu apa adanya
tapi aku pengen kamu jadi cewek yang lebih baik lagi.
I love so much, Steffi
Iqbaal
Steffi tersenyum simpul setelah membaca surat dari
Iqbaal”Aku janji bakal berubah Baal, demi kamu. Dan aku berharap kalo kamu
pulang nanti aku bakal dapat kesempatan kedua dari kamu.”
TAMAT